Share

Dibuat Terpana

Author: Ummi Salmiah
last update Last Updated: 2023-06-15 09:57:22

Tak kupedulikan dia yang menyediakan aku satu bungkus mie dan satu buah telur. Benar-benar sudah diperhitungkan olehnya. Aku sampai gigit jari. Apa dia dulu mahasiswi tercerdas sampai begitu detailnya menyiapkan nota tiga puluh ribu padaku.

Lama kelamaan aku bisa mati mendadak dibuatnya. 

Ting! Satu notifikasi pesan dari Fery.

[Bro, jangan lupa kita ke lamaran Danu malam ini.] Aku bahkan sampai lupa jika ada undangan malam ini. Lumayan menghindari mie instan dan satu buah telur.

"Bang, aku mau keluar malam ini," ucapnya. Tak lupa dia meniup-niup jilbabnya. Benar-benar tidak ada feminimnya si Alya ini. Bahkan celana training tak pernah lepas dari tubuhnya. 

"Keluar saja, pakai izin segala."

"Sudah kewajiban istri izin jika keluar, terima kasih sudah mengizinkan," sambungnya lagi sambil memasang wajah imut. Pen mual lihatnya. 

Dia terlihat berkemas menyiapkan diri. Sekarang aku yang bingung tidak ada makanan apa pun di rumah ini. Padahal sebelumnya cemilan selalu Alya siapkan setiap sore tanpa meminta uang sedikit pun dariku. Namun, semenjak aku minta nikah lagi, dia langsung berubah seratus delapan puluh derajat. Wanita yang aneh memang si Alya ini. 

"Bang, aku berangkat, ya. Jan lupa mie instan dari sisa nafkah tiga puluh rebu direbus. Barangkali bisa kenyang Ampe pagi." Diiih, gayanya. Dia belum tau uang didompetku sampai tak bisa ditutup saking banyaknya. 

"Berangkat saja!" Aku sampai tak ada niat hanya sekedar menatapnya. Harusnya pakai bedak sama poles-poles dikit lah tu wajah. Ini sat set tanpa dandan sudah mau keluar. Siapa juga yang tertarik melihatnya.

Dia pergi. Kutatap lagi mi instan di meja dapur. Ya ampun aku benar-benar lapar hingga merebus mie campur telur. Walau aku bingung bagaimana pasang selang gas. Sempat-sempatnya si Alya memutus gas itu hingga keringatku keluar untuk pasang selang gas ini. 

Mungkin karena kelebihan air, mie ini benar-benar tidak enak. Ini gara-gara si Alya wonder woman itu!

****

Tepat pukul delapan malam aku bersiap. Perutku yang keroncong memaksaku harus segera ke kondangan. Dapur yang semula bersih itu jadi berantakan karena ulahku yang masak mie rebus kelebihan air. Biarlah si Alya yang bersihkan tu dapur. Ternyata sulit juga jadi wanita apalagi si Alya itu wanita serba bisa.

Akhirnya sampai juga ke acaranya Danu. Tamu begitu banyak yang hadir. 

"Bro, mana istrimu?" Tanya Fery yang disamping istrinya begitu manis. Terlihat sekali jika dia pandai merawat diri.

"Dia anti ikut acara begini," jawabku sekenanya. Padahal aku tak tahu si Alya kemana rimbanya.

"Mas Dave," panggil Maharani mantanku dulu yang membuatku tak berkedip. Dandanan glamour seperti artis itu terus tersenyum disamping suaminya yang kutahu bekerja di BUMN juga.

"Rani ...."

"Istrinya mana?" 

"Dia tidak bisa hadir," jawabku lagi. Entah berapa banyak lagi orang yang akan bertanya dengan si Alya. Melihat Maharani aku semakin mati kutu, dia dulu kuputuskan begitu saja karena bukan termasuk seleraku.

"Padahal aku penasaran seperti apa istri manager bank yang begitu totalitas menjaga penampilan," sindirnya padaku. 

Aku semakin tak berkutik.

"Aku pamit dulu," sambungnya lagi.

Acara segera dimulai tamu undangan berkumpul. Untung ada Fery disampingku. Istrinya minta izin berkumpul dengan teman sesama sosialitanya. 

Hingga langkah wanita yang tak begitu asing memecah suasana pesta malam ini. Napasku sampai tercekat melihat keanggunan wanita itu. Dengan polesan minimalis yang digunakannya membuat semua orang menatapnya.

