Share

Alya Bereaksi

"Aku akan membawa Deswita ke rumah," ucapnya begitu enteng. Di dunia ini ada yang memiliki ego yang tinggi termasuk Dave Abimanyu. Kadang egonya yang tinggi membuat dia selalu memiliki alasan agar orang di dekatnya sedikit terluka. 

 

Aku yang tidak pernah merasakan cinta dan dekat dengan laki-laki menganggap hal itu justru lucu. Lebih tepatnya sifat ke kanak-kanakan. Kita lihat saja sampai kapan dia bertahan dengan egois yang dimiliki. 

 

Cukup diam saja memiliki laki-laki yang unik dan pelit ini. Sekelas manager bank begitu sangat perhitungan. Itu mungkin yang membuatnya cepat naik jabatan.

 

Kadang keadaan membuat orang berubah. Aku tipe orang yang cuek, jika orang lain tidak suka tak perlu aku paksa untuk menyukaiku. Setiap orang berhak atas kenyamanan hidupnya dan aku tipe orang yang jika orang tidak suka aku tinggalkan. Kita perlu hidup aman dari orang-orang yang memiliki sifat tosic. 

 

Itulah mungkin hidupku dari dulu santai dan cuek. Diajak gulat paling senang. Namun, nyatanya kelakuanku yang bar-bar membuat orang sedikit ciut melihatku. Dan itu kuterapkan di setiap proyek, anak buah yang tidak bisa diajak kerja sama aku out kan. 

 

Melihat tangan gemetar Dave yang mentransfer uang sembilan juta entah mengapa aku ingin tertawa.  Penampilan oke belum tentu oke juga memberi istri belanja. Sebenarnya jika dia tidak minta nikah lagi, aku akan ikhlas menggunakan hasil proyekku yang tidak habis-habis jika dipakai. Namun, sayang kelakuan Dave Abimanyu harus segera diberi pelajaran agar sadar akan kodratnya.

 

Kuhubungi pak Rahman agar kali ini membantuku.

 

"Assalamu'alaikum ... Om."

 

"Walaikumsalam ... Alya, bagaimana Alya ada yang bisa om bantu?" tanya pak Rahman. Dia terlihat sangat bahagia.

 

Sebelumnya di acara lamaran Danu, aku bertemu dengan beliau. Banyak hal yang kami bicarakan termasuk wasiat kedua orang tuaku yang nilainya semakin banyak. Kuakui beliau orang yang amanah, walau usia sebentar lagi pensiun. Namun, ada anaknya yang akan meneruskan pekerjaan beliau. 

 

"Iya, Om. Alya butuh batuan, Om. Apakah om punya kenalan yang bisa mencari informasi  seseorang?"

 

"Ada, Alya. Kirim saja nama orang yang ingin Alya tahu."

 

"Baik, om. Terima kasih atas bantuannya, Om."

 

"Tak perlu sungkan, Alya. Om siap bantu kapan saja."

 

Kukirim nama Deswita yang bekerja sebagai pegawai di tempatnya Dave bekerja. Sembari menunggu informasi, aku membuka beberapa proyek yang harus selesai beberapa bulan kemudian. Bahkan si Dave tidak pernah menanyakan pekerjaanku, yang diperhatikan bagaimana penampilanku. Mainnya tidak jauh emang Dave Abimanyu.

 

Sampai siang, belum ada informasi dari pak Rahman. Karena aku begitu sibuk kutelpon bibi yang biasa membersihkan apartemenku untuk membersihkan rumah ini. 

 

***

Tak berselang lama, Bik Inah yang biasa membersihkan apartemenku datang ke rumah. Dengan sigap dia langsung membersihkan seluruh ruangan ini. Aku memilih bekerja di kamar agar lebih fokus. 

 

"Bik, buat sewangi mungkin, ya."

 

"Siap, non. Ini juga bawa pasukan karena non Alya minta harus cepat." Aku langsung mengangkat kedua jempolku. Jika membersihkan rumah, Bik Inah tak perlu diragukan lagi.

 

Kulihat masih jam satu siang, sembari menunggu pak Rahman aku menelpon ibu mertua. Jaga-jaga si Dave beneran membawa Deswita ke rumah. Sebagian orang jika dalam keadaan kesal sampai ubun-ubun kadang melakukan diluar logika. Apalagi Dave yang pelit telah mengeluarkan uang yang begitu besar tadi malam.

 

"Assalamu'alaikum, nak, apa kabar?" Ibu mertua yang selalu mengingatkanku dengan Bu Asih. Bahasanya sangat lembut, beda jauh dengan anaknya yang aneh itu.

 

"Walaikumsalam, Bu. Alhamdulillah, baik. Ibu bagaimana?"

 

"Ibu juga sangat baik. Dave bagaimana? Sabar-sabarin, ya, dia memang orangnya begitu dan juga sangat perhitungan."

 

"Iya, Bu. Yang penting jangan ibu aja yang kayak gitu."

 

"Hahaha ... ibu juga heran. Si Dave kok tidak ada mirip-miripnya dengan kami. Almarhum bapaknya sangat loyal dulu, tidak pelit sama sekali." Aku hanya senyum-senyum tidak jelas. Yang kutahu bapaknya Dave pensiunan polisi, dari segi tampilan sepertinya mengikuti jejak bapaknya. Hanya dari segi pelit masih dicari sumbernya dimana.

 

"Ibu, Bang Dave undang ibu ke rumah untuk makan malam. Nanti Alya masakin yang enak, spesial buat ibu."

 

"Aduh belum apa-apa ibu sudah ileran. Siyap, Alya ntar ibu kesana sekitar jam setengah enam sore, ya."

 

"Oke, Bu. Alya tunggu, ya."

 

Kami mengakhiri perbincangan di telpon. Setidaknya ada ibu mertua yang mendukungku, meski punya suami yang sedikit pelit dan ego sangat tinggi.

 

Kuhubungi Luna untuk mengirim tunik terbaik di butik samping rumahnya. Kita harus totalitas ketemu adik madu. Uhuk!

 

Tak berselang lama pak Rahman menelpon. Informasi yang tentunya sangat akurat dan sedikit membuat mataku melotot. Sepertinya Abang Dave harus dikasih teguran biar mencari saingan yang lebih keren dariku.

 

****

Rumah sudah kinclong dan wangi, aku segera masak persiapan menyambut ibu mertua. Dari dulu aku suka masak, walau sejak kecil ibuku tidak pernah masak untukku, sibuk pemotretan lupa ada anak yang harus dikasih nutrisi di rumah. Walau ada ART tetap saja harusnya seorang ibu melayani sepenuhnya anaknya sendiri.

 

Jam menunjukkan pukul 17.00 Aku berkemas. Untungnya tunik yang Luna kirim tepat tiba. Lucunya lagi si Luna titip bedak dan lipstik agar kupoles sedikit. Dan eh, apa-apaan si Luna mengirim lingeri warna merah terang menyala. Astagfirullah ada-ada saja si Luna ini

 

[Alya, hadapi musuh harus totalitas. Pakai sedikit tu bedak sama lipstik. Tipis-tipis saja biar gak kusam.]

 

[Jangan lupa nanti malam bikin air liernya ngalir abang Dave dengan lingeri merah meronah itu.] Diih, si Luna bisa-bisanya dia mikir beli lingeri merah. Idenya ada-ada saja si Luna.

 

Aku sampai nonton tutorial pakai lipstik. Bisa-bisanya beberapa kali belepotan, untung saja bel berbunyi membuatku menyudahi kegiatan aneh ini. Buang-buang waktu menurutku. 

 

Sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita sholeha. Bukan yang harus wajah glowing, tapi suami masih perhitungan untuk memberi nafkah. Kalau mampu tak masalah, ini ngasih nafkah saja tangannya gemetar. Ckck ... kelakuan manager bank yang satu ini memang harus diberi pelajaran.

 

Kulihat suamiku itu begitu bangga membawa Deswita yang begitu anggun dengan stelan kerjanya. Wajarlah, jika seorang Deswita totalitas dalam bekerja, termasuk menjaga penampilannya. 

 

Beberapa kali Dave memandangku, tapi fokusku ke Deswita yang sepertinya siap sekali menjadi penggantiku di rumah ini hingga kubisikkan sesuatu padanya, "Des, aku sudah tahu jika kamu simpanan Om Bara, apa jadinya aku bocorkan rahasiamu ke suamiku dan istrinya om Bara." Deswita gemetar mendengarku mengetahui rahasianya.

 

Yang lebih mengejutkan ibu Mertuaku datang di waktu yang tepat menambah deretan kebahagiaanku hari ini. Oh, puas sekali rasanya.

 

"Hei, Dave! Sepertinya kamu harus segera dikeluarkan dari daftar keluarga dan semua wasiat. Bisa-bisanya baru nikah satu Minggu kamu mau nikah lagi!" Ibu mertuaku teriak sampai Dave menutup telinganya. 

 

"Eh, kamu juga gatel sekali jadi wanita. Aku tahu tongkronganmu sering ke club malam. Iya 'kan?!"

 

Duuh, emang terbaik ibu mertuaku ini. Segala informasi terupdate dan paling akurat pasti lebih dulu beliau dapatkan. 

 

Hahaha ... si Dave dan Deswita seperti tahanan yang sedang di interogasi. Tak perlu capek meladeni permainan seperti ini. Kita hanya butuh bukti  untuk bisa menyerangnya. 

 

Syedap sekali menyantap kopi melihat pemandangan yang indah ini.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Aleeaaz
Hahaha,,, Keren ni Alya
goodnovel comment avatar
yolmi bakri
semakin seru
goodnovel comment avatar
mani kanaan
bagus ceritax thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status