Sarala mengalami kecelakaan dan koma, setelah terbangun dari koma dia tidak mengingat apapun selain kenangannya ketika dia masih menjadi istri mantan suaminya, Gandaria. Sedangkan sekarang dia adalah seorang istri dari Kelam, pria yang mencintainya begitu besar, yang memberikannya kebahagiaan setelah dia di khianati oleh Gandaria. Tapi tidak ada satupun ingatan mengenai Kelam di kepala Sarala, dan Sarala terus mengejar Gandaria.
View MoreKejadiannya begitu sangat cepat, suara menggelegar itu mampu membuat semua mata beralih pandang. Mobil yang menghantam tiang lampu lalu lintas dengan keras, jeritan para pejalan kaki terdengar nyaring.
Berbondong-bondong orang mendekat untuk menyelamatkan.
“Ada anak kecil di dalam!” Pekikan itu terdengar dari salah satu warga yang mengerumuni mobil tersebut. Mereka semua berusaha memecahkan kaca, berusaha menarik anak kecil yang duduk di kursi belakang. Salah seorang lainnya menelepon ambulan dan pemadam kebakaran, berharap keduanya segera datang untuk menyelamatkan orang-orang yang berada di dalam mobil.
Seorang pria paruh baya yang menyetir dan seorang wanita di kursi belakang yang terlihat terjepit.
Seperti kilat para petugas medis datang, kini sirine polisi, ambulan dan pemadam kebakaran saling bersahutan di lokasi tersebut. Wanita malang itu sudah berhasil dikeluarkan dari mobil bersama dengan bocah berusia 4 tahun, beruntung, bocah itu tidak mengalami luka serius hanya beberapa goresan di bagian tertentu.
Seorang laki-laki berusia tiga puluh tahun akhir turun dari mobil dengan tergesa, mendatangi polisi yang berada disana. Dia dengan terbata dan nafas terengah-engah menjelaskan kalau korban yang mengalami kecelakaan adalah anak, istri serta supirnya. Polisi menjelaskan keadaan wanita yang sudah tidak berada di tempat, dia sudah diamankan di sebuah Rumah Sakit terdekat untuk mendapatkan penanganan, berikut dengan korban lainnya.
“Tapi maaf pak, kami harus memberitahu berita duka. Supir bapak meninggal di tempat.”
Pria itu terisak, tentu saja, supir tersebut sudah menemaninya selama 20 tahun, berpikir dia akan kehilangan orang yang begitu berjasa secara mendadak seperti ini membuatnya menangis.
Dia harus segera mengabari keluarga pria paruh baya itu, diambil ponselnya, segera dia beritakan kabar duka tersebut.
Polisi mengajaknya untuk ikut ke rumah sakit, permasalahan mengenai asuransi, dan bagaimana mobil itu menabrak akan ditinjau lebih lanjut. Pria itu bahkan sudah tidak berpikir mengenai hal itu, yang ada dipikirannya hanyalah bertemu istri dan anaknya. Dia dengar, istrinya mengalami luka cukup serius.
Perjalanan yang memakan waktu 30 menit terasa seperti begitu panjang dan lama, sesekali dia melongok ke arah jalan. Supirnya yang lain menenangkannya, mengingatkan bahwa istrinya sekarang sedang dalam penanganan medis.
Tiga puluh menit, mobil masuk ke lobby, dia turun dengan segera dan bergegas pergi ke instalasi gawat darurat. Dia berlari dengan penuh ketergesaan, tidak ingin melewatkan apapun yang terjadi.
“Pak! Bapak tidak bisa mendekat!” Seru salah satu perawat, mencegahnya berjalan lebih jauh. Dari jaraknya sekarang dia bisa melihat apa yang terjadi disana, seorang dokter tengah berusaha melakukan CPR.
Lemas.
Seluruh otot ditubuhnya seperti tidak berfungsi, dia terkulai menatap pemandangan itu. Salah seorang perawat menarik gorden, menutupnya separuh. Satu perawat lainnya mendekat dan bertanya hubungannya dengan si wanita, dengan mulut gemetar dia bilang bahwa itu adalah istrinya.
Dengan permohonan maaf perawat memintanya untuk mengisi formulir, prosedur rumah sakit harus dilakukan.
Dengan berat, dia bangun dibantu oleh supirnya.
