Home / