Share

Suami Toxic

Penulis: Widya Yasmin
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-02 12:45:13

"Loh, kok kamu pulang kesini?" tanya Bu Aminah saat melihat Rudi yang pulang ke rumahnya dengan wajah masam.

"Memangnya kenapa sih, Bu? Emangnya gak boleh ya kalau aku pulang ke sini, aku kangen sama masakan Ibu."

"Tapi istri kamu pasti nungguin kamu pulang, mungkin saja dia sudah bela-belain masak makanan kesukaanmu."

"Asal Ibu tau, tadi pagi dia malah menyusui sambil tidur, padahal seharusnya dia membuatkan sarapan untukku."

"Sekali-kali kamu dong yang membuatkan sarapan untuknya."

"Asal Ibu tau, semalam aku gak bisa tidur gara-gara bayi kami terus menerus menangis. Setiap menit sekali kudengar suara tangisnya."

"Oh jadi semalam kamu ikut menemani Anisa bergadang?"

"Ya enggaklah, Bu, aku langsung keluar dari kamar lalu tidur di kursi."

Plaaaaak! Sebuah tamparan mendarat di pipi Rudi. Lelaki berusia 25 tahun itu terkejut dengan apa yang dilakukan ibunya, karena selama ini ibunya begitu lemah lembut dan tak pernah bersikap kasar padanya.

"Kenapa Ibu menamparku?"

"Asal kamu tau, semalaman Anisa pasti kesusahan mengurus dan menyusui anakmu, biasanya ASI belum keluar dengan deras jika baru dua hari, sementara bayimu terus menerus ingin menyusu, makanya semalaman bayimu terus menangis sehingga Anisa harus bergadang."

"Salah dia sendiri, aku menawarkan untuk membeli susu formula, tapi dia tolak."

"Karena dia menuruti saran ibu untuk memberikan ASI eksklusif."

"Masa setiap malam aku harus bergadang, aku butuh istirahat karena esoknya harus bekerja."

"Jika tidak bisa membantunya mengurus bayi, setidaknya kamu membiarkan jika dia ketiduran. Kamu kan bisa membuat sarapan sendiri, lalu mencuci pakaian sebelum berangkat kerja."

"Mengapa aku harus melakukan pekerjaan wanita? Aku tidak pernah melihat Ayah melakukan itu."

"Jadi kamu mau mengikuti sifat ayahmu?!" tanya ibunya setengah berteriak, sementara ayahnya hanya diam sembari pura-pura fokus menonton televisi.

"Bang Rudi ada benarnya juga Bu, dia kan harus capek kerja, masa dia harus mengerjakan pekerjaan perempuan, lalu apa gunanya dia menikah?" Dua orang gadis berusia 19 dan 17 tahun menyahuti ucapan ibunya secara serentak.

"Apa sih, lo, ikut-ikutan aja ucapan gue?" ucap gadis berambut ikal.

"Kakak yang ngikutin gue!" Gadis berambut sebahu itu menyahut.

"Berisik kalian! Memangnya kalian kalau punya suami mau kayak Ayah dan Abang kalian? Nauzubillah summa nauzubillahi min dzalik." Bu Aminah menyahut.

"Kok Ibu bawa-bawa ayah? Padahal ayah gak ikut-ikutan, loh," ujar suaminya yang sejak tadi fokus menonton televisi.

"Lalu apa tanggapan Ayah dengan sikap Rudi?" Bu Aminah kembali bertanya.

"Turuti saja semua ucapan ibumu, Rud, jangan berani-berani menentangnya."

"Jadi sekarang aku harus bagaimana? Aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk selalu mendengarkan ucapan Ibu."

"Sayangi dan hargai istrimu, jika kamu menyakitinya, maka sama saja kamu menyakiti ibu."

"Anak Ibu itu aku, bukan Anisa, kenapa Ibu selalu membelanya?"

"Selama dia benar, ibu akan selalu membelanya. Karena ibu pernah berada di posisinya, ibu tau bagaimana repotnya mengurus anak juga rumah, apalagi suami yang tidak pernah peka dan egois." Bu Aminah melirik ke arah suaminya.

"Bu, jajan martabak, yuk!" Pak Arman mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Ayo!" ujar Bu Aminah yang langsung bersemangat, karena martabak adalah makanan favoritnya sejak masih muda.

