Beranda / Rumah Tangga / Ibu Mertua Luar Biasa / Ikatan Batin Yang Kuat

Share

Ikatan Batin Yang Kuat

Penulis: Widya Yasmin
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-21 07:08:59

Miranda menyuguhkan secangkir kopi susu untuk Rudi, sementara Rudi terus menatap ke arah bagian tubuhnya yang menonjol.

"Aku itu sebenarnya nyesel, loh, nikah sama Ferdi," ucap Miranda sembari menyandarkan kepala di bahu Rudi.

"Ke..kenapa nyesel? Dia udah mapan, loh, hidup kamu sekarang sudah enak."

"Dia terlalu sibuk dengan pekerjaannya sampai-sampai aku sering merasa kesepian."

"Andai saja dulu kamu menikah sama aku, ya. Aku gak mungkin membiarkan istri secantik kamu merasa kesepian. Tiap malam pasti aku dekap hangat."

"Iya, Rud, aku nyesel, padahal kamu sama Mas Ferdi masih gantengan kamu, terus kamu juga perhatian, pengertian, dan romantis."

Naluri kelelakian Rudi semakin meronta-ronta saat Miranda terus memuji sembari mengelus-elus wajahnya. Wajah Rudi semakin menegang saat Miranda mendekatkan dadanya, keduanya saling bertatapan, lalu Rudi langsung memiringkan wajahnya.

Namun, tiba-tiba aksi mereka terhenti saat ponsel Rudi berdering, betapa terkejutnya ia saat melihat satu panggilan video dari ibunya. Tanpa pikir panjang ia langsung menolak video call dari ibunya itu.

[Angkat video call dari ibu atau ibu tak akan lagi menganggapmu anak.] Rudi semakin panik saat membaca pesan dari ibunya.

[Rudi lagi di jalan, Bu.] Tangan Rudi tampak gemetaran saat membalas pesan dari ibunya.

"Kenapa, Rud? Mau dilanjut, gak?" tanya Miranda sembari menduduki tubuh Rudi.

"I..iya.." Rudi menjawab dengan wajah yang semakin menegang.

[Ibu tau kamu sekarang sedang bersama pelakor itu, kamu benar-benar sudah menyakiti hati ibu.] Rudi tampak terhenyak saat ibunya kembali mengirimkan pesan.

Gegas ia beranjak dari tempat duduknya hingga Miranda langsung terjengkang.

"Ya ampun, Sorry, Mir. Aku harus segera pulang."

"Ada apa?" tanya Miranda sembari meringis karena terjatuh ke lantai saat Rudi bangkit secara tiba-tiba.

"Ibuku punya indra keenam. Dia tahu apa yang sedang kita lakukan."

"Rud, aku akan meminta cerai pada Ferdi, aku ingin hidup sama kamu."

"Maaf, aku gak bisa melawan ibuku. Lagipula aku sangat mencintai Anisa, aku tak mungkin menceraikannya."

"Tapi, Rud, bukankah kamu bilang kalau aku jauh lebih menarik dari Anisa?"

"Iya, tapi maaf aku harus segera pulang!" ujar Rudi lalu bergegas pergi.

"Tunggu Rud!" teriak Miranda yang mencoba menghalangi kepergian Rudi.

Namun, Rudi tak mau durhaka pada ibunya, ia langsung berlari ke arah motornya lalu tancap gas. Saat di perjalanan, tiba-tiba Rudi berpapasan dengan sebuah mobil. Tiba-tiba mobil berhenti tepat di depan Rudi hingga membuatnya mengerem secara mendadak.

Jendela mobil itu terbuka setengah, lalu seorang lelaki mengeluarkan kepalanya.

"Hai Rud!" sapa lelaki itu hingga membuat Rudi terhenyak.

"Hai Fer!" Ia menyapa balik.

Lelaki itu menepikan mobilnya lalu keluar untuk menghampiri Rudi.

"Darimana Rud? Kok kayak dari arah rumah gue?"

"Hah, iyakah? Gue gak tau kalau lu tinggal di komplek ini. Tadi gue nyasar kesini."

"Nyasar gimana maksudnya?"

"Gue janjian sama klien katanya di komplek ini, eh ternyata gue salah alamat."

"Mampir dulu, yuk! Udah lama kita gak ngobrol bareng."

"Sorry banget, tapi gue harus segera cabut."

"Oh, oke, deh."

Setelah itu Rudi segera bergegas pergi dengan dada yang semakin bergemuruh. Ia menarik napas lega karena tadi mengikuti hati nuraninya untuk menuruti ucapan ibunya, andai saja ia tadi melanjutkan aksinya dengan Miranda, mungkin sekarang dia sudah bonyok bahkan masuk penjara.

Saat di perjalanan, tiba-tiba ia melihat seorang wanita berpakaian terbuka tengah berjalan sendirian.

"Hai cantik!" sapanya sembari memelankan laju motornya.

Wanita itu menoleh ke arah Rudi. Namun, seketika Rudi langsung terhenyak saat melihat sosok tersebut yang ternyata wanita berjakun.

"Hai juga, Bang, mau ngasih tumpangan?" tanyanya dengan nada manja dan suara sengau.

Tanpa pikir panjang Rudi langsung tancap gas dan melaju dengan kecepatan tinggi, hingga tiba-tiba motornya hilang kendali lalu menabrak pohon. Rudi melompat dari motor lalu terjebur ke kubangan air berwarna hitam pekat berbau busuk.

Beberapa orang yang berada di tempat kejadian langsung menolong Rudi.

"Kagak kenapa-kenapa, Bang? Ya Allah, ngapain malam-malam mandi air got?" Mereka menolong Rudi sembari menahan tawa.

Sementara Rudi tak banyak bicara karena menahan malu. Setelah mengucapkan terimakasih, ia segera bergegas pulang.

"Loh, apa yang terjadi?" tanya Anisa saat melihat suaminya yang basah kuyup dan berbau got.

"Tadi aku jatuh ke got," ujar Rudi sembari bergegas menuju kamar mandi.

Saat tengah mencuci pakaiannya tiba-tiba ia teringat ucapan ibunya yang mengatakan bahwa suami tukang selingkuh itu akan selalu sial. Ia menghela napas dan menyesal karena tak mendengarkan nasihat ibunya. Namun, tiba-tiba bayangan wajah Miranda kembali mengganggu pikirannya.

"Mas Rudi lagi nyuci? Biar aku aja, Mas," ucap Anisa.

"Gak apa-apa biar aku aja." Rudi menyahut.

"Mas, mandinya pakai air panas, ini aku lagi masakin," ucap Anisa.

Tiba-tiba Rudi termenung dengan sikap istrinya yang begitu baik, padahal ia selalu bersikap kasar padanya. Beberapa saat kemudian setelah selesai mencuci pakaian dan mandi air hangat, Rudi bergegas menuju kamar lalu meraih pakaian yang sudah disiapkan istrinya.

"Kamu gak apa-apa, Mas? Ada yang luka, gak?" tanya Anisa.

"Ada sih memar-memar dikit, tapi gak apa-apa lah."

"Mau aku pijitin, gak?"

"Gak perlu, kamu tidur aja," ujar Rudi.

Setelah itu keduanya langsung terlelap.

Keesokan harinya pagi-pagi sekali Rudi telah mandi dan berpakaian rapi.

"Mau kemana kamu, Mas? Hari ini kan libur."

"Ada urusan bentar," jawab Rudi.

Sebenarnya Anisa sedih melihat sikap Rudi yang kini kurang perhatian padanya, padahal sebelum melahirkan, Rudi sangat manis dan sangat perhatian. Sementara itu Rudi bergegas menuju rumah temannya. Setibanya di sebuah rumah, Rudi langsung menekan bell, rumah itu milik Faridz teman sekantor Rudi.

"Mas Rudi ya? Silahkan masuk, Mas Faridz sedang nyuci piring," ucap seorang wanita berparas cantik.

Rudi langsung mengernyitkan dahi mendengar ucapan wanita itu, ia tak menyangka kalau temannya ternyata tipe suami takut istri.

"Hai Rud!" ucap seorang lelaki yang mengenakan kaus sedikit basah karena baru selesai mencuci piring.

Tampak dua orang anak lelaki yang terus mengikutinya sembari memegangi ujung bajunya.

"Papaaa, jadi kapan kita ke time zone?" rengek seorang anak yang tampaknya berusia sekitar 5 tahunan.

"Dedek juga mau ikut." Anak yang tampaknya berusia 3 tahun langsung ikut merengek lalu duduk di pangkuan Faridz.

"Lagi sibuk kayaknya?" tanya Rudi yang mulai merasa tak enak.

"Enggak juga, gue kalau lagi libur emang gini. Bantu-bantu kerjaan istri dan ngajak main anak-anak," sahut Faridz.

"Mas, aku berangkat dulu, ya," ujar istrinya yang tampak sudah rapi lalu mencium tangan suaminya.

"Iya, hati-hati, Sayang."

Rudi mengernyitkan dahi saat istri Faridz pergi begitu saja tanpa membawa kedua anaknya.

"Istri lo mau kemana?" tanya Rudi.

"Ke salon."

"Loh, terus anak-anak lo?"

"Ya gue yang jagain."

Dahi Rudi kembali mengkerut mendengar ucapan Faridz, konsep berumah tangga yang dilakukan Faridz sama sekali tak sesuai yang diajarkan ayahnya.

"Sebenarnya kedatangan gue kemari buat curhat, gue mau minta pendapat lo," ujar Rudi.

"Jagoan papa main dulu sebentar, ya. Nanti kalau papa sudah selesai kita ke time zone." Faridz membujuk kedua anaknya yang sejak tadi terus bergelayut di tangannya.

Kedua anak lelaki itu mengangguk lalu bergegas meninggalkan papanya.

"Boleh, apa yang mau lo ceritain dan apa yang mau lo tanyain?" tanya Faridz

Bersambung

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Ibu Mertua Luar Biasa   Ending

    Sri mengetuk pintu kamar Ferdi setelah yakin semua orang telah meluncur jauh meninggalkan rumah itu."Iya, Sri, ada apa?" tanya Ferdi sembari membuka pintu kamarnya.Tiba-tiba Ferdi terbelalak saat melihat Sri yang hanya mengenakan lingerie, bahkan ia juga membawa flogger dan borgol milik Ferdi yang dulu ia gunakan untuk menyiksa Miranda."Kenapa semua barang itu ada padamu? Bukankah dulu aku telah menyuruhmu untuk membuangnya?""Den Ferdi pasti sudah lama tidak main game, aku mau kok memenuhi fantasi Den Ferdi," ujarnya sembari membusungkan dada dan berpose menantang.Seketika Ferdi langsung meremas kepalanya sendiri yang tiba-tiba terasa sakit, bayangan saat dirinya mencari kepuasan terhadap Miranda dengan cara menyiksanya kembali muncul."Sri! Sebenarnya apa yang kamu lakukan," ucapnya dengan gigi yang menggemeretak, sementara api emosi membuncah dalam dada."Aku tahu kok, Den Ferdi gak berani melampiaskan fantasi liar Den Ferdi sama Non Anisa, karena Den Ferdi gak bisa melihat ora

  • Ibu Mertua Luar Biasa   Sri Ulat Bulu

    Bab 39"Buka pintunya, Nett!" Rudi menggedor pintu rumah kontrakannya, sementara Netti langsung tidur dan tak memperdulikan teriakan suaminya."Netttti!" Rudi terus berteriak hingga tenggorokannya sakit."Nettti! Aku mau ke toilet, aduh gak kuat!" Rudi terus menggedor pintu sembari berteriak memanggil nama Netti, tapi istrinya itu sudah merasa muak untuk melihat wajah suaminya. Seandainya ia masih memiliki orangtua, ia pasti sudah kabur ke rumah orangtuanya."Gak dibukain pintu, ya, Mas?" tanya ibu-ibu yang tak sengaja lewat."Iya, Bu, istri saya baperan.""Istrinya yang baperan atau Mas Rudinya yang jelalatan?"Mendengar itu wajah Rudi seketika memerah karena malu, gegas ia menuju motornya lalu tancap gas menuju rumah orangtuanya."Ngapain kamu kesini?" tanya Bu Aminah saat melihat kedatangan putranya yang tampak lesu."Netti gak bukain aku pintu, Bu.""Loh, kenapa? Pasti kamu bikin ulah lagi?""Sebenarnya aku ketahuan selingkuh.""Astaghfirullah, Rud, kamu kok gak ada kapoknya." Bu

  • Ibu Mertua Luar Biasa   Netti Menendang Kaki Rudi

    #38"Ngapain sih, Sri? Akhir-akhir ini kamu kok kayak cacing kepanasan gitu!" bentak Ferdi dengan wajah masam."Saya sudah menganggap Den Ferdi seperti saudara saya sendiri, apalagi kedua orangtua Den Ferdi sangat baik sama saya.""Ya sudah kalau gitu, tapi jujur saja saya gak nyaman saat kamu memegang-megang pundak saya.""Saya minta maaf, Den, kalau gitu silahkan diminum kopinya."Ferdi langsung meraih secangkir kopi yang Sri buat, lalu menyeruputnya. "Ngapain kamu masih berdiri disana! Cepetan masuk!" bentaknya dengan wajah masam.Namun, tiba-tiba Ferdi menguap dan merasa sangat mengantuk, hingga tiba-tiba ia terkulai lemas di sofa. Senyum Sri langsung mengembang, lalu ia langsung mendekati Ferdi."Bangun, Den," bisiknya sembari menggoyangkan pinggang Ferdi.Namun, Ferdi tak juga bangun. Lalu Sri menaruh sebelah tangan Ferdi di lehernya dan berniat untuk memapahnya."Ngapain kamu?" tanya Anisa yang keluar dari kamarnya karena berniat mengambil air."Itu, Non, Den Ferdi tiba-tiba p

  • Ibu Mertua Luar Biasa   Rudi Tak Juga Jera

    Bab 37"Jenn, apa kamu sudah berkeluarga?" tanya Rudi pada karyawati baru di tempat kerjanya saat mereka tengah makan siang."Jujur saja saya janda, Pak.""Wanita secantik kamu, bagaimana bisa jadi janda?" Rudi mulai mengeluarkan gombalan mautnya."Suami saya itu anak mami, dia gak punya pendirian, dia selalu mendengarkan ucapan ibunya yang toxic, sementara ibunya seolah merasa tersaingi dengan kehadiran saya.""Kamu belum kenal sama ibu saya. Ibu saya itu mertua idaman para menantu, dia itu selalu memperlakukan semua menantunya dengan penuh kasih sayang.""Wah, beruntung banget istri Pak Rudi.""Tapi sebaik-baiknya ibu saya, istri saya malah lebih memilih cowok kaya hingga akhirnya sekarang saya menduda.""Oh, jadi Pak Rudi duda?""Iya, Jenn, makanya saya mau fokus dengan pekerjaan saya. Semoga saja saya terpilih dalam menjadi manager.""Semoga saja Pak Rudi bisa mengalahkan Bu Yuri dan terpilih jadi manager.""Iya, Aamiin."Sejak saat itu Rudi dan Jenny dekat, bahkan Rudi sering men

  • Ibu Mertua Luar Biasa   Rudi Berulah Lagi

    Bab 36"Cepetan ganti pakaian atau saya pecat kamu!" bentak Ferdi."Maaf, Den, tadi saya salah ambil seragam, sepertinya ini seragam waktu saya pertama kali bekerja di rumah ini," ujarnya sembari duduk di samping Ferdi lalu memijat lembut bahunya."Jangan kurang ajar, kamu, mau saya pecat?!""Badan Den Ferdi pasti masih sakit-sakit setelah dicambuk oleh Miranda, mau saya pijitin? Pijatan saya enak, loh.""Hentikan, Sri!" Ferdi mendorong tubuh Sri hingga terjengkang ke lantai."Saya bekerja sama Den Ferdi sudah sangat lama, jadi saya sudah menganggap Den Ferdi seperti saudara sendiri." Ia tertunduk dengan mata berkaca-kaca."Ya sudah kalau begitu maafkan saya, sekarang kamu boleh keluar."Setelah itu Sri bergegas keluar dengan wajah kecewa.Sementara itu Anisa dan Bu Elina telah kembali."Makasih ya, Mih, udah nganter aku ke dokter.""Iya, Sayang, sama-sama."Tiba-tiba Anisa terhenyak saat melihat Sri yang baru keluar dari kamarnya dengan mengenakan pakaian sangat ketat, terlebih Sri l

  • Ibu Mertua Luar Biasa   Kegatalan Sri

    Bab 35"Mas, bangun!" Netti menggoyang-goyangkan tubuh Rudi."I...ya, Nett, ada apa? Mau tambah?" tanya Rudi sembari mengucek kedua matanya."Mas tadi mengigau memanggil-manggil nama Anisa padahal ini malam pertama kita," ujar Netti dengan wajah ditekuk."Tadi aku bermimpi Anisa dan Ferdi dikejar penjahat, aku udah gak cinta lagi sama Anisa, aku cuma khawatir sebatas kakak atau teman, apalagi dia ibu dari anakku.""Oh, gitu, kita berdoa aja semoga Anisa dan keluarganya dilindungi oleh Allah.""Aamiin." Rudi menyahut lalu kembali melingkarkan tangannya di pinggang ramping Netti.Setelah itu Netti kembali membaringkan tubuhnya di samping Rudi.Beberapa jam kemudian, Rudi mengigau dan kembali menyebut nama Anisa."Nisa... Nisa...!" teriaknya sembari tersentak dan membuka mata secara spontan, ia kembali terhenyak karena sejak tadi Netti memperhatikannya."Aku harap kamu bisa melupakan masa lalu kamu!""Maafkan mas ya Nett." Rudi memelas sembari menggenggam jemari Netti."Sudahlah, aku mau

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status