“Jantungnya kembali normal!” Sekali lagi, dia jatuh terduduk.
Tuhan sedang baik kepadanya, istrinya selamat.
Setelah apa yang terjadi di IGD, dia kemudian melanjutkan prosedur rumah sakit. Istrinya harus mendapatkan operasi darurat, kaki kirinya patah dan pendarahan di kepala begitu serius. Dia mendengar penjelasan dokter dengan samar, tidak sanggup membayangkan bagaimana istrinya terluka.
Tidak sanggup.
Sudah 15 menit istrinya masuk ke dalam ruang operasi dan kini dia berada di salah satu kamar VVIP menemani anaknya yang masih belum sadar. Anaknya tidak mengalami masalah serius, namun trauma sudah jelas terjadi.
“Pak kelam.” suara pak budi, supirnya, terdengar. dia menoleh mendapati salah satu supir kepercayaannya yang selalu menemaninya itu terdiam di daun pintu.
“Jenazah pak Sakam sudah datang di rumah duka.”
Dia menyapu wajahnya dengan tangan, airmata mengalir tidak berhenti.
“Ayo kita kesana, biar nanti Soga ditemani bi Miah.” Ucapnya, mengalihkan pandangannya pada putra sulungnya yang kemudian dia kecup dahi itu lembut. “Ayah nanti balik lagi ya sayang..” Bisiknya.
Dia datang ke rumah duka yang disambut tangis dan jeritan, istri pak Sakam meraung pilu dengan anak-anaknya. Dari sana, dia baru tahu kalau pak Sakam mengalami henti jantung ketika sedang berkendara dan ketika beliau tidak sadarkan diri, kakinya menginjak gas sehingga mobil meluncur tidak terkendali dan menabrak tiang lampu lalu lintas.
Pak Sakam memang sudah tua, usianya 65 tahun. Beliau menemani kelam sejak dia masih belia. Pak Sakam tahu betul bagaimana perjuangannya untuk menjadi sebesar sekarang. Keluarga pak Sakam seperti keluarga juga baginya, anak pak Sakam berjumlah lima orang. Paling besar bekerja di perusahaan milik Kelam, anak kedua bekerja di salah satu perusahaan swasta juga, yang ketiga baru saja lulus kuliah, yang keempat baru saja masuk kuliah dan yang terakhir baru masuk SMA.
Anak-anak itu masih memiliki perjalanan yang sangat panjang.
Sakam mengurus semuanya, pemakaman, sampai hal-hal kecil lainnya. Dia berada disana sampai pemakaman berakhir, dan juga menghadiri pengajian di malam harinya.
Portal berita sudah memuat berita mengenai apa yang terjadi dengan keluarga kecilnya, liputan stasiun televisi juga sudah mengerumuni kediaman pak Sakam dan rumah sakit.
Kelam merasa terganggu, tapi itu adalah resikonya.
Meskipun dia bukan seorang entertainer, tapi mungkin bisa disebut dengan Publik Figur. Orang-orang mengenalnya karena bisnis makanannya yang sukses, beberapa artis bahkan menjadi Brand Ambassadornya, atau bahkan memiliki kemitraan dengannya. Dia memiliki dua bisnis makanan, makanan cepat saji dan juga minuman teh dengan berbagai rasa, sistemnya adalah Franchise yang tersebar di seluruh penjuru negeri.
“Saya pamit dulu,” Kata Kelam kepada istri pak Sakam yang masih tersedu. Wanita paruh baya itu memeluk Kelam.
“Maaf ya Lam, gara-gara bapak istrimu jadi terbaring di rumah sakit..” Ujar wanita itu lirih.
Tidak ada yang bisa Kelam salahkan, ini murni kemalangan. Kedua keluarga sama-sama sedang di hantam kepedihan, parahnya lagi pak Sakam meregang nyawa ketika sedang bekerja.
Seharusnya, Kelam memberikan pensiun secepat mungkin padanya.
Dia berpamitan, pergi dengan hati yang berat meninggalkan rumah duka. Pikirannya masih melanglang buana, setelah operasi selesai dia belum tahu mengenai kondisi istrinya. Dia memijat dahinya, tubuhnya terasa berat, kepalanya sakit.
Seandainya hari itu dia mengiyakan ajakan istrinya…
“Pak, sudah sampai.” Suara supirnya mengejutkannya, pikirannya terlalu berkecamuk sehingga perjalanan yang panjang terasa begitu singkat. Di luar Rumah Sakit masih banyak reporter yang menunggu, jadi dia menggunakan jalan lain untuk masuk, dia sedang tidak ingin memberikan komentar apapun.
Kelam masuk ke dalam ruang VVIP anaknya ketika salah satu Asisten Rumah Tangga menyambutnya, “Pak Kelam, bu Ala sudah selesai operasi, kamarnya di sebelah.”
Reaksinya begitu cepat, dia berlari secepat mungkin untuk menghampiri kamar istrinya. Hatinya terasa remuk melihat kondisi tidak berdaya wanita kesayangannya.
“Pak Kelam, saya sudah menunggu anda..” Salah satu dokter jaga masuk ke dalam kamar, dia menatap Kelam.
“‘Dok, bagaimana keadaan istri saya?”
“Operasinya sukses pak, tapi….”
Ada jeda disana, dan Kelam tidak menyukainya, melihat dari reaksinya yang diperlihatkan dokter itu dia tahu hal itu tidak baik. Dia takut untuk mengetahui apa kabar buruknya tapi dia juga ingin tahu.
“Istri bapak mengalami koma.”
Sarala dilarikan ke Rumah Sakit, setelah apa yang terjadi di pendopo dia kemudian berteriak-teriak kesakitan. Semua asisten rumah tangga merangsek pergi ke pendopo dan mendapati Kelam begitu panik.“Sudah pembukaan tiga, ditunggu ya.” Kata perawat yang mengecek masuk ke dalam kamar, Sarala sudah menjerit-jerit kesakitan.“Gak kuat! Mules banget! Gak kuat!” Keluhnya, napasnya memburu, keringatnya bercucuran padahal AC di ruangan begitu dingin.“Sabar dulu La, sabar ya,” Kelam berusaha menenangkan tapi dia juga jadi panik.Sarala meraung, menangis, untungnya tidak lama kemudian pembukaannya sudah lengkap. Dokter kandungan yang menanganinya masuk dan kemudian membantunya dalam proses persalinan, Kelam seperti biasa berada di ruangan itu juga sama seperti ketika Sarala melahirkan Soga.Sarala mengejan, membuang napas, mengejan lagi.“Sudah hampir keluar bu, sudah kelihatan ya kepalanya!” Kata dokter itu lagi, dia mengintruksikan Sarala untuk mengejan satu kali lagi.Dan suara melengking b
Kelam bertemu dengan dokter yang menangani Sarala, sudah hampir empat hari istrinya berada di Rumah Sakit. Media sudah memberitakan hal itu kemana-kemana, media sosial penuh membicarakan hal itu karena tagline berita tersebut adalah Sarala mengalami komplikasi karena menjalani terapi.“Pak, kami akan konfirmasi pada media kalau bu Ala hanya kecapekan bukan karena komplikasi menjalani terapi.” Kata asistennya.“Ya, tolong diurus saja ya, saya juga bingung kenapa jadi terlalu jauh ini beritanya.” Kelam mengiyakan ucapan asistennya.Terkadang media suka sangat melebih-lebihkan yang tidak seharusnya. Dia dan Sarala bertemu dokter yang menangani wanita itu, dokter menjelaskan kalau ketika pingsan Sarala mengalami beberapa kali kontraksi dan diwajibkan untuk hanya diam diatas tempat tidur sampai usia kandungan dirasa cukup.“Dua bulan lagi bu Sarala diperkirakan akan melahirkan, jadi saya pikir sebaiknya tinggal di Rumah Sakit lebih baik.”Kelam menoleh kearah Sarala, ingin tahu pendapatnya