Sementara Rudi dan kedua adiknya langsung tepuk jidat melihat semua itu. Setelah kedua orangtuanya pergi membeli martabak, Rudi langsung bergegas pulang.

Beberapa saat kemudian Rudi telah tiba di kontrakannya. Istrinya langsung menyambut kedatangannya lalu mencium punggung tangannya.

"Mas mau makan? Aku sudah masak ikan asam pedas untuk Mas."

Anisa sengaja memasak menu itu setelah mendengar pujian dari ibu mertuanya tadi siang.

"Iyalah, aku lapar banget," ujarnya.

Anisa langsung bergegas menuju dapur lalu menyiapkan makanan untuk suaminya.

"Gimana, Mas, enak gak?" tanya Anisa sembari menatap suaminya yang tengah mengunyah makanan yang ia hidangkan.

"Lumayan, tapi gak seenak masakan Ibu."

"Iya, Mas bener banget, masakan Ibu memang yang paling enak." Anisa menyahut.

"Ngomong-ngomong kamu udah mandi belum sih? Kucel banget kayak pembantu!"

"Seharian aku sibuk mengurus bayi kita dan masakin buat kamu, jadi belum sempat mandi."

"Ya sudah sana cepetan mandi, mumpung bayi kita sedang tidur!" bentak Rudi dengan wajah masam.

Anisa mengangguk, lalu bergegas ke kamar mandi. Sementara Rudi langsung menghela napas melihat istrinya yang kian berubah, padahal sebelum menikah Rudi sangat tergila-gila dengan kecantikan Anisa.

Tiba-tiba ponsel Rudi berdering, ia segera menghabiskan makanan yang hanya satu suap lagi lalu bergegas mencuci tangan lalu setelah itu mengangkat telepon.

"Iya, Bu, ada apa?" tanya Rudi setelah mengetahui bahwa yang menelpon adalah ibunya.

"Jaga Anisa baik-baik, jangan bersikap kasar, bantu dia kalau dia kerepotan. Jika dia tertekan, ibu khawatir ASInya mengering."

"I..iya, Bu," sahut Rudi sambil mengernyitkan dahi karena bingung dengan ucapan ibunya yang seolah mengetahui apa yang tengah dilakukannya pada Anisa.

"Jangan-jangan nyokap gue punya indra keenam," gumam Rudi sembari menggaruk kepala setelah selesai berbicara dengan ibunya di telepon.

Setelah itu Rudi segera bergegas menuju tempat cuci piring, sejak kecil ia tak pernah mau membantah ucapan ibunya, bahkan ia telah berjanji untuk selalu menuruti semua yang ibunya katakan.

"Ngapain kamu mandi tapi gak nutup pintu kamar mandi?" tanya Rudi saat melewati kamar mandi.

Belum sempat menjawab pertanyaan suaminya Anisa langsung bergegas menuju kamarnya padahal masih ada sedikit busa sampo di rambutnya.

"Hei kalau mandi yang bersih!" teriak Rudi sembari mengikutinya ke kamar.

Setibanya di kamar, Rudi melihat bayinya yang terbangun, padahal ia sama sekali tak mendengar suara tangisnya.

"Kok kamu bisa tau anak kita nangis?" tanya Rudi sembari mengernyitkan dahi.

"Tadi Bintang nangis, tapi gak terlalu kenceng." Anisa menyahut.

"Ya sudah, kalau gitu kamu lanjutkan aja dulu mandi, biar aku jagain Bintang," ujar Rudi sembari menggendong bayinya dengan hati-hati lalu menimangnya perlahan.

Beberapa saat kemudian Anisa telah berganti pakaian, ia lalu meraih bayinya dari Rudi lalu segera menyusuinya.

"Kenapa sih kamu harus dasteran terus? Kayak ibu-ibu tau gak sih? Mana wajah kamu kucel gitu kayak gak mandi!"

"Bintang sudah kehausan, Mas, dia mau menyusu, masa aku harus dandan dulu."

"Baru punya anak satu aja, kamu udah kelihatan gak menarik," gerutunya sembari bergegas keluar dari kamarnya.

Anisa hanya menghela napas, ia teringat pesan ibu mertuanya untuk tidak banyak pikiran. Ibu mertuanya mengatakan bahwa wanita yang sedang menyusui harus tenang dan tak boleh setress agar ASI terus mengalir dengan deras.

Bersambung.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Ibu Mertua Luar Biasa   Ending

    Sri mengetuk pintu kamar Ferdi setelah yakin semua orang telah meluncur jauh meninggalkan rumah itu."Iya, Sri, ada apa?" tanya Ferdi sembari membuka pintu kamarnya.Tiba-tiba Ferdi terbelalak saat melihat Sri yang hanya mengenakan lingerie, bahkan ia juga membawa flogger dan borgol milik Ferdi yang dulu ia gunakan untuk menyiksa Miranda."Kenapa semua barang itu ada padamu? Bukankah dulu aku telah menyuruhmu untuk membuangnya?""Den Ferdi pasti sudah lama tidak main game, aku mau kok memenuhi fantasi Den Ferdi," ujarnya sembari membusungkan dada dan berpose menantang.Seketika Ferdi langsung meremas kepalanya sendiri yang tiba-tiba terasa sakit, bayangan saat dirinya mencari kepuasan terhadap Miranda dengan cara menyiksanya kembali muncul."Sri! Sebenarnya apa yang kamu lakukan," ucapnya dengan gigi yang menggemeretak, sementara api emosi membuncah dalam dada."Aku tahu kok, Den Ferdi gak berani melampiaskan fantasi liar Den Ferdi sama Non Anisa, karena Den Ferdi gak bisa melihat ora

  • Ibu Mertua Luar Biasa   Sri Ulat Bulu

    Bab 39"Buka pintunya, Nett!" Rudi menggedor pintu rumah kontrakannya, sementara Netti langsung tidur dan tak memperdulikan teriakan suaminya."Netttti!" Rudi terus berteriak hingga tenggorokannya sakit."Nettti! Aku mau ke toilet, aduh gak kuat!" Rudi terus menggedor pintu sembari berteriak memanggil nama Netti, tapi istrinya itu sudah merasa muak untuk melihat wajah suaminya. Seandainya ia masih memiliki orangtua, ia pasti sudah kabur ke rumah orangtuanya."Gak dibukain pintu, ya, Mas?" tanya ibu-ibu yang tak sengaja lewat."Iya, Bu, istri saya baperan.""Istrinya yang baperan atau Mas Rudinya yang jelalatan?"Mendengar itu wajah Rudi seketika memerah karena malu, gegas ia menuju motornya lalu tancap gas menuju rumah orangtuanya."Ngapain kamu kesini?" tanya Bu Aminah saat melihat kedatangan putranya yang tampak lesu."Netti gak bukain aku pintu, Bu.""Loh, kenapa? Pasti kamu bikin ulah lagi?""Sebenarnya aku ketahuan selingkuh.""Astaghfirullah, Rud, kamu kok gak ada kapoknya." Bu

  • Ibu Mertua Luar Biasa   Netti Menendang Kaki Rudi

    #38"Ngapain sih, Sri? Akhir-akhir ini kamu kok kayak cacing kepanasan gitu!" bentak Ferdi dengan wajah masam."Saya sudah menganggap Den Ferdi seperti saudara saya sendiri, apalagi kedua orangtua Den Ferdi sangat baik sama saya.""Ya sudah kalau gitu, tapi jujur saja saya gak nyaman saat kamu memegang-megang pundak saya.""Saya minta maaf, Den, kalau gitu silahkan diminum kopinya."Ferdi langsung meraih secangkir kopi yang Sri buat, lalu menyeruputnya. "Ngapain kamu masih berdiri disana! Cepetan masuk!" bentaknya dengan wajah masam.Namun, tiba-tiba Ferdi menguap dan merasa sangat mengantuk, hingga tiba-tiba ia terkulai lemas di sofa. Senyum Sri langsung mengembang, lalu ia langsung mendekati Ferdi."Bangun, Den," bisiknya sembari menggoyangkan pinggang Ferdi.Namun, Ferdi tak juga bangun. Lalu Sri menaruh sebelah tangan Ferdi di lehernya dan berniat untuk memapahnya."Ngapain kamu?" tanya Anisa yang keluar dari kamarnya karena berniat mengambil air."Itu, Non, Den Ferdi tiba-tiba p

  • Ibu Mertua Luar Biasa   Rudi Tak Juga Jera

    Bab 37"Jenn, apa kamu sudah berkeluarga?" tanya Rudi pada karyawati baru di tempat kerjanya saat mereka tengah makan siang."Jujur saja saya janda, Pak.""Wanita secantik kamu, bagaimana bisa jadi janda?" Rudi mulai mengeluarkan gombalan mautnya."Suami saya itu anak mami, dia gak punya pendirian, dia selalu mendengarkan ucapan ibunya yang toxic, sementara ibunya seolah merasa tersaingi dengan kehadiran saya.""Kamu belum kenal sama ibu saya. Ibu saya itu mertua idaman para menantu, dia itu selalu memperlakukan semua menantunya dengan penuh kasih sayang.""Wah, beruntung banget istri Pak Rudi.""Tapi sebaik-baiknya ibu saya, istri saya malah lebih memilih cowok kaya hingga akhirnya sekarang saya menduda.""Oh, jadi Pak Rudi duda?""Iya, Jenn, makanya saya mau fokus dengan pekerjaan saya. Semoga saja saya terpilih dalam menjadi manager.""Semoga saja Pak Rudi bisa mengalahkan Bu Yuri dan terpilih jadi manager.""Iya, Aamiin."Sejak saat itu Rudi dan Jenny dekat, bahkan Rudi sering men

  • Ibu Mertua Luar Biasa   Rudi Berulah Lagi

    Bab 36"Cepetan ganti pakaian atau saya pecat kamu!" bentak Ferdi."Maaf, Den, tadi saya salah ambil seragam, sepertinya ini seragam waktu saya pertama kali bekerja di rumah ini," ujarnya sembari duduk di samping Ferdi lalu memijat lembut bahunya."Jangan kurang ajar, kamu, mau saya pecat?!""Badan Den Ferdi pasti masih sakit-sakit setelah dicambuk oleh Miranda, mau saya pijitin? Pijatan saya enak, loh.""Hentikan, Sri!" Ferdi mendorong tubuh Sri hingga terjengkang ke lantai."Saya bekerja sama Den Ferdi sudah sangat lama, jadi saya sudah menganggap Den Ferdi seperti saudara sendiri." Ia tertunduk dengan mata berkaca-kaca."Ya sudah kalau begitu maafkan saya, sekarang kamu boleh keluar."Setelah itu Sri bergegas keluar dengan wajah kecewa.Sementara itu Anisa dan Bu Elina telah kembali."Makasih ya, Mih, udah nganter aku ke dokter.""Iya, Sayang, sama-sama."Tiba-tiba Anisa terhenyak saat melihat Sri yang baru keluar dari kamarnya dengan mengenakan pakaian sangat ketat, terlebih Sri l

  • Ibu Mertua Luar Biasa   Kegatalan Sri

    Bab 35"Mas, bangun!" Netti menggoyang-goyangkan tubuh Rudi."I...ya, Nett, ada apa? Mau tambah?" tanya Rudi sembari mengucek kedua matanya."Mas tadi mengigau memanggil-manggil nama Anisa padahal ini malam pertama kita," ujar Netti dengan wajah ditekuk."Tadi aku bermimpi Anisa dan Ferdi dikejar penjahat, aku udah gak cinta lagi sama Anisa, aku cuma khawatir sebatas kakak atau teman, apalagi dia ibu dari anakku.""Oh, gitu, kita berdoa aja semoga Anisa dan keluarganya dilindungi oleh Allah.""Aamiin." Rudi menyahut lalu kembali melingkarkan tangannya di pinggang ramping Netti.Setelah itu Netti kembali membaringkan tubuhnya di samping Rudi.Beberapa jam kemudian, Rudi mengigau dan kembali menyebut nama Anisa."Nisa... Nisa...!" teriaknya sembari tersentak dan membuka mata secara spontan, ia kembali terhenyak karena sejak tadi Netti memperhatikannya."Aku harap kamu bisa melupakan masa lalu kamu!""Maafkan mas ya Nett." Rudi memelas sembari menggenggam jemari Netti."Sudahlah, aku mau

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status