Share

Dua

Author: Aura_Aziiz16
last update Last Updated: 2025-04-22 15:47:13

"Rin, kamu masak apa? Mas lapar! Mau makan!" perintahku pada Rina saat aku pulang dari kantor.

Nasib sial, entah karena dosa pada Rina atau kebetulan lagi apes saja, dompetku hilang dicopet orang di warung Ampera tempat aku makan siang tadi.

Jadilah aku tak jadi makan siang dan terpaksa menahan lapar hingga pulang dari kantor sore ini.

Padahal uang itu masih cukup banyak jumlahnya, masih dua juta lebih. Uang yang sedianya akan aku pakai untuk beli BBM ke kantor dan untuk makan siang. Tapi sekarang uang itu sudah hilang berikut dompet dan kartu identitas lainnya yang ada di dalamnya.

Aku sudah melaporkan kehilangan itu ke kantor polisi tak lama setelah aku menyadari dompetku itu dicopet orang, akan tetapi polisi tak bisa langsung bergerak cepat mencari tahu siapa pelaku yang telah mencuri dompetku itu sebab pengunjung warung saat itu memang ramai, sementara CCTV tak ada. Tak cukup bukti untuk menangkap siapa pelakunya yang telah mencuri dompetku itu. Benar benar sial memang!

"Aku masak seperti biasa, Mas! Aku harus bayar air dan beli token listrik, makanya cuma bisa beli tempe sama kangkung," jawab Rina sambil buru buru menyiapkan menu itu di meja makan.

Mendengar jawabannya itu aku mendengkus kesal. Sudah aku duga menu di rumah ini tak akan pernah ada enak enaknya. Rina bukan Naya, istri Ilham yang pandai cari uang sendiri untuk bantu suami sehingga bisa masak enak seperti bekal yang diberikan Naya untuk Ilham. Tapi mau bagaimana lagi. Dari pada aku tumbang karena perut keroncongan lebih baik aku makan masakan Rina itu walau pun tak selera.

Melihat istriku itu sudah menghidangkan makanan aku pun segera makan agar perut tak lagi melilit sakit.

Usai makan langsung aku fokus pada rencana yang ada di kepala sedari tadi.

"Rin, mana uang yang mas kasih kemarin? Dompet mas tadi dicopet orang waktu makan siang di warung. Semua uang mas hilang. Jadi kesini kan uang yang mas kasih kemarin karena mas butuh buat ongkos ke kantor!" ucapku pada Rina.

Mendengar kata kataku, Rina terlihat kaget dan membelalakkan matanya. Mungkin tak menyangka aku akan meminta uang itu.

Tapi aku tak punya pilihan lain. Kalau tidak begitu, aku mau dapat uang dari mana? Minta ke ibu percuma. Uang kalau sudah masuk ke kantong beliau, haram bisa keluar lagi. Jadi lebih baik aku minta Rina. Kalau diirit irit bisalah sampai gajian bulan depan.

"Tapi, mas ... uang itu kan buat belanja! Gimana mau makan kalau uang itu mas minta lagi!" Rina berkata dengan suara sedikit keras mendengar permintaanku itu. Tapi aku tak peduli.

"Sudahlah jangan banyak omong! Daripada mas nggak bisa ke kantor lebih susah lagi! Jadi ke sini kan uang itu!" hardikku lagi.

"Kenapa nggak minta ibumu saja, Mas! Ibu kamu kasih lima juta, sementara aku cuma tujuh ratus ribu! Zalim kalau masih kamu minta lagi, Mas!" suara Rina bergetar. Mungkin menahan emosi yang ada dalam dadanya.

Tapi aku tak peduli. Salah siapa jadi perempuan bisanya cuma menadahkan tangan ke suami! Nggak ada kreatif kreatifnya sama sekali. Nggak ada guna dan manfaatnya sama sekali! Cuma jadi beban!

Coba kalau dia bekerja dan punya penghasilan sendiri, dia pasti bisa membantuku saat aku kesulitan begini dan tak perlu minta nafkah dariku lagi. Aku tak perlu pusing menyisihkan sebagian penghasilanku untuknya setiap bulan. Dasar wanita lemah memang si Rina!

"Apa? Zalim? Kamu yang zalim kalau nyuruh aku minta uang ke Ibu! Uang udah dikasih diminta lagi, kamu pake otak nggak!"

"Sudah! Jangan banyak omong! Sini dompet kamu! Biar aku ambil sendiri uang itu!" hardikku lagi. Lalu setelah itu tanpa memperdulikan keberatan dari Rina, aku gegas masuk ke dalam kamar dan mengambil tas tangan Rina yang biasanya disimpan di lemari.

Tanpa ba-bi-bu lagi segera aku keluarkan dompet dan mengambil sisa uang yang kemarin aku berikan pada Rina.

Uang itu masih tersisa lima ratus lima puluh ribu rupiah. Cukup lah untuk ongkos dua minggu ke depan. Dua minggu ke depannya lagi mungkin aku bisa pinjam ke Ilham atau teman yang lain. Jadi sementara aman.

Berpikir begitu, aku pun gegas menyimpan uang itu ke dalam kantong dan meninggalkan kamar dengan tergesa.

"Mas ... kembalikan uang itu! Jangan kamu ambil semuanya, Mas! Kamu nggak kasihan sama Aldi? Kamu boleh nggak kasian sama aku, tapi jangan sama Aldi, Mas! Gimana dia mau makan kalau uangnya kamu ambil semua ...!" pekik Rina sembari menangis.

Tapi aku tak peduli. Tanpa mengindahkan perkataannya aku gegas menuju motor dan menaikinya. Aku ingin ke rumah Ibu karena sore ini belum minum kopi. Sementara mau minta Rina membuatkannya, mood ku sudah hilang.

Dari pada aku kalap mendengar rengekannya, lebih baik aku minta kopi sama ibu.

Dasar istri tidak peka kesulitan suami memang. Tahu uangku hilang dicopet orang, bukannya buru-buru memberi uang yang dia punya, malah sibuk beralasan Aldi segala! Aldi kan masih kecil. Makannya tidak banyak, apa yang harus direpotkan! Sementara hingga menunggu bulan depan, dia kan bisa dikasih ASI sama bubur saja. Gitu saja repot! Benar benar istri menyebalkan!

Sampai di rumah ibu ...

"Kamu kenapa? Kok datang datang, muka kusut kayak baju nggak disetrika? Ada masalah apa?" sambut Ibu begitu aku datang.

"Paling paling capek pulang kerja cuma dimasakin tumis kangkung sama goreng tempe apa goreng telor, Bu, makanya muka Mas Rama kusut! Ha ... ha ... ha ...!" celetuk Dewi yang kulihat tengah duduk di sofa sembari bermain ponsel.

"Iya. Palingan juga gitu, Bu. Kalau nggak tumis kangkung sama goreng tempe, ya goreng telor ha ... ha ... ha... . Kalau aku jadi Mas Rama aku juga pusing punya istri kayak Mbak Rina. Bisanya cuma masak itu doang tiap hari! Apa nggak bosan tiap hari makan itu melulu! Udah kayak sapi Mas Rama tiap hari cuma dikasih makan sayur sama tempe doang!" timpal Vita pula sambil tertawa keras.

Mendengar perkataan dua adikku itu, Ibu pun tertawa lebar, mengiyakan.

"Iya. Apes banget kamu punya istri kayak Rina, Ram. Bisanya cuma masak kangkung dan minta uang sama suami doang. Nggak punya keahlian lain sama sekali!"

"Udah! Kalau gitu bulan depan nggak usah kamu kasih uang lagi! Mending uang itu buat Ibu saja dari pada buat ngasih istri nggak berguna itu lagi!"

"Eh ... gimana kalau kamu nikah lagi aja, Ram? Itu si Yuni, dia kan janda sekarang. Suaminya meninggal dunia tiga bulan lalu. Sebentar lagi masa iddahnya selesai. Jadi udah bisa nikah lagi. Gimana kalau kamu kepek aja dia, Ran? Lumayan lho, dia punya warung nasi. Kalau kamu nikah sama dia, kamu nggak perlu repot-repot ngasih uang belanja, udah bisa makan enak tiap hari di warungnya. Ibu dan adik-adik mu juga bisa ikutan makan gratis. Gimana, Ram?"

"Dari pada kamu sama Rina terus, sampai kiamat hidup juga kamu nggak bakal ada kemajuan! Cuma dijadikan sapi perah tiap bulan harus ngasih dia nafkah! Jadi mending kamu sama si Yuni aja, Ram. Bukan hanya kamu yang bisa hidup enak nanti, tapi juga ibu dan adik adikmu!" ucap Ibu tiba tiba.

Mendengar perkataan Ibu itu, aku mendongak kaget. Tak menyangka Ibu akan menyuruhku menikah lagi.

Walau pun bukan suami yang baik, tapi jujur aku tak pernah berpikir untuk menikah lagi.

Tapi kalau ibu merestui bahkan menyuruh langsung, sepertinya boleh juga. Siapa tahu ini solusi dari kesulitan hidupku selama ini, punya istri yang tidak bisa bantu suami cari nafkah. Benak pun langsung mencoba mengingat ingat sosok Yuni.

Yuni? Oh iya aku ingat sekarang. Dia adalah pemilik warung nasi ampera yang ada di ujung gang. Tiga bulan lalu suaminya meninggal karena kecel4kaan.

Boleh juga sih kalau aku jadikan istri kedua, aku bisa numpang makan gratis tiap hari.

Tapi mau nggak ya dia? Wajahku sih lumayan tampan dan penampilanku pun tak kalah dengan bujangan. Tapi kalau aku jadikan istri kedua, apa mau dia? Jujur aku tak tega menceraikan Rina karena ada Aldi yang masih kecil. Takut dia jadi korban perceraian kedua orang tuanya.

Berpikir begitu, aku pun buka mulut.

"Memangnya Yuni mau, Bu dijadikan istri kedua? Soalnya kalau harus menceraikan Rina aku nggak tega, Bu karena ada Aldi," ucapku ragu.

Namun, Ibu malah tertawa lebar mendengar pertanyaanku itu.

"Ya pasti maulah. Janda kayak si Yuni pasti nggak keberatan dijadikan istri kedua. Hidupnya sudah mapan. Usaha udah jalan, makan sehari hari nggak pusing lagi. Rumah ada, kendaraan ada. Yang nggak ada cuma suami."

"Makanya dia pasti mau lah jadi istri kedua. Mau cari apa dia? Bujangan? Duda kaya? Duda kaya dan bujangan ya nyarinya yang masih gadis! Apalagi kamu tampan dan pekerjaan juga bonafid . Pasti maulah Yuni dijadiin istri kedua, Ram. Kamu nggak usah khawatir," ucap ibu menyemangatiku.

Mendengar perkataan Ibu itu, aku pun menjadi lega. Perkataan Ibu benar juga. Kalau mau cari bujangan atau duda kaya, mau sampai lebaran kuda juga si Yuni nggak bakalan dapat. Kalau begitu, mulai besok pagi aku akan mencoba mendekati wanita itu. Semoga saja perkataan ibu benar, dia mau aku jadikan istri kedua.

Kalau dia mau, selesai lah masalah dalam hidupku. Urusan makan sehari hari pasti aman karena Yuni punya rumah makan sendiri. Jadi aku nggak perlu tiap hari makan tumis kangkung dan goreng tempe doang karena punya istri yang tidak bisa diandalkan seperti Rina.

Ya, hidupku pasti aman dan bahagia jika aku punya istri kedua seperti Yuni.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • ISTRIKU TERNYATA KONTEN KREATOR TERKENAL    Tiga Puluh Enam

    Bab 36POV Rama Rina spontan tertawa mendengar perkataanku."Apa, Mas? Kasih kamu uang sebagai ganti rugi? Jadi nuduh aku selingkuh tanpa bukti itu hanya demi uang?""Denger ya, Mas, aku nggak selingkuh dan nggak mau ngasih kamu uang! Kalau kamu mau marah, marah aja, tapi perlu kamu ketahui di rumah ini ada CCTV, tuh liat ke atas, saat ini kameranya sedang menghadap ke kamu, jadi kalau kamu berbuat kasar sama aku, aku pastikan kamu bakalan masuk penjara untuk waktu yang nggak sebentar.""Apa pun yang terjadi, dan sampai kapanpun aku nggak akan sudi rujuk lagi sama kamu, Mas. Lagian, kamu nggak salah ngajak akan rujuk? Memangnya Mbak Yuni kenapa? Udah nggak menarik lagi atau nggak bisa kasih kamu uang dan harta seperti cita-cita kamu saat menikahi dia kemarin?""Kasian banget kamu, Mas. Maaf, bukannya ngejek atau menghina, cuma aku mau bilang, emang enak bukannya dikasih uang tapi malah dijadikan sapi perah sama istri baru kamu itu? Niat hati pengen merubah hidup jadi lebih baik, tapi

  • ISTRIKU TERNYATA KONTEN KREATOR TERKENAL    Tiga Puluh Lima

    Bab 35POV Rama "Maksud kamu?" Ibu mengernyitkan keningnya melihatku mencekal tangan beliau."Bu ... Rama memang ketemu Rina dan Aldi, tapi mereka nggak sendirian, Bu. Ada laki-laki lain yang bersama mereka. Bukan itu saja, tapi Rina juga bilang kalau dia sudah menggugat cerai Rama dan sekarang surat cerainya sudah keluar, tinggal ambil aja di Pengadilan Agama, Bu. Terus apanya yang mau pindah?" ucapku akhirnya dengan perasaan masygul dan marah entah pada siapa. Pada Rina atau jutru pada diriku sendiri yang selama ini telah bertindak bodoh menyia-nyiakan istriku itu sehingga sekarang yang ada hanyalah penyesalan yang kutahu tidak akan ada gunanya lagi. Nasi sudah jadi bubur. Rina telah menggugat cerai aku. Lalu apa lagi yang bisa aku lakukan?Harapan yang selama ini kubangun ternyata hanyalah harapan semu belaka. Rina ternyata benar-benar sakit hati akan perlakuanku dan akhirnya menggugat cerai aku tanpa memberikan kesempatan untuk rujuk lagi. Arrgh!!!"Apa?? Mana bisa begitu!!! Si

  • ISTRIKU TERNYATA KONTEN KREATOR TERKENAL    Tiga Puluh Empat

    Bab 34POV Rina"Jadi Rama mantan suami Dik Rina?" tanya Pak Wahyu dengan tatapan penuh ke arahku saat kami berhasil meninggalkan Mas Rama yang akhirnya tak mampu berbuat apa-apa setelah aku mengancamnya hendak lapor polisi jika dia tetap dengan perbuatannya ingin memaksaku kembali ke rumahnya.Enak sekali laki-laki itu. Setelah luka yang dia torehkan begitu dalam ke sanubariku, dia ingin kembali lagi padaku seperti dulu? Tidak! Aku tak sebodoh itu untuk mengorbankan apa yang telah aku raih saat ini demi laki-laki yang hanya ingin memanfaatkanku saja itu.Aku menganggukkan kepala lalu menunduk."Iya, Pak. Mas Rama adalah mantan suami saya. Hari ini pernikahan kami berakhir dengan keputusan Pengadilan Agama. Jadi saya dan dia udah nggak ada hubungan apa-apa lagi, Pak.""Oh ya, Pak Wahyu kenal dengan Mas Rama? Mas Rama tadi juga bilang kalau Pak Wahyu sudah memecat dia dari pekerjaan? Apa ... Pak Wahyu adalah mantan atasan Mas Rama saat masih kerja di perusahaan kemarin? Kalau iya, maaf

  • ISTRIKU TERNYATA KONTEN KREATOR TERKENAL    Tiga Puluh Tiga

    Bab 33Pov Rama Aku menoleh dan refleks memberi arahan dan aba-aba agar mobil yang baru saja datang, bisa parkir dengan rapi di lahan yang telah disediakan, saat sebuah mobil SUV yang sepertinya cukup familiar di ingatanku, masuk kawasan mall.Ya, aku cukup familiar dengan jenis mobil tersebut dan juga warna serta nopolnya sebab dulu sering melihatnya parkir di area khusus direksi perusahaan di mana aku pernah bekerja kemarin.Mobil itu tepatnya adalah mobil perusahaan yang biasanya dipakai oleh Pak Wahyu, mantan pimpinan di mana aku kerja kemarin untuk transportasi beliau selama menjalankan tugasnya.Hmm ... untuk apa beliau ke mall ini ya? Belanja? Awas saja, kalau dia sudah masuk mall nanti, aku akan mengempeskan ban mobilnya diam-diam supaya dia panik dan kelimpungan memasang sendiri ban serep sebagai upaya balas dendam karena dia dengan seenaknya telah memecatku dari perusahan kemarin hanya karena aku telat masuk kantor!Ya, aku akan balas dendam supaya dia tahu sakitnya hatiku

  • ISTRIKU TERNYATA KONTEN KREATOR TERKENAL    Tiga Puluh Dua

    Bab 32Pov RinaAku sedang menyuapi Aldi makan siang saat mendengar pintu diketuk pelan dari luar. Gegas kuletakkan piring dan meminta Aldi menghentikan makan sejenak untuk melihat siapa yang datang. Mungkin saja Nina, meski aku tak yakin sebab biasanya sahabatku itu akan mengabari lebih dulu bila ingin mampir atau datang ke rumah. Tapi ini tidak. Nina tak memberi tahu sama sekali sehingga aku tak cukup yakin jika yang datang itu adalah sahabatku tersebut.Benar saja, saat aku membuka pintu, aku menemukan seraut wajah kharismatik dengan tatapan teduh yang sesaat membuat jantungku berdesir. Desir yang membuatku terkadang mengutuk diri karena tak mampu menepis kehadirannya meski aku sadar tidak ada gunanya sama sekali.Aku tak tahu apa-apa soal Pak Wahyu, pun kedatangannya aku tahu hanya karena rasa tangung jawab yang begitu besar pada Aldi meski buah hatiku itu sudah lama sembuh dari sakitnya. Lalu apa yang aku harapkan darinya? Tidak ada. Apalagi statusku juga baru saja bercerai dari

  • ISTRIKU TERNYATA KONTEN KREATOR TERKENAL    Tiga Puluh Satu

    Bab 31POV RINAHari ini, aku kembali menuju gedung pengadilan agama yang sama untuk menghadiri sidang ketiga gugatan perceraianku dengan Mas Rama. Hatiku berdebar kencang, berharap hari ini akan menjadi hari terakhir aku menginjakkan kaki di tempat ini. Semoga hari ini putusan cerai itu bisa aku dapatkan juga.Aku menggenggam tangan Nina erat-erat. Seperti dua sidang sebelumnya, sahabatku itu tetap setia menemaniku, menjaga Aldi saat aku harus mengikuti jalannya sidang. Aldi duduk di pangkuannya sambil bermain dengan mainan kecil yang Nina bawa dari rumah.“Tenang aja, Rin. Kalau Rama nggak hadir lagi di sidang hari ini, hakim pasti menjatuhkan putusan cerai. Kamu siap 'kan dengan status baru sebagai single mother nanti?” tanya Nina memberi semangat.Aku menjawab dengan anggukan kepala pasti. “Lebih dari siap, Nin. Semoga hari ini semuanya selesai ya. Doakan aku ya, Nin," ucapku sembari menggenggam tangan Nina.Nina balas menggenggam tanganku lalu kembali memberiku semangat."Pasti.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status