Soga berlari kecil memasuki lorong kamar rumah sakit. Sarala dipindahkan ke ruang VVIP oleh Kelam karena dia ingin privasi keluarganya terjaga, dia sudah mendengar kalau media satu persatu mendatangi rumah sakit ini. Mereka masih menyangka kalau Sarala mengalami kontraksi dini karena pengaruh dari terapinya.Kaki kecil mungil itu berlari dengan riang menghampiri ruangan kamar, dia begitu senang seperti rasanya ingin berjingkrak-jingkrak. Dengan cepat Soga membuka pintu kamar, “Bunda!!!” Pekiknya kencang, tersenyum lebar sambil berlari.“Aduh abang jangan lari-larian!” Kelam berusaha menghentikan si kecil Soga yang kini sudah merangsek dalam pelukan Sarala yang tengah duduk di kursi roda.“Bunda! Benar bunda minta ketemu abang?” Tanyanya, dia menatap Sarala dengan mata penuh binar.Sarala masih terasa canggung dipanggil ‘bunda’ oleh bocah itu, “Iya..” Jawabnya pelan, malu. Dia mengelus puncak kepala Soga yang sekarang tersenyum-senyum senang mendengar jawaban bundanya.“Papa! Bunda sud
Sarala membuka matanya perlahan, sekitarnya terasa hening, dia menatap langit-langit. Jaraknya begitu jauh dari tempatnya tertidur, dia bukan sedang di kamar Gandaria maupun Kelam. Aroma ruangan ini begitu khas, dia menoleh dan mendapati infus terpasang di tangan kanannya. Rumah sakit. Setelah dia mendengar semua penjelasan asisten rumah tangga Gandaria dia menangis, tidak mampu menahan semua informasi yang dia terima beberapa hari terakhir. Orang yang seharusnya menyelamatkannya, memberikan dia tempat aman, nyaman, memberikan dia perlindungan juga orang yang menjelaskan apa yang terjadi padanya secara jujur ternyata, penipu. Dia menangis sampai isi kepalanya kosong, pandangannya gelap dan dia tidak tahu menahu apa yang terjadi. Dia meringis. Tidak ada orang di dalam ruangan, dia hanya sendirian bersama bayinya. Mengelus bayinya, Sarala merasa sangat bersalah. Lonjakan emosi yang tidak ada ujungnya, naik dan turun ini membuat bayinya juga ikut merasak
Kelam menghubungi Melati lewat asistennya, wanita itu sedang berada di Belgia namun kini sedang dalam perjalanan kembali ke Indonesia menggunakan jet pribadinya. Kelam tidak menyia-nyiakan waktu sedikitpun untuk menghancurkan Gandaria. Dia sudah terlalu lama menahan perasaan untuk menghancurkan lelaki itu karena Sarala selalu menahannya. Wanita yang dicintainya itu selalu berkata kalau dia dan Gandaria sudah menjadi masa lalu, dan dia tidak ingin sekalipun berhubungan lagi dengan pria itu. Dia ingin benar-benar menghapus memorinya dengan pria itu. Meskipun kenyataannya memorinya dengan Kelam yang menghilang tanpa sisa. Sejak malam Kelam terus menerus menyusun banyak rencana. Sejauh ini, dia tahu kalau Gandaria sama sekali tidak tahu kalau keluarga Melati adalah keluarga yang memiliki pengaruh cukup besar dalam perekonomian Indonesia, kemarin dia berbicara dengan Melati di telepon. “Aku gak bilang ke Gandaria seberapa besar kekayaan keluargaku, dan bagaimana keluarga Caraka. Aku p
Sedari tadi Sarala terus mengitari rumah, dia mengitari rumah itu dari ujung ke ujung. Ada banyak hal yang mengganggunya di rumah ini, dia sendiri tidak tahu itu apa tapi semuanya terasa mengganggu. Perasaan tidak familiar yang dia rasakan semenjak sampai ke rumah ini begitu mengganggunya.Dia pergi ke kebun belakang, memperhatikan tanaman-tanaman disana. Seingat Sarala, Gandaria tidak begitu telaten merawat tanaman. Tapi tanaman ini terlihat begitu rapi dan bersih, tadi dia bertanya pada ART katanya majikannya sendiri yang merawatnya.Sarala mengerenyit, ini terlalu rapi. Di dekat gudang penyimpanan juga ada beberapa perkakas, sarung tangan berwarna merah muda dengan celemek senada.Perasaannya tidak enak.Dia kemudian mengelilingi lagi rumah itu, menemukan sendal jepit berwarna kuning yang seolah-olah disimpan dengan asal-asalan. Gandaria tidak suka warna kuning.Dia membatin lagi dan lagi.Dia yakin ada sesuatu disini, dia semakin yakin dia koma begitu lama atau tidak mengingat ban
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments