Share

Bab 4 Dibandingkan

Author: Talia awan
last update Last Updated: 2024-06-05 10:55:34

Malam ini, ku lihat tidak ada siapa-siapa dirumah, syukurlah setidaknya satu beban itu hilang.

Belum lama kedatangan ku suamiku juga pulang.

"Dek ini makanan favorit kamu bakso, tadi mas mampir ke warung dan membeli ini untuk kamu." Aku hanya tersenyum, suamiku mengambil mangkok di dapur dan meminta ku untuk tetap makan dan berisitirahat di kamar saja.

Salah satu kekuatan terbesar seorang wanita yang sudah menikah adalah suaminya tetap memuliakan istrinya dan menjadi rumah ternyaman untuk istrinya. Aku bersyukur punya suami yang selalu peduli pada hal kecil sekali pun tentang aku.

Ku coba sedikit menguat kan hati agar bersabar, mungkin harus beradaptasi dengan sikap mertuaku dan terbiasa dengan ucap-ucapannya.

Suami ku selalu sibuk bekerja tak ada waktu untuk aku bercerita sedikit tentang perasaan sedih ku.

Sementara di ruang tengah, ibu mertua sibuk menelpon.

"Vik itu istrinya Rama pelitnya ga ketolongan ada makanan, makan sendiri. Sampe mama masuk kamar nya itu banyak banget kotak makanan. Dasar boros bisanya morotin Rama." ucap ibu yang tak sengaja ku dengar.

Kali ini aku memilih menguping pembicaraan ibu dan adik ipar ku melalui ponselnya.

"Itu mbak Dea Bu juga boros, makan aja diluar terus ga pernah masak, tiap hari kerjaan nongkrong di cafe padahal udah punya anak."

Sedikit lega mendengar ucapan Vika, "Masih mending istri Bagas, dari pada istri Rama, udah miskin, banyak gaya pemalas dan pelit."

Rupanya mertuaku masuk ke kamar aku dan mas Rama tanpa seizin ku, padahal kotak makanan itu di belikan oleh mas Rama untuk ku agar aku bisa nyemil dan makan-makanan yang aku suka.

"Ditambah lagi kamarnya berantakan banget baju-baju Rama ga dirapikan oleh istrinya, di tambah lagi ada skincare mahal di atas mejanya benar-benar istri tak tahu diri."

Aku memilih untuk berhenti menguping, ku kencangkan volume hp untuk mendengarkan murotal quran. Bingung bagaimana cara mengekspresikan diri, apakah semua baik-baik saja jika ku adu kan pada mas Rama?

Aku benar-benar merasa kecewa, dengan sikap ibu dan adik ipar ku, apakah semua perlakuan itu berlaku pada setiap ibu yang memiliki menantu atau adik yang memiliki ipar?

Aku tak ingin dicap penjahat hanya dengan menceritakan tentang ibu mertua ku dan ipar ku.

Memilih berlalu dan melupakan semua itu tidak mudah, tapi demi mas Rama aku tetap bertahan selagi mas Rama tetap berada di depan ku.

***

Esok paginya, ku bereskan semua pekerjaan rumah sebelum ibu mertua bangun, karena hari ini kesehatan ku merasa sudah membaik.

Kemudian setelah menyelesaikan semuanya aku memilih masuk ke kamar. Bagi ku yang hanya menumpang di rumah mertua, kamar adalah tempat ternyaman ku setelah menikah.

Ku lihat beberapa postingan dari teman yang sudah menikah, begitu nampak akrab dengan mertua nya membuat hati kecil ku merasa iri. Sedangkan diri ku dengan mertua ku jangan kan berfoto peluk-pelukan bercerita saja beliau tak pernah ada waktu untuk berbicara dengan ku. Ntah hal apa yang membuat mertua ku berlaku demikian.

Tiba-tiba mas Rama pulang dan mengetuk pintu, "assalamualaikum dek!" ucapnya. "Waalaikumusalam mas, sebentar." tanganku yang sibuk membuka pengait pintu.

"Tumben kamar di kunci dek?" Selidik mas Rama.

"Iseng aja mas, soalnya lagi seksi!" Sahut ku yang hanya memakai daster sepaha dengan tali kecil di bahu.

"Hari ini kita nginap di rumah ibu ya."

Sontak membuat aku bersemangat, "Iya mas aku mau nginap. Tumben ngajak nginap ke rumah ibu?" tanyaku dengan penasaran.

"Tak apa sekali- kali, takut kamu bosan di dalam kamar terus." mencubit hidung Hana dengan manja.

"Hehe iya mas, aku siap- siap dulu." bersemangat mengambil beberapa lembar baju di lemari.

"Dek, kalau kamu bosan kamu boleh keluar, uang jajan kamu kan ada mas kasih, beli aja apa yang ingin kamu beli." ucap mas Rama.

Aku hening sejenak berpikir betapa beruntungnya aku, memiliki suami sebaik mas Rama. Ada banyak di luar sana wanita yang tak dijadikan ratu oleh suaminya, bahkan dituntut banyak hal oleh suami dan mertuanya.

"Kadang aku males mas keluar, takut jadi omongan orang!" aku menjawab alasan sebenarnya, lalu berlalu begitu saja.

Setelah bersiap, Mas Rama segera mengeluarkan motor dan membawa kami ke rumah ibuku.

Sampai di rumah ibu, suami ku tak banyak bercerita hanya menceritakan tentang keguguran ku yang disebabkan kecerobohan  meminum minuman bersoda. Padahal suamiku tak tau siapa yang memberi minuman itu. Suami ku memilih keluar untuk bersilaturahmi dengan orang di desa ibu.

Sedangkan aku memilih manja dengan ibu kandung ku. Ketika di rumah ibu aku benar- benar Merasa nyaman, walaupun rumah ibu kecil dan hanya memiliki satu kamar saja, kamar itu digunakan untuk sebagai tempat tidur sedangkan ibu memilih tidur di ruang tengah, dengan alasan memberikan pasilitas terbaik agar suami ku nyaman di rumah ibu.

Bahkan ibu tak sungkan-sungkan memasak jamuan yang enak untuk suami ku. Walau jamuan itu hanya berupa ayam gongseng, suami ku dengan lahap memakan masakan ibu, ibu ku mendahulukan mas Rama dan aku untuk makan, namun karena aku ingin makan bersama ibu akhirnya mas Rama yang duluan makan.

Ibu memiliki suami yang sekarang sudah beristri lagi, dan ibu juga memiliki dua anak kandung, pertama Dani kakak ku dan kedua Hana yaitu aku sendiri. Kakakku sudah beristri dan memilih tinggal bersama istri di desa istrinya. Sedangkan bapak ku menikah lagi dengan wanita kota, sejak aku masih duduk di bangku sekolah menengah pertama.

Tak banyak yang ku ingat tentang perceraian ibu dan bapak waktu itu, namun saat itu ibu meminta cerai karena bapak ketahuan berselingkuh, dan bapak mentransfer sejumlah uang yang ibu tabung untuk membiayai sekolah kakak ku.

Aku baru saja melepas rindu dengan ibuku, ketika mas Rama tiba-tiba berucap.

"Dek kita nginapnya satu malam saja ya, besok mas harus kerja lagi!" ujar mas Rama sambil menyodorkan layar ponsel yang tertera percakapan grup yang mana bos mas Rama meminta mas Rama untuk masuk besok.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ibu Mertua, Lihat Aku Sekarang    Bab 18

    "Mas kapan beli perlengkapan bayi? sekarang sudah mau mendekati hari perkiraan lahir!" ucapku pada mas Rama yang sibuk bermain ponsel. "Sabar, jangan terburu-buru! sekarang mas lagi tak punya uang!" Bagai petir di siang bolong ucapan mas Rama membuat badan bergetar hebat, bagaimana mungkin seorang mas Rama pekerja proyek yang digaji jutaan rupiah bahkan puluhan juta itu berkata tak punya uang. "Pakai uang tabungan dulu mas! kasian anak kita ntar lahir ga pakai baju!" "Mas bilang sabar ya sabar. Lagian bayi pun belum lahir nunggu saja kau tak bisa!" Betapa geram hati ini, mendengar perkataan mas Rama ia begitu berubah tak semestinya karena kehamilan ini juga atas permintaannya padaku. Jika tau begini mana mungkin aku mau mengandung benih darinya. "Mas punya kebutuhan yang lain dek, jadi sabar nanti mas sediakan keperluan anak kita!" "Sabar aja dulu lagian anak itu kan belum lahir!" ucap mas Rama lagi. Aku hanya mengusap dada, menahan sabar, selain menjaga mentalku aku j

  • Ibu Mertua, Lihat Aku Sekarang    Bab 17

    Bulan demi bulan aku lalui hingga perutku sedikit membuncit menampakkan bahwa Hana tengah hamil. "Aku sudah muak melihat tingkah lakumu, jangan mentang-mentang kamu hamil kamu selalu bermalas-malasan begini!" ucap ibu mertua yang mengedor pintu kamar Hana. Tanpa memperdulikan ibu mertuanya justru Hana sibuk memainkan ponselnya mencari cara agar secepatnya ia menghasilkan uang agar nanti ia bisa menghidupi anaknya tanpa harus bergantung pada suaminya. "Hana apa kamu tuli? Ibu memanggil mu dari tadi! cepat bangun dan datangi ibu! jangan pemalas seperti ini!" ucap mas Rama yang juga ikut mengguncang tubuh Hana yang sibuk bermain hp membelakanginya. "Kaki ku kram, ototku mengencang aku tak ingin bekerja berat, aku lagi hamil!" "Selalu saja hamil menjadi alasanmu, apa kamu tak tau jika ibuku juga pernah hamil!" mata mas Rama menajam bahkan tangannya bergerak begitu kuat menarik Hana. Semasa kehamilan Hana hingga sekarang ia sama sekali tak berisitirahat menunaikan tugas rumah. Dan ta

  • Ibu Mertua, Lihat Aku Sekarang    Bab 16

    Seharian aku dikurung di kamar menunggu pintu kamar terbuka agar bisa keluar dari neraka mewah ini."Hei, Hana kamu jangan bego! kamu pikir dengan kamu kabur dari rumah kamu bisa bebas? justru semakin memperkeruh suasana." ucap ibu mertuaku yang membuka pintu kamar."Kamu harus sadar diri, harus tau posisi kamu disini! kamu itu hanya wanita miskin yang beruntung menjadi istri anakku. Seharusnya kamu patuh sama suamimu, apa dengan kabur dari sini hidupmu akan bersinar? tentu saja itu tidak mungkin" sambungnya lagi."Kemasi kembali barangmu, jangan bikin malu aku dan anakku! atau jika benar kamu ingin pergi sekalian saja kamu minta cerai dengan Rama. Dia sama sekali tak akan menyesal pisah dengan wanita kampung sepertimu!"Aku hanya menghela nafas, mulutku terasa kaku, bingung antara harus tetap diam atau menjawab perkataan ibu mertuaku. Setelah menikah aku pikir aku bisa mencapai titik bahagia itu, tapi ternyata aku harus banyak berlapang dada menghadapi satu persatu ujian rumah tangg

  • Ibu Mertua, Lihat Aku Sekarang    Bab 15 Emosi mas Rama

    Saat diriku ingin bersembunyi didalam kamar, tapi aku tertangkap basah oleh Vika. "Ini orangnya, dari mana kamu?" tanya Vika membuat semua pasang mata menatap tajam kearah ku. "Nganterin makanan buat mas Rama!" jawabku kemudian ingin berlalu masuk kamar. "Mana mungkin Rama mau makanan dari rumah, makannya kan ditanggung proyek setempat, biasanya juga mereka catering makan enak-enak. Ga mungkin banget kalo Hana ngantar makanan buat Rama." timbal Vika. "Paling nganter ke rumah ibunya, mungkin ibunya udah kehabisan beras kali. Makanya saat kita ga ada dirumah dia buru-buru masakin!" sahut ibu mertuaku. "Ibunya kerja apa sih Bu?" tanya salah satu tetangga. "Jual badan, mungkin." timpal salah satunya. Aku menarik nafas panjang, membuka pintu kamar dengan keras, menghampiri sekumpulan ibu-ibu di teras dapur. "Enak aja, Ibuku ga serendah itu Bu tolong kalau ngomong mulutmu dijaga!" aku mengepalkan tangan ingin sekali ku tampar wanita tua yang membicarakan ibuku barusan. "Sia

  • Ibu Mertua, Lihat Aku Sekarang    Bab 14

    Sebulan kemudian."Mas kamu suka kopi kan?" aku menyuguhkan secangkir kopi pada mas Rama. Akhir akhir ini aku memang jarang menyuguhkan kopi padanya, selain karena kesibukan masing masing juga karena mas Rama di pagi buta sudah berangkat kerja hingga kadang lupa meminum kopi buatanku."Suka dek, tapi mas ga bisa kalau terusan minum kopi, soalnya asam lambung mas sering naik. Kadang kambuh saat mas sedang sibuk dengan kerjaan sampai di marahin bos dibilang alasan belaka." mas Rama menyeruput kopi yang masih panas, iya dia penikmat kopi pahit dan panas."Kalau lagi kerja terus kamu sakit, izin aja mas. Biar aku bisa ngerawat mas. Urusan kerjaan bisa di kerjakan nanti yang penting kesehatan nomor satu!" aku memperingati mas Rama dan kemudian mendekatinya dan memijat bahunya. "Kamu baik banget dek, mas jadi makin cinta sama kamu." mas Rama menyium telapak tangan ku."Mas berangkat dulu ya, kamu jaga diri baik-baik!"Aku mengantar mas Rama tepat di depan pintu gerbang, akhir-akhir ini hat

  • Ibu Mertua, Lihat Aku Sekarang    Bab 13 Kado

    Karena khawatir aku mengalihkan, permasalahan Vika dan Zian, aku berdalih keluar dan ingin memberikan uang pada Vika sesuai nominasi yang ia minta tadi."Vika!" aku berteriak memanggil Vika agar Zian dan ia berhenti bertengkar diruang tamu."Kak, Vika ada di kamar lagi istirahat." jawab Zian yang menunduk, seperti menutupi sesuatu, padahal aku sudah tau walau tak menyaksikan dengan mata langsung."Tolong kasi ini ke Vika ya, katanya tadi Vika mau uang 100 ribu." aku menyodorkan uang kertas bernominal 100 ribu itu pada Zian."Makasi kak, nanti aku berikan ke Vika." Zian menyunggingkan senyum ragu padaku.Tak ingin berlama aku pun kembali ke dapur,"Semoga Vika ga kenapa-kenapa kasian juga dengannya."batinku berbisik, Kemudian ku kerja kan semua tugas dapur, karena sudah tentu jika satupun yang kurang atau belum terselesaikan aku pasti bakal di cap menantu pemalas oleh ibu mertuaku."Dek, mas pulang," suami ku mas Rama mengagetkan ku, ia tiba-tiba saja memeluk ku dari belakang, membuat

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status