Share

Nasihat Faridz

Author: Widya Yasmin
last update Last Updated: 2023-02-21 19:34:25

"Jadi apa yang mau lo ceritain?" tanya Faridz.

"Akhir-akhir ini istri gue terlihat gak menarik. Dia jarang dandan dan selalu dasteran. Tiap ketemu pasti dia beraroma minyak telon."

"Sebenarnya ada banyak alasan mengapa istri lo seperti itu."

"Maksud lo?"

"Dia kan baru aja ngelahirin, dia pasti sibuk ngurus bayinya. Ngomong-ngomong lo punya pembantu atau lo suka bantuin kerjaan istri lo gak?"

"Gue gak punya pembantu, bantuin istri kadang-kadang kalau lagi mood," jawab Rudi.

"Gue waktu istri gue baru melahirkan belum mampu membayar pembantu, jadi gue dan nyokap gue yang ngurus dia. Selama dua minggu dia benar-benar gak boleh mengerjakan apapun kecuali mengurus bayinya."

"Wah, yang bener?"

"Iya, udah dibantu aja istri gue masih suka nangis, katanya dia kesulitan menyusui, terus kesulitan ngurus bayi kami, malah dia juga sempet demam karena tiap malam begadang, padahal gue dan nyokap sering gantian ngurus bayi kami."

Rudi terhenyak mendengar penuturan Faridz, karena ia membiarkan istrinya mengerjakan semuanya setelah melahirkan.

"Gue jadi inget kakak gue, dia tinggal di rumah mertuanya, dua Minggu setelah melahirkan dia dirawat di rumah sakit, malah sampai baby blues. Usut punya usut, ternyata dia langsung mengerjakan semuanya sehari setelah melahirkan, karena suami dan mertuanya sama sekali gak peka sama dia."

"Kan istri gue melahirkan normal gak caesar."

"Memangnya siapa yang bahas caesar? Justru wanita yang melahirkan secara normal harus istirahat total beberapa hari setelah melahirkan, gimana sih, lo, kok gue jadi gemes ya ngobrol sama lo, jadi ingat kakak ipar gue yang sedeng."

"Santai, Bro, gue kan baru pertama kali punya anak, jadi ya gue belum tau banyak hal."

"Jadi, lo membiarkan istri lo mengerjakan semuanya setelah melahirkan?" tanya Faridz.

Rudi mengangguk.

"Istri lo sakit gak? Demam gitu atau marah-marah dan uring-uringan, nangis tanpa sebab atau gimana gitu?"

"Istri gue fine-fine aja, dia bisa mengerjakan semuanya, dia sehat, dia selalu ceria, dia gak pernah ngeluh."

"Fiks, istri lu kemungkinan keturunan Bidadari. Wah, parah sih kalau dia malah punya suami yang sedeng kayak lu."

Rudi sedikit termenung mendengar ucapan Faridz. Namun, ia sering mendengar ucapan ayahnya yang mengatakan bahwa suami memiliki derajat lebih tinggi dibandingkan istri. Jadi, seorang istri memiliki kewajiban untuk mengabdikan hidupnya pada suami.

"Lo ngomong kayak gitu karena lo tipe suami yang takut istri, kan? Gue lihat-lihat lu kayak gak ada harga dirinya, masa dia pergi ke salon sementara anak-anak lu dibiarkan gitu aja."

"Gue melakukannya karena gue sayang sama istri gue. Lihat buktinya, istri gue cantik, muda dan menarik. Malah jauh lebih cantik dari sebelum kami menikah."

Rudi terdiam memikirkan ucapan Faridz, ia mengakui bahwa istri Faridz kini sangat cantik, padahal dulu setahunya wanita itu tampak sangat sederhana dan gak terlalu menarik.

"Istri lo hobby ke salon, ya pantas aja jadi cantik."

"Sebenarnya bukan hanya karena salon juga sih. Ada pepatah yang mengatakan bahwa istri yang bahagia itu aura kecantikannya terpancar."

Setelah berbincang lumayan banyak, akhirnya Rudi mulai mengerti semua kesalahannya. Ia lalu segera pamit, terlebih karena kedua anak Faridz terus merengek.

Setibanya di rumah, Anisa tampak tengah menimang-nimang bayinya sembari berderai air mata.

"Kamu kenapa, Nis?" tanya Rudi hingga mengejutkan istrinya yang tengah menimang bayinya di teras rumah, tampaknya sejak tadi Anisa melamun hingga tak menyadari suara motor suaminya.

"Aku gak enak badan, Mas, kepalaku sakit banget, sementara Bintang sejak tadi rewel dan gak mau menyusui."

"Sini biar mas gendong Bintang, kamu tidur aja, ngomong-ngomong udah makan belum?"

"Aku belum sempat masak, Mas, soalnya Bintang terus rewel."

Sementara itu Bintang terus menangis saat digendong Rudi, padahal sebelumnya ia sempat terlelap saat ditimang-timang oleh Anisa.

"Bintang Sayang, kamu pasti marah ya sama Papa?" ujar Rudi sembari menimang-nimang bayinya dengan lembut.

"Papa janji mulai sekarang akan menjaga Bintang juga mama." Ajaibnya seketika tangis bayinya mereda, lalu bayi mungil itu langsung terlelap.

Sementara Anisa hanya menatapnya sembari tersenyum saat Rudi mengatakan hal tersebut. Beberapa saat kemudian, setelah Bintang benar-benar terlelap, Rudi segera menidurkan bayinya lalu bergegas menuju dapur. Tampak dapur masih berantakan dan belum ada nasi maupun lauk. Padahal biasanya Anisa selalu gesit dalam pekerjaannya.

Awalnya Rudi merasa kesal, tetapi ia mencoba mengikuti ucapan Faridz. Ia langsung mencuci beras dan berniat untuk memasak nasi.

"Nis, ini airnya segimana?" tanya Rudi sembari menunjukan telflon mejikom berisi beras.

Namun, Anisa tak juga menjawab, ia malah menggigil dan berkeringat. Matanya terpejam dan terus memanggil nama ibunya. Tanpa berlama-lama Rudi langsung tancap gas untuk menjemput ibunya.

"Anisa sakit, Bu, ayo kita kesana!"

Tanpa banyak bicara ibunya langsung mengangguk dan berjalan menuju motor Rudi. Setelah itu mereka meluncur pergi.

"Rud, kita ke apotik dan ke minimarket buat beli obat demam dan susu formula."

Rudi mengangguk lalu membeli semua yang ibunya katakan, setelah itu mereka bergegas menuju kontrakan Rudi. Setibanya di rumah, tampak Bintang terus menangis, sementara Anisa tengah mencoba menyusuinya sembari berderai air mata menahan sakit di kepalanya.

"Sepertinya air susunya gak enak karena kamu sakit dan belum makan, makanya Bintang gak mau menyusu," ujar ibu mertuanya sembari menggendong Bintang, setelah itu menyuruh Rudi membuatkan susu formula.

Anisa tak menjawab ucapan ibu mertuanya, karena kepalanya terasa sangat sakit, ia merasa ada batu besar yang melayang dan terus menghantam kepalanya.

"Rud, ambilkan nasi, suapi Anisa lalu beri dia obat," ujar Bu Aminah sembari memberikan susu formula pada Bintang.

"Tapi belum ada nasi, Bu."

"Beli bubur ayam sana, kalau gak ada beli nasi aja ke warung nasi.

Rudi mengangguk lalu bergegas ke warung bubur ayam. Untunglah di warung itu selalu tersedia bubur ayam dari pagi sampai malam, karena kalau tukang bubur ayam gerobak biasanya hanya ada di pagi hari saja. Beberapa saat kemudian ia langsung kembali dan segera menyuapi Anisa, lalu setelah itu memberinya obat demam yang aman untuk ibu menyusui.

"Nisa, ibu kan sudah bilang, jangan banyak pikiran, jangan kecapekan, ini yang ibu takutkan," ujar Bu Aminah setelah Bintang terlelap.

"Sebenarnya dari semalam kepala Nisa sudah terasa pusing, apalagi saat melihat Mas Rudi pagi-pagi sekali sudah rapi padahal ini hari libur."

Bu Aminah langsung membulatkan mata pada Rudi.

"Sumpah demi Allah, tadi aku dari rumah Faridz, nih HP aku, telpon aja Faridz."

Bu Aminah tak lantas mempercayai ucapan Rudi, ia langsung meraih ponselnya lalu menelpon Faridz.

"Faridz, ini saya ibunya Rudi, tadi dia habis ngapain ke rumah kamu?"

"Oh, tadi Rudi mau belajar bagaimana caranya untuk menjadi suami yang baik dan selalu siaga pada istrinya."

Rudi menghela napas lega saat Faridz mengatakan hal itu, ia memang sahabat yang bisa diandalkan.

Setelah itu Bu Aminah mengakhiri telpon.

"Ya sudah kalau begitu sekarang juga kamu praktekan apa yang kamu pelajari di rumah Faridz."

"Kalau nyuci piring dan nyuci pakaian sih Rudi bisa, kalau masak nasi dan lauknya Rudi gak bisa."

"Ayo ibu bantu!"

Setelah itu Rudi dan ibunya bergegas menuju dapur untuk mengerjakan semuanya. Sementara Anisa kembali berderai air mata, karena sebenarnya penyebab ia tiba-tiba sakit adalah telpon dari Miranda yang mengatakan bahwa Rudi berniat menceraikan dirinya dan akan menikah dengan Miranda.

Bersambung.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Fatma Wati
asyik ceritanya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Ibu Mertua Luar Biasa   Ending

    Sri mengetuk pintu kamar Ferdi setelah yakin semua orang telah meluncur jauh meninggalkan rumah itu."Iya, Sri, ada apa?" tanya Ferdi sembari membuka pintu kamarnya.Tiba-tiba Ferdi terbelalak saat melihat Sri yang hanya mengenakan lingerie, bahkan ia juga membawa flogger dan borgol milik Ferdi yang dulu ia gunakan untuk menyiksa Miranda."Kenapa semua barang itu ada padamu? Bukankah dulu aku telah menyuruhmu untuk membuangnya?""Den Ferdi pasti sudah lama tidak main game, aku mau kok memenuhi fantasi Den Ferdi," ujarnya sembari membusungkan dada dan berpose menantang.Seketika Ferdi langsung meremas kepalanya sendiri yang tiba-tiba terasa sakit, bayangan saat dirinya mencari kepuasan terhadap Miranda dengan cara menyiksanya kembali muncul."Sri! Sebenarnya apa yang kamu lakukan," ucapnya dengan gigi yang menggemeretak, sementara api emosi membuncah dalam dada."Aku tahu kok, Den Ferdi gak berani melampiaskan fantasi liar Den Ferdi sama Non Anisa, karena Den Ferdi gak bisa melihat ora

  • Ibu Mertua Luar Biasa   Sri Ulat Bulu

    Bab 39"Buka pintunya, Nett!" Rudi menggedor pintu rumah kontrakannya, sementara Netti langsung tidur dan tak memperdulikan teriakan suaminya."Netttti!" Rudi terus berteriak hingga tenggorokannya sakit."Nettti! Aku mau ke toilet, aduh gak kuat!" Rudi terus menggedor pintu sembari berteriak memanggil nama Netti, tapi istrinya itu sudah merasa muak untuk melihat wajah suaminya. Seandainya ia masih memiliki orangtua, ia pasti sudah kabur ke rumah orangtuanya."Gak dibukain pintu, ya, Mas?" tanya ibu-ibu yang tak sengaja lewat."Iya, Bu, istri saya baperan.""Istrinya yang baperan atau Mas Rudinya yang jelalatan?"Mendengar itu wajah Rudi seketika memerah karena malu, gegas ia menuju motornya lalu tancap gas menuju rumah orangtuanya."Ngapain kamu kesini?" tanya Bu Aminah saat melihat kedatangan putranya yang tampak lesu."Netti gak bukain aku pintu, Bu.""Loh, kenapa? Pasti kamu bikin ulah lagi?""Sebenarnya aku ketahuan selingkuh.""Astaghfirullah, Rud, kamu kok gak ada kapoknya." Bu

  • Ibu Mertua Luar Biasa   Netti Menendang Kaki Rudi

    #38"Ngapain sih, Sri? Akhir-akhir ini kamu kok kayak cacing kepanasan gitu!" bentak Ferdi dengan wajah masam."Saya sudah menganggap Den Ferdi seperti saudara saya sendiri, apalagi kedua orangtua Den Ferdi sangat baik sama saya.""Ya sudah kalau gitu, tapi jujur saja saya gak nyaman saat kamu memegang-megang pundak saya.""Saya minta maaf, Den, kalau gitu silahkan diminum kopinya."Ferdi langsung meraih secangkir kopi yang Sri buat, lalu menyeruputnya. "Ngapain kamu masih berdiri disana! Cepetan masuk!" bentaknya dengan wajah masam.Namun, tiba-tiba Ferdi menguap dan merasa sangat mengantuk, hingga tiba-tiba ia terkulai lemas di sofa. Senyum Sri langsung mengembang, lalu ia langsung mendekati Ferdi."Bangun, Den," bisiknya sembari menggoyangkan pinggang Ferdi.Namun, Ferdi tak juga bangun. Lalu Sri menaruh sebelah tangan Ferdi di lehernya dan berniat untuk memapahnya."Ngapain kamu?" tanya Anisa yang keluar dari kamarnya karena berniat mengambil air."Itu, Non, Den Ferdi tiba-tiba p

  • Ibu Mertua Luar Biasa   Rudi Tak Juga Jera

    Bab 37"Jenn, apa kamu sudah berkeluarga?" tanya Rudi pada karyawati baru di tempat kerjanya saat mereka tengah makan siang."Jujur saja saya janda, Pak.""Wanita secantik kamu, bagaimana bisa jadi janda?" Rudi mulai mengeluarkan gombalan mautnya."Suami saya itu anak mami, dia gak punya pendirian, dia selalu mendengarkan ucapan ibunya yang toxic, sementara ibunya seolah merasa tersaingi dengan kehadiran saya.""Kamu belum kenal sama ibu saya. Ibu saya itu mertua idaman para menantu, dia itu selalu memperlakukan semua menantunya dengan penuh kasih sayang.""Wah, beruntung banget istri Pak Rudi.""Tapi sebaik-baiknya ibu saya, istri saya malah lebih memilih cowok kaya hingga akhirnya sekarang saya menduda.""Oh, jadi Pak Rudi duda?""Iya, Jenn, makanya saya mau fokus dengan pekerjaan saya. Semoga saja saya terpilih dalam menjadi manager.""Semoga saja Pak Rudi bisa mengalahkan Bu Yuri dan terpilih jadi manager.""Iya, Aamiin."Sejak saat itu Rudi dan Jenny dekat, bahkan Rudi sering men

  • Ibu Mertua Luar Biasa   Rudi Berulah Lagi

    Bab 36"Cepetan ganti pakaian atau saya pecat kamu!" bentak Ferdi."Maaf, Den, tadi saya salah ambil seragam, sepertinya ini seragam waktu saya pertama kali bekerja di rumah ini," ujarnya sembari duduk di samping Ferdi lalu memijat lembut bahunya."Jangan kurang ajar, kamu, mau saya pecat?!""Badan Den Ferdi pasti masih sakit-sakit setelah dicambuk oleh Miranda, mau saya pijitin? Pijatan saya enak, loh.""Hentikan, Sri!" Ferdi mendorong tubuh Sri hingga terjengkang ke lantai."Saya bekerja sama Den Ferdi sudah sangat lama, jadi saya sudah menganggap Den Ferdi seperti saudara sendiri." Ia tertunduk dengan mata berkaca-kaca."Ya sudah kalau begitu maafkan saya, sekarang kamu boleh keluar."Setelah itu Sri bergegas keluar dengan wajah kecewa.Sementara itu Anisa dan Bu Elina telah kembali."Makasih ya, Mih, udah nganter aku ke dokter.""Iya, Sayang, sama-sama."Tiba-tiba Anisa terhenyak saat melihat Sri yang baru keluar dari kamarnya dengan mengenakan pakaian sangat ketat, terlebih Sri l

  • Ibu Mertua Luar Biasa   Kegatalan Sri

    Bab 35"Mas, bangun!" Netti menggoyang-goyangkan tubuh Rudi."I...ya, Nett, ada apa? Mau tambah?" tanya Rudi sembari mengucek kedua matanya."Mas tadi mengigau memanggil-manggil nama Anisa padahal ini malam pertama kita," ujar Netti dengan wajah ditekuk."Tadi aku bermimpi Anisa dan Ferdi dikejar penjahat, aku udah gak cinta lagi sama Anisa, aku cuma khawatir sebatas kakak atau teman, apalagi dia ibu dari anakku.""Oh, gitu, kita berdoa aja semoga Anisa dan keluarganya dilindungi oleh Allah.""Aamiin." Rudi menyahut lalu kembali melingkarkan tangannya di pinggang ramping Netti.Setelah itu Netti kembali membaringkan tubuhnya di samping Rudi.Beberapa jam kemudian, Rudi mengigau dan kembali menyebut nama Anisa."Nisa... Nisa...!" teriaknya sembari tersentak dan membuka mata secara spontan, ia kembali terhenyak karena sejak tadi Netti memperhatikannya."Aku harap kamu bisa melupakan masa lalu kamu!""Maafkan mas ya Nett." Rudi memelas sembari menggenggam jemari Netti."Sudahlah, aku mau

  • Ibu Mertua Luar Biasa   Rencana Miranda Gagal

    Bab 34Berkat bantuan Sri, Jatmiko dan komplotannya juga Miranda menyelinap masuk ke rumah itu dengan mengenakan penutup wajah, karena mereka tahu banyak CCTV disana.Setibanya di sebuah kamar, ia langsung membekap mulut Anisa dan Ferdi dengan obat bius lalu meringkusnya setelah itu membawa keduanya ke ruang tengah."Bangun!" bentak Miranda sembari menyiramkan air ke wajah Ferdi dan Anisa hingga keduanya kembali ke alam sadar.Ferdi langsung terhenyak saat melihat Miranda yang tengah memegangi cambuk bersama Jatmiko juga dua lelaki bertubuh tinggi besar."Apa yang kalian inginkan?" tanya Ferdi dengan wajah geram.Sementara Anisa tampak tercengang saat melihat Sri berada diantara mereka."Ayo kita melakukan permainan yang biasa kita mainkan," ujar Miranda sembari menghantamkan cambuk ke tubuh Ferdi yang telanjang dada."Aaaaaaaargh!" Ferdi mengerang hingga membuat Anisa berteriak histeris."Hentikan Mir!" teriak Anisa."Ini belum sebanding dengan apa yang dia lakukan padaku!" bentak Mi

  • Ibu Mertua Luar Biasa   Siasat Miranda

    Anisa tampak bercucuran air mata, ia sangat kecewa karena ternyata suaminya memiliki kelainan. Ia juga khawatir memiliki nasib seperti Miranda yang menjadi budak nafsu Ferdi. Gegas ia masukan pakaiannya ke dalam koper, ia berniat untuk kabur dari rumah itu."Non Anisa!" Sri mengetuk pintu.Anisa segera membuka pintu kamarnya sembari mengusap air mata."Non mau kemana?""Saya mau pergi dari rumah ini.""Sebenarnya saya takut nanti Den Ferdi akan marah jika Non Anisa pergi, tapi saya juga merasa kasihan kalau wanita sebaik Non Anisa mengalami nasib seperti Non Miranda.""Separah apa penyiksaan yang dilakukan Ferdi pada Miranda?""Tapi Non Anisa janji ya jangan bawa-bawa saya.""Oke, saya janji.""Non Miranda wajah dan badannya sampai dupenuhi lebam, ya namanya juga dicambuk dan disundut rokok, saya sering disuruh mengompres lukanya makanya saya tahu semuanya.""Disundut rokok?" Anisa bergidik ngeri saat membayangkannya."Iya, sebenernya saya benci sama Non Miranda karena sudah merebut M

  • Ibu Mertua Luar Biasa   Salah Paham

    "Sayang, Bintang sudah tidur?" tanya Ferdi saat Anisa menyusui bayinya yang berusia 6 bulan."Belum, sabar, ya." Anisa tersenyum sembari melirik suaminya yang sejak tadi terus meremas jemarinya.Beberapa saat kemudian Bintang berhenti menyusu, tapi matanya tak juga terpejam, ia malah menatap Ferdi lalu sesekali tersenyum."Sini, Bintang Ferdinan, biar papa gendong," ujarnya sembari memangku bayi menggemaskan itu."Main ganti nama sembarangan." Anisa mencebik lalu tertawa."Ganti aja namanya jadi Bintang Ferdinand, gak usah Bintang Prayoga, soalnya sekarang dia anakku," ucap Ferdi sembari menimangnya dengan lembut sehingga Bintang seketika memejamkan matanya."Tidur loh dia, Mas, apa Mas terbiasa menimang bayi? Soalnya dia tampak sangat nyaman berada di pangkuan Mas?" tanya Anisa lirih."Ini yang pertama kalinya." Ferdi menyahut dengan lirih lalu menidurkan Bintang yang telah terlelap ke tempat tidur bayi yang terletak tidak jauh di tempat tidur mereka. Setelah itu keduanya duduk di te

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status