"Riasannya natural menambah kecantikan yang ada pada wanita itu," ucap istri Fery yang tiba-tiba disamping kami.

"Aku rasa dia seperti putri pangeran versi now."

"Iya betul seperti riasan istri pangeran di inggris. Riasannya sederhana, tapi memukau."

Semua orang sibuk membahas wanita yang membuatku tak bisa napas.

"Dave bukannya itu istrimu!" teriak Fery.

Aku sampai tidak percaya hingga memanggil namanya.

"Alya ...." Dia menoleh sambil menyunggingkan senyum.

Aku diam tanpa sepatah kata pun. Lama-lama aku bisa mati mendadak dibuat oleh si Alya.

Hahaha ... kapok lo Dave!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • ISTRIKU TAK SUKA DANDAN   Yang Penting Bersamamu

    Alya begitu sibuk di dapur menyiapkan si kecil makanan. Kadang dia menggendongnya sambil menggoreng. Bukan tak mau cari asisten rumah tangga, Alya ingin memberikan yang terbaik untuk laki-laki kecil kami yang bernama Althaf itu. "Duduk di sini, dulu, sayang." Alya begitu sibuk, kadang dia suka lupa makan. Itu yang membuatku tak tega melihatnya. "Sudah makan?" tanyaku. Dia menggeleng pelan. Aku langsung mengambiil Althaf, kesehatan Alya yang paling utama. Seringkali aku menegurnya agar tidak lupa untuk makan. "Jangan tidak makan, tubuh kita juga butuh nutrisi." Selama ada Althaf, Alya memang begitu sibuk. Tak jarang dia bisa hanya sekedar makan. Bayi yang beranjak semakin besar itu terlihat semakin sehat diasuh Alya. Semakin hari dia semakin menggemaskan. Kami dibuat semakin menyanyanginya. "Dia sudah berceloteh, Bang." "Alhamdulillah, apakah melelahkan, sayang?" tanyaku. Aku begitu menyanyangi Alya, hingga khawatir dia sakit atau tidak makan. Alya fokus menjaga kami, dia memili

  • ISTRIKU TAK SUKA DANDAN   Takdirku Bersamamu

    Aku selalu yakin jika takdir itu selalu pada orang yang tepat. Selalu pada orang yang dipilih. Semesta seperti turut mendukung karena Tuhan selalu menggariskan pada orang yang tepat menurut-Nya. Iham langsung memberikan hasil tes DNA nya. Respon Alya seperti biasa. Dia tipe orang yang tidak begitu euforia terhadap sesuatu. Beda jauh denganku yang suka heboh sendiri. Apalagi kali ini takdirku dengannya tetap bersatu. "Kenapa bisa sekandung?" tanyaku penasaran."Aku dan Alya memiliki ayah yang sama." Alya tetap tenang tak ada sama sekali guratan terkejut di wajahnya."Ibunya Alya adalah cinta pertama ayahku."Lagi, aku memandang Alya yang nampak tenang. Dia sama sekali tak terkejut mendengar penuturan Ilham.“Al, kenapa kamu bisa setenang itu?”tanyaku lagi.“Karena waktu tes DNA aku dan papanya Ilham ke rumah sakit bersamaan," jawabnya santai. Astgafirullah, kembali aku elus dada. Ilham juga Nampak terkejut. Bisa-bisanya dia lebih tahu duluan.“Siapa yang mengarahkanmu untuk tes DNA

  • ISTRIKU TAK SUKA DANDAN   POV ILHAM

    POV ILHAMWanita idolaku itu selalu berdiam diri di sudut sekolah, entah bagaimana ceritanya dia masuk SMK yang sama denganku, aku dan dia mengambil jurusan yang berbeda, aku mengambil Desain. Sementara, dia mengambil teknik. Semua laki-laki di sekolaku memujinya, meski bar-bar dia tetap santun sesuai kodratnya sebagai perempuan. Itu yang membuat satu sekolah sungkan dengannya. Sampai menjelang kuliah tak ada laki-laki yang dekat dengannya. Aku menyukainya karena dia apa adanya, walau tak pernah kulihat dia dandan sedikit pun. Siapa lagi kalau bukan Alya Putri.Berkali-kali kudekat dengannya selalu ditolak entah apa salahku padanya. Segala hal kulakukan hanya demi dekat dengannya selalu dia buang muka.“Jangan pernah dekat denganku Ilham!” aku ditolak berkali-kali tanpa ampun sedikit pun.Apa aku begitu memuakkan baginya hingga dia sama sekali tidak melirikku. Aku begitu insecure dengannya.“Bagaimana, Bro. Apa dia bisa ditaklukkan?” tanya Fondy sahabatku. Hanya dia yang tahu bagaim

  • ISTRIKU TAK SUKA DANDAN   Karena Kamu Adalah Jodohku

    Cukup lama aku memeluknya, merasakan cinta yang terus bersemi dan bermekar di hati ini. Cinta ini terus tumbuh tanpa bisa kutahan. "Bang, kapan selesainya kalau dipeluk terus?" tanya Alya menyadarkanku. Duh, sekarang terasa malunya. Aku membenci diriku yang mengatakan bahwa dia layak bahagia dengan yang lainnya, padahal aku sendiri begitu terluka. Lidah memang tak bertulang, gampang berucap sulit untuk dilakukan."Maaf." Hanya itu yang keluar dari mulutku.Alya hanya membalas dengan senyuman. Dengan telaten dia menyiapkan sarapan untukku. Makanan yang disajikan simpel, tapi rasanya begitu enak di lidah. Namun, entah mengapa aku tak tertarik kali ini. Pikiranku isinya hanya Ilham dan Alya. Apa Ilham akan tetap berjuang atau sebaliknya. Aku membenci segala prasangka ini. "Makan yang banyak, ibu sedang sakit jangan sampai kita lemah," jelasnya.Benar, harusnya kata-kata itu diucapkan oleh suami. Namun, ini justru sebaliknya. Aku akui, aku memang lemah. "Terima kasih, Al." Aku menyan

  • ISTRIKU TAK SUKA DANDAN   Adakah ruang untuk kita?

    Aku selalu berharap ada ruang untuk kita bisa bersama, merangkai rindu yang pernah hilang. Merangkai banyak cerita yang pernah sulit kita lalui, meski aku sadar diri untuk tidak berharap lebih dari dirimu. ~Dave_Abimanyu****"Kenapa senyum-senyum gitu, Bang?" tanya Alya."Aku bahagia, Al. Cinta yang kurasakan berbalas." Dia tersenyum, andai aku serakah mungkin aku langsung memeluknya. Namun, aku sadar diri bahwa luka yang kutoreh tidak sedikit. Harus diobati perlahan-lahan. "Ayo kita masuk, Bang. Angin malam tidak terlalu baik," ajak Alya. Aku hanya membalas dengan anggukan meski rasa canggung ini jangan ditanya.Aku memilih tidur di luar dengan pak Sahmat sementara Alya bersama bik Inah ada di dalam."Kenapa senyum-senyum gitu mas Dave. Ciyee, ada yang CLBK," kata pak Sahmat meledekku. Ada-ada aja pak Sahmat."Tipis harapan pak Mat," balasku. Meski begitu aku bahagia karena kami saling mencintai. Rasanya seperti jatuh cinta lagi seperti anak muda."Harapan itu selalu ada selagi ki

  • ISTRIKU TAK SUKA DANDAN   Terbuka

    "Jangan siksa dirimu, Nak. Jika kamu tidak sanggup melanjutkan pernikahan dengan Dave, ibu terima apa pun keputusanmu," balas ibu."Iya, Bu. Istirahatlah," balas Alya sopan. Tidak mengiyakan atau menolak ucapan ibu, dia hanya membalas dengan senyuman.Aku benar-benar merasa tidak percaya diri. Sejauh apa pun aku melangkah dan kembali, tidak ada yang bisa memaksa keadaan. Begitu pun dengan Alya, dia berhak bahagia dengan siapa pun yang dia mau.Aku mundur teratur membiarkan ibu dengan Alya. Aku memang anak yang tidak berguna membiarkan ibu lebih merasa nyaman dengan Alya, dibandingkan dengan aku, anaknya.Ibu bahkan lebih fokus dengan Alya tanpa melihatku di sampingnya. Tangan Alya terus dipegang. Orang akan memperlakukanmu seperti caramu memperlakukannya. Ibu lebih nyaman dengan Alya, mengajaknya bicara dari hati ke hati.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status