Share

Alya Bereaksi

Penulis: Ummi Salmiah
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-04 14:00:00

"Aku akan membawa Deswita ke rumah," ucapnya begitu enteng. Di dunia ini ada yang memiliki ego yang tinggi termasuk Dave Abimanyu. Kadang egonya yang tinggi membuat dia selalu memiliki alasan agar orang di dekatnya sedikit terluka. 

 

Aku yang tidak pernah merasakan cinta dan dekat dengan laki-laki menganggap hal itu justru lucu. Lebih tepatnya sifat ke kanak-kanakan. Kita lihat saja sampai kapan dia bertahan dengan egois yang dimiliki. 

 

Cukup diam saja memiliki laki-laki yang unik dan pelit ini. Sekelas manager bank begitu sangat perhitungan. Itu mungkin yang membuatnya cepat naik jabatan.

 

Kadang keadaan membuat orang berubah. Aku tipe orang yang cuek, jika orang lain tidak suka tak perlu aku paksa untuk menyukaiku. Setiap orang berhak atas kenyamanan hidupnya dan aku tipe orang yang jika orang tidak suka aku tinggalkan. Kita perlu hidup aman dari orang-orang yang memiliki sifat tosic. 

 

Itulah mungkin hidupku dari dulu santai dan cuek. Diajak gulat paling senang. Namun, nyatanya kelakuanku yang bar-bar membuat orang sedikit ciut melihatku. Dan itu kuterapkan di setiap proyek, anak buah yang tidak bisa diajak kerja sama aku out kan. 

 

Melihat tangan gemetar Dave yang mentransfer uang sembilan juta entah mengapa aku ingin tertawa.  Penampilan oke belum tentu oke juga memberi istri belanja. Sebenarnya jika dia tidak minta nikah lagi, aku akan ikhlas menggunakan hasil proyekku yang tidak habis-habis jika dipakai. Namun, sayang kelakuan Dave Abimanyu harus segera diberi pelajaran agar sadar akan kodratnya.

 

Kuhubungi pak Rahman agar kali ini membantuku.

 

"Assalamu'alaikum ... Om."

 

"Walaikumsalam ... Alya, bagaimana Alya ada yang bisa om bantu?" tanya pak Rahman. Dia terlihat sangat bahagia.

 

Sebelumnya di acara lamaran Danu, aku bertemu dengan beliau. Banyak hal yang kami bicarakan termasuk wasiat kedua orang tuaku yang nilainya semakin banyak. Kuakui beliau orang yang amanah, walau usia sebentar lagi pensiun. Namun, ada anaknya yang akan meneruskan pekerjaan beliau. 

 

"Iya, Om. Alya butuh batuan, Om. Apakah om punya kenalan yang bisa mencari informasi  seseorang?"

 

"Ada, Alya. Kirim saja nama orang yang ingin Alya tahu."

 

"Baik, om. Terima kasih atas bantuannya, Om."

 

"Tak perlu sungkan, Alya. Om siap bantu kapan saja."

 

Kukirim nama Deswita yang bekerja sebagai pegawai di tempatnya Dave bekerja. Sembari menunggu informasi, aku membuka beberapa proyek yang harus selesai beberapa bulan kemudian. Bahkan si Dave tidak pernah menanyakan pekerjaanku, yang diperhatikan bagaimana penampilanku. Mainnya tidak jauh emang Dave Abimanyu.

 

Sampai siang, belum ada informasi dari pak Rahman. Karena aku begitu sibuk kutelpon bibi yang biasa membersihkan apartemenku untuk membersihkan rumah ini. 

 

***

Tak berselang lama, Bik Inah yang biasa membersihkan apartemenku datang ke rumah. Dengan sigap dia langsung membersihkan seluruh ruangan ini. Aku memilih bekerja di kamar agar lebih fokus. 

 

"Bik, buat sewangi mungkin, ya."

 

"Siap, non. Ini juga bawa pasukan karena non Alya minta harus cepat." Aku langsung mengangkat kedua jempolku. Jika membersihkan rumah, Bik Inah tak perlu diragukan lagi.

 

Kulihat masih jam satu siang, sembari menunggu pak Rahman aku menelpon ibu mertua. Jaga-jaga si Dave beneran membawa Deswita ke rumah. Sebagian orang jika dalam keadaan kesal sampai ubun-ubun kadang melakukan diluar logika. Apalagi Dave yang pelit telah mengeluarkan uang yang begitu besar tadi malam.

 

"Assalamu'alaikum, nak, apa kabar?" Ibu mertua yang selalu mengingatkanku dengan Bu Asih. Bahasanya sangat lembut, beda jauh dengan anaknya yang aneh itu.

 

"Walaikumsalam, Bu. Alhamdulillah, baik. Ibu bagaimana?"

 

"Ibu juga sangat baik. Dave bagaimana? Sabar-sabarin, ya, dia memang orangnya begitu dan juga sangat perhitungan."

 

"Iya, Bu. Yang penting jangan ibu aja yang kayak gitu."

 

"Hahaha ... ibu juga heran. Si Dave kok tidak ada mirip-miripnya dengan kami. Almarhum bapaknya sangat loyal dulu, tidak pelit sama sekali." Aku hanya senyum-senyum tidak jelas. Yang kutahu bapaknya Dave pensiunan polisi, dari segi tampilan sepertinya mengikuti jejak bapaknya. Hanya dari segi pelit masih dicari sumbernya dimana.

 

"Ibu, Bang Dave undang ibu ke rumah untuk makan malam. Nanti Alya masakin yang enak, spesial buat ibu."

 

"Aduh belum apa-apa ibu sudah ileran. Siyap, Alya ntar ibu kesana sekitar jam setengah enam sore, ya."

 

"Oke, Bu. Alya tunggu, ya."

 

Kami mengakhiri perbincangan di telpon. Setidaknya ada ibu mertua yang mendukungku, meski punya suami yang sedikit pelit dan ego sangat tinggi.

 

Kuhubungi Luna untuk mengirim tunik terbaik di butik samping rumahnya. Kita harus totalitas ketemu adik madu. Uhuk!

 

Tak berselang lama pak Rahman menelpon. Informasi yang tentunya sangat akurat dan sedikit membuat mataku melotot. Sepertinya Abang Dave harus dikasih teguran biar mencari saingan yang lebih keren dariku.

 

****

Rumah sudah kinclong dan wangi, aku segera masak persiapan menyambut ibu mertua. Dari dulu aku suka masak, walau sejak kecil ibuku tidak pernah masak untukku, sibuk pemotretan lupa ada anak yang harus dikasih nutrisi di rumah. Walau ada ART tetap saja harusnya seorang ibu melayani sepenuhnya anaknya sendiri.

 

Jam menunjukkan pukul 17.00 Aku berkemas. Untungnya tunik yang Luna kirim tepat tiba. Lucunya lagi si Luna titip bedak dan lipstik agar kupoles sedikit. Dan eh, apa-apaan si Luna mengirim lingeri warna merah terang menyala. Astagfirullah ada-ada saja si Luna ini

 

[Alya, hadapi musuh harus totalitas. Pakai sedikit tu bedak sama lipstik. Tipis-tipis saja biar gak kusam.]

 

[Jangan lupa nanti malam bikin air liernya ngalir abang Dave dengan lingeri merah meronah itu.] Diih, si Luna bisa-bisanya dia mikir beli lingeri merah. Idenya ada-ada saja si Luna.

 

Aku sampai nonton tutorial pakai lipstik. Bisa-bisanya beberapa kali belepotan, untung saja bel berbunyi membuatku menyudahi kegiatan aneh ini. Buang-buang waktu menurutku. 

 

Sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita sholeha. Bukan yang harus wajah glowing, tapi suami masih perhitungan untuk memberi nafkah. Kalau mampu tak masalah, ini ngasih nafkah saja tangannya gemetar. Ckck ... kelakuan manager bank yang satu ini memang harus diberi pelajaran.

 

Kulihat suamiku itu begitu bangga membawa Deswita yang begitu anggun dengan stelan kerjanya. Wajarlah, jika seorang Deswita totalitas dalam bekerja, termasuk menjaga penampilannya. 

 

Beberapa kali Dave memandangku, tapi fokusku ke Deswita yang sepertinya siap sekali menjadi penggantiku di rumah ini hingga kubisikkan sesuatu padanya, "Des, aku sudah tahu jika kamu simpanan Om Bara, apa jadinya aku bocorkan rahasiamu ke suamiku dan istrinya om Bara." Deswita gemetar mendengarku mengetahui rahasianya.

 

Yang lebih mengejutkan ibu Mertuaku datang di waktu yang tepat menambah deretan kebahagiaanku hari ini. Oh, puas sekali rasanya.

 

"Hei, Dave! Sepertinya kamu harus segera dikeluarkan dari daftar keluarga dan semua wasiat. Bisa-bisanya baru nikah satu Minggu kamu mau nikah lagi!" Ibu mertuaku teriak sampai Dave menutup telinganya. 

 

"Eh, kamu juga gatel sekali jadi wanita. Aku tahu tongkronganmu sering ke club malam. Iya 'kan?!"

 

Duuh, emang terbaik ibu mertuaku ini. Segala informasi terupdate dan paling akurat pasti lebih dulu beliau dapatkan. 

 

Hahaha ... si Dave dan Deswita seperti tahanan yang sedang di interogasi. Tak perlu capek meladeni permainan seperti ini. Kita hanya butuh bukti  untuk bisa menyerangnya. 

 

Syedap sekali menyantap kopi melihat pemandangan yang indah ini.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Aleeaaz
Hahaha,,, Keren ni Alya
goodnovel comment avatar
yolmi bakri
semakin seru
goodnovel comment avatar
mani kanaan
bagus ceritax thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • ISTRIKU TAK SUKA DANDAN   Yang Penting Bersamamu

    Alya begitu sibuk di dapur menyiapkan si kecil makanan. Kadang dia menggendongnya sambil menggoreng. Bukan tak mau cari asisten rumah tangga, Alya ingin memberikan yang terbaik untuk laki-laki kecil kami yang bernama Althaf itu. "Duduk di sini, dulu, sayang." Alya begitu sibuk, kadang dia suka lupa makan. Itu yang membuatku tak tega melihatnya. "Sudah makan?" tanyaku. Dia menggeleng pelan. Aku langsung mengambiil Althaf, kesehatan Alya yang paling utama. Seringkali aku menegurnya agar tidak lupa untuk makan. "Jangan tidak makan, tubuh kita juga butuh nutrisi." Selama ada Althaf, Alya memang begitu sibuk. Tak jarang dia bisa hanya sekedar makan. Bayi yang beranjak semakin besar itu terlihat semakin sehat diasuh Alya. Semakin hari dia semakin menggemaskan. Kami dibuat semakin menyanyanginya. "Dia sudah berceloteh, Bang." "Alhamdulillah, apakah melelahkan, sayang?" tanyaku. Aku begitu menyanyangi Alya, hingga khawatir dia sakit atau tidak makan. Alya fokus menjaga kami, dia memili

  • ISTRIKU TAK SUKA DANDAN   Takdirku Bersamamu

    Aku selalu yakin jika takdir itu selalu pada orang yang tepat. Selalu pada orang yang dipilih. Semesta seperti turut mendukung karena Tuhan selalu menggariskan pada orang yang tepat menurut-Nya. Iham langsung memberikan hasil tes DNA nya. Respon Alya seperti biasa. Dia tipe orang yang tidak begitu euforia terhadap sesuatu. Beda jauh denganku yang suka heboh sendiri. Apalagi kali ini takdirku dengannya tetap bersatu. "Kenapa bisa sekandung?" tanyaku penasaran."Aku dan Alya memiliki ayah yang sama." Alya tetap tenang tak ada sama sekali guratan terkejut di wajahnya."Ibunya Alya adalah cinta pertama ayahku."Lagi, aku memandang Alya yang nampak tenang. Dia sama sekali tak terkejut mendengar penuturan Ilham.“Al, kenapa kamu bisa setenang itu?”tanyaku lagi.“Karena waktu tes DNA aku dan papanya Ilham ke rumah sakit bersamaan," jawabnya santai. Astgafirullah, kembali aku elus dada. Ilham juga Nampak terkejut. Bisa-bisanya dia lebih tahu duluan.“Siapa yang mengarahkanmu untuk tes DNA

  • ISTRIKU TAK SUKA DANDAN   POV ILHAM

    POV ILHAMWanita idolaku itu selalu berdiam diri di sudut sekolah, entah bagaimana ceritanya dia masuk SMK yang sama denganku, aku dan dia mengambil jurusan yang berbeda, aku mengambil Desain. Sementara, dia mengambil teknik. Semua laki-laki di sekolaku memujinya, meski bar-bar dia tetap santun sesuai kodratnya sebagai perempuan. Itu yang membuat satu sekolah sungkan dengannya. Sampai menjelang kuliah tak ada laki-laki yang dekat dengannya. Aku menyukainya karena dia apa adanya, walau tak pernah kulihat dia dandan sedikit pun. Siapa lagi kalau bukan Alya Putri.Berkali-kali kudekat dengannya selalu ditolak entah apa salahku padanya. Segala hal kulakukan hanya demi dekat dengannya selalu dia buang muka.“Jangan pernah dekat denganku Ilham!” aku ditolak berkali-kali tanpa ampun sedikit pun.Apa aku begitu memuakkan baginya hingga dia sama sekali tidak melirikku. Aku begitu insecure dengannya.“Bagaimana, Bro. Apa dia bisa ditaklukkan?” tanya Fondy sahabatku. Hanya dia yang tahu bagaim

  • ISTRIKU TAK SUKA DANDAN   Karena Kamu Adalah Jodohku

    Cukup lama aku memeluknya, merasakan cinta yang terus bersemi dan bermekar di hati ini. Cinta ini terus tumbuh tanpa bisa kutahan. "Bang, kapan selesainya kalau dipeluk terus?" tanya Alya menyadarkanku. Duh, sekarang terasa malunya. Aku membenci diriku yang mengatakan bahwa dia layak bahagia dengan yang lainnya, padahal aku sendiri begitu terluka. Lidah memang tak bertulang, gampang berucap sulit untuk dilakukan."Maaf." Hanya itu yang keluar dari mulutku.Alya hanya membalas dengan senyuman. Dengan telaten dia menyiapkan sarapan untukku. Makanan yang disajikan simpel, tapi rasanya begitu enak di lidah. Namun, entah mengapa aku tak tertarik kali ini. Pikiranku isinya hanya Ilham dan Alya. Apa Ilham akan tetap berjuang atau sebaliknya. Aku membenci segala prasangka ini. "Makan yang banyak, ibu sedang sakit jangan sampai kita lemah," jelasnya.Benar, harusnya kata-kata itu diucapkan oleh suami. Namun, ini justru sebaliknya. Aku akui, aku memang lemah. "Terima kasih, Al." Aku menyan

  • ISTRIKU TAK SUKA DANDAN   Adakah ruang untuk kita?

    Aku selalu berharap ada ruang untuk kita bisa bersama, merangkai rindu yang pernah hilang. Merangkai banyak cerita yang pernah sulit kita lalui, meski aku sadar diri untuk tidak berharap lebih dari dirimu. ~Dave_Abimanyu****"Kenapa senyum-senyum gitu, Bang?" tanya Alya."Aku bahagia, Al. Cinta yang kurasakan berbalas." Dia tersenyum, andai aku serakah mungkin aku langsung memeluknya. Namun, aku sadar diri bahwa luka yang kutoreh tidak sedikit. Harus diobati perlahan-lahan. "Ayo kita masuk, Bang. Angin malam tidak terlalu baik," ajak Alya. Aku hanya membalas dengan anggukan meski rasa canggung ini jangan ditanya.Aku memilih tidur di luar dengan pak Sahmat sementara Alya bersama bik Inah ada di dalam."Kenapa senyum-senyum gitu mas Dave. Ciyee, ada yang CLBK," kata pak Sahmat meledekku. Ada-ada aja pak Sahmat."Tipis harapan pak Mat," balasku. Meski begitu aku bahagia karena kami saling mencintai. Rasanya seperti jatuh cinta lagi seperti anak muda."Harapan itu selalu ada selagi ki

  • ISTRIKU TAK SUKA DANDAN   Terbuka

    "Jangan siksa dirimu, Nak. Jika kamu tidak sanggup melanjutkan pernikahan dengan Dave, ibu terima apa pun keputusanmu," balas ibu."Iya, Bu. Istirahatlah," balas Alya sopan. Tidak mengiyakan atau menolak ucapan ibu, dia hanya membalas dengan senyuman.Aku benar-benar merasa tidak percaya diri. Sejauh apa pun aku melangkah dan kembali, tidak ada yang bisa memaksa keadaan. Begitu pun dengan Alya, dia berhak bahagia dengan siapa pun yang dia mau.Aku mundur teratur membiarkan ibu dengan Alya. Aku memang anak yang tidak berguna membiarkan ibu lebih merasa nyaman dengan Alya, dibandingkan dengan aku, anaknya.Ibu bahkan lebih fokus dengan Alya tanpa melihatku di sampingnya. Tangan Alya terus dipegang. Orang akan memperlakukanmu seperti caramu memperlakukannya. Ibu lebih nyaman dengan Alya, mengajaknya bicara dari hati ke hati.

  • ISTRIKU TAK SUKA DANDAN   Harapan

    Terbuat dari apa hatimu yang begitu tenang, setenang air. _Dave"Tenanglah, do'a anak yang soleh itu sampai ke langit ketujuh," ucap Alya menasehatiku. Dia begitu tenang, sementara aku jangan ditanya debaran di dada ini."Ibu sakit sejak enam bulan yang lalu, beberapa kali ibu mengeluhkan kepalanya yang sakit." Alya menceritakanku dengan suara yang begitu tenang."Setelah diperiksa beliau hipertensi dan gula darahnya juga tinggi.""Tapi mengapa kalian tidak mengabariku?""Ibu yang minta, sebagian dari pikiran orang tua selalu tentang kenyamanan anaknya, meskipun mengabaikan diri sendiri. Ibu kulihat seperti itu, beda dari orang tua yang lainnya yang kadang egoisnya lebih tinggi, " sambung Alya. Seperti pukulan telak bagiku yang menelantarkan ibu."Sifat

  • ISTRIKU TAK SUKA DANDAN   Keluarkan Bebanmu, Al

    Kamu tahu hal yang membuatmu dijauhi orang lain adalah kamu tidak bisa mengontrol ucapanmu, membiarkan setiap bait yang keluar dari mulutmu adalah bahwa apa yang kamu ucapkan semuanya benar, tanpa kamu sadari bahwa itu bisa melukai orang lain. ~Alya_Putri ***"Abang kira mudah menjadi aku?" Alya mulai membuka suaranya."Abang bahkan tahu prinsipku, jika harga diriku terluka dan ideologi tidak sama denganmu, maka jangan salahkan aku jika aku pergi meninggalkanmu." "Abang kira mudah begitu saja bagiku memaafkan, ha? Kurasa orang yang paling egois di sini itu adalah abang." "Menghilang, tapi memberi harapan." Lagi, dia menekan suaranya membuatku semakin bersalah.Kubiarkan dia mengeluarkan segala yang ada di hatinya, mungkin itu membuatnya lebih tenang. Cukup lama kami saling menatap, meski titik-titik air itu terus turun tanpa diminta. Aku bahkan menghapus air yang terus turun dari matanya. "Maafkan aku, Al.""Aku benci, Abang. Sangat benci!" teriaknya sambil menangis dan memukulku.

  • ISTRIKU TAK SUKA DANDAN   Rindu ini menyiksa

    Pulang dari masjid ibu sudah bangun, wajahnya lebih segar mungkin efek obat yang diminum."Ibu ...." Aku mencium tangannya berkali-kali. Kali ini lebih terasa karena ibu lebih terlihat segar."Dave ...." Ibu terisak memelukku."Maafkan Dave, Bu." Ibu menggeleng. Kami menangis tersedu-sedu."Yang penting kamu sehat, Nak," ucap Ibu memelukku dengan erat."Alya mana? Apa Alya belum datang?" tanyanya. Maksud ibu?"Iya, Bu. Kan sudah ada Dave," jawabku. Namun, ibu menggeleng."Ibu maunya ada Alya di sini," balas ibu.Sekarang aku yang bingung mau jawab apa."Nanti Dave panggil Alya, ya," jawabku. Kenapa ibu sangat manja pada Alya."Hanya dia yang paham takaran makan minum ibu," ucap ibu.Aku semakin bingung dengan kondisi ibu. Apa selama ini Alya selalu dat

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status