Share

Kalang Kabut

"Nyonya pergi?" tanya Mpok Wati balik dengan raut wajah yang terlibat linglung.

"Tuan apakan Nyonya tadi malam, kenapa Nyonya pergi, Tuan!" teriak Mpok Wati padaku.

Aku terkejut mendengar penuturannya.

Mpok Wati terlihat menangis, ia menyeka air mata yang membasahi pipi keriputnya.

"Kau apakan lagi Nyonya, Tuan. Belum cukup kau lukai mentalnya, belum cukup kau menyakiti hatinya! Nyonya lagi hamil, Tuan!" bentak Mpok Wati padaku.

Aku semakin kalang kabut, tak tau harus berbuat apa.

Baru kali ini aku melihat Mpok Wati semarah ini padaku.

Memang kuakui, Mpok Wati sangat menyayangi Nita, bahkan Nita juga sudah menganggap Mpok Wati sebagai ibunya di sini.

"Kau apakan dia, Tuan?" tanya Mpok Wati dengan suara melemah. Ia memegang lenganku, aku hanya bisa terdiam melihatnya yang menangis.

"Mpok, saya tidak melakukan apapun padanya. Saya tidak menyakitinya tadi malam," bantahku atas tuduhan Mpok Wati.

"Lalu kenapa Nyonya pergi begitu saja. Tidak mungkin dia pergi tanpa alasan!" bentak Mpok Wat
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status