Share

08. Perpustakaan

Mendengar apa yang diucapkan oleh gurunya, Lee malah menjadi semakin penasaran.

'Lantas Limdong itu apa? Guru bilang Limdong bukanlah iblis? Hem,' Lee bergumam dalam hati.

***

Satu minggu kemudian, Limdong masih belum juga sadarkan diri. Kali ini Lee sudah tidak terlalu khawatir dengan keadaan Lingling. Sebab Lingling sudah mulai bersemangat.

"Lingling, apakah kamu berniat latihan hari ini?" tanya Lee.

"Yah..., mungkin mulai hari ini aku sudah bisa kembali latihan. Tubuhku sudah terasa jauh lebih baik dari sebelumnya," jawab Lingling.

"Baiklah kalau begitu. Apakah kau mau berlatih bersamaku?" Lee sengaja mengajak berlatih bersama agar Lingling tidak merasa kesepian.

"Aku rasa aku akan latihan sendiri dulu hari ini. Aku berniat melatih konsentrasiku agar aku bisa naik tingkatan." Tapi sepertinya Lingling justru ingin menyendiri.

"Oh..., ternyata begitu. Baiklah, aku juga akan berlatih hari ini." Namun Lee juga tidak mau terlalu memaksa Lingling.

Mereka berdua akhirnya berpisah menuju tempat latihan masing-masing..

Dan Lingling berniat untuk latihan di tepi sungai di mana itu terdapat air terjun.

"Nampaknya ini tempat yang pas untuk aku melatih ketenanganku." Kemudian Lingling segera duduk di atas batu dan memejamkan matanya.

Sedangkan Lee, ia lebih memilih pergi ke aula bela diri. Ia berencana akan melatih kekuatan otot dan stamina fisiknya.

"Aku memiliki kesulitan dalam daya tahan stamina. Kalau begitu baiklah, aku akan melatih staminaku terlebih dahulu." Lee segera bersiap untuk berlari memutari lapangan besar yang ada di dekat aula.

Di aula ternyata sudah banyak murid lain yang sedang berlatih seperti biasanya.

***

Sedangkan Shifuyi, hari ini ia berniat pergi ke perpustakaan untuk mencari sebuah buku. Buku yang dicari oleh Shifuyi adalah buku tentang iblis kuno.

Ketika Shifuyi berada di dalam perpustakaan, ternyata ia bertemu dengan salah satu murid yang terkenal akan kecerdasannya. Murid itu adalah Cuming.

"Wah, ternyata benar apa yang dikatakan banyak murid lainnya. Wajar saja kau memiliki pengetahuan yang luas." Shifuyi menghampiri Cuming kemudian duduk di sampingnya.

"Guru!" Cuming melihat bahwa itu adalah gurunya,maka langsung saja ia berdiri dan segera memberikan salam.

"Duduklah, aku tidak bermaksud mengganggumu. Tapi, ada tugas untukmu," ujar Shifuyi.

"Tugas? Tugas apa itu Guru?" Cuming pun merasa heran.

"Aku minta tolong padamu untuk membantuku mencarikan buku-buku yang berkaitan dengan iblis kuno. Apakah kau pernah membacanya?" tanya Shifuyi.

"Iblis kuno? Hem..., oh iya Guru, Aku pernah membaca beberapa buku yang membahas tentang iblis kuno." Cuming benar-benar luar biasa.

"Wah bagus sekali. Apakah kau ingat di mana letak buku-buku itu?" semangat Shifuyi langsung meningkat setelah mendengar apa yang dikatakan oleh muridnya ini.

"Tentu saja aku ingat Guru." Dengan senang hati Cuming bersiap akan menghantarkan Gurunya.

"Kalau begitu ayo antarkan aku."

"Baik Guru. Kebetulan aku juga masih ingin membaca lebih lanjut tentang iblis kuno."

Mereka pun pergi menuju rak buku yang dicari.

"Guru, ini dia rak bukunya."

"Terima kasih. Kalau begitu aku mau membaca beberapa buku dulu." Shifuyi langsung bergegas mencari. buku yang ia cari.

"Aku juga Guru."

Mereka berdua langsung hanyut dalam pikiran masing-masing.

Satu buku, dua buku, dan selanjutnya. Shifuyi membaca satu persatu buku tentang iblis kuno demi menjawab rasa penasarannya tentang Limdong.

Namun sampai puluhan buku telah ia baca belum juga ada yang menjawab rasa penasarannya. Tapi ia tidak patah semangat.

Dan nampak kalau Cuming juga sangat serius saat membaca buku-buku itu.

'Apa yang ditulis buku-buku yang telah aku baca ini nampaknya hanya menjelaskan iblis seperti Beiji. Semua buku tentang iblis sangatlah banyak. Apakah aku harus membaca semuanya?' gumam Shifuyi.

Ini akan menghabiskan banyak waktu jika harus membaca semua buku yang disusun dalam satu rak itu.

Shifuyi dan Cuming masih sangat serius membaca buku-buku itu. Sejatinya Cuming memanglah seorang kutu buku. Jadi, bagi Cuming ini memang sudah biasa. Berjam-jam membaca buku itu sudah makanan sehari-hari bagi Cuming.

Namun, tidak bagi Shifuyi.

***

Sedangkan di tepi sungai, Lingling yang sedang duduk di atas batu saat ini mulai merasakan getaran-getaran di setiap nadi dalam tubuhnya. Hal seperti ini biasa terjadi saat seorang seniman bela diri akan mengalami fase naik tingkatan dalam kultivasi.

Namun sayangnya, berulang kali saat terasa akan naik tingkatan Lingling merasakan ada suatu hal yang kurang dalam dirinya. Hal itu menyebabkan ia gagal meningkatkan tahap kultivasinya. Ini juga yang membuat Lingling bingung bercampur kesal.

Kalau mendengar apa yang diceritakan oleh Lee, saat Lee naik tahapan setelah tubuh merasakan getaran di setiap nadi, maka selanjutnya bagian seluruh tubuh akan diselimuti seberkas cahaya. Dan energi alam di sekitar akan masuk ke dalam tubuh. Itu pertanda kalau alam telah mengakui kekuatan kita.

Namun, yang Lingling alami hanya sebatas getaran-getaran di nadinya saja. Tidak ada kelanjutannya.

Akhirnya Lingling memutuskan untuk membuka kedua matanya. Kali ini ia merasa kesal. Karena ini adalah kali ketiganya berusaha untuk menerobos naik tahapan.

"Sebenarnya ada apa dengan diriku ini? Kenapa rasanya aku sangat sulit untuk naik ke tahap selanjutnya? Apakah aku selamanya akan menjadi yang terlemah?" Lingling menatap kedua tangannya. Ada rasa kecewa pula dalam hati.

Karena di antara mereka bertiga, Lingling lah yang bisa dikatakan memiliki tahapan kultivasi paling rendah.

"Tapi aku tidak boleh menyerah! Ya, betul sekali! Aku harus menjadi lebih kuat. Setidaknya aku bisa melindungi diriku sendiri. Aku tidak mau merepotkan kedua sahabatku lagi!"

Setelah itu, Lingling kembali menutup kedua matanya. Kali ini ia akan lebih berkonsentrasi lagi agar bisa menerobos naik ke tahap selanjutnya.

***

Lee akhirnya menghentikan kegiatan latihannya sejenak. Karena memang sedari tadi konsentrasinya sedikit terganggu. Lee terus memikirkan apa yang dilakukan oleh Lingling. Dan Lee juga masih kepikiran tentang Limdong. Lee berharap kalau di kemudian hari Limdong tidak akan lepas kendali lagi seperti yang terjadi kemarin-kemarin.

Saat sedang duduk sambil meneguk sebotol air, Lee tersentak. Ia tersentak karena ada sebuah pisau melesat ke arah dirinya. Tentu saja Lee segera menghindar.

"Sial! Apa-apaan ini?! Siapa yang menyerangku?!" Lee berteriak.

"Maafkan aku! Aku tidak sengaja melakukannya," jawab seorang gadis, wajahnya terlihat ketakutan.

"Huh..., ternyata kamu," ujar Lee.

Gadis itu bernama Wanwan. Wanwan satu angkatan dengan Lee, Lingling, dan juga Limdong.

Wanwan memang dikenal oleh murid lainnya akan kecerobohannya saat berlatih. Ia kerap kali tidak bisa mengendalikan ke mana arah serangannya.

"Aku benar-benar tidak sengaja. Sungguh, aku minta maaf padamu." Wanwan menunduk dan meminta maaf pada Lee.

Lee memperhatikan Wanwan. Ternyata saat menunduk, ada beberapa tetesan air mata yang terjatuh dari kedua mata Wanwan.

"Apa kau menangis? Hey, sudahlah. Jangan terlalu dipikirkan. Aku tidak marah padamu," ucap Lee.

"Maafkan aku!"

Gadis itu terus mengucapkan kata maaf.

"Nampaknya kamu kelelahan. Ini, ambilah." Lee menyodorkan air minum pada Wanwan.

"Ini...," mata Wanwan berbinar.

"Ambil dan kemarilah. Kalau memang merasa lelah, jangan memaksakan diri. Lihatlah dirimu! Tubuhmu sudah basah kuyup dengan keringat seperti itu. Duduklah, Siapa tau aku bisa membantu kesulitanmu."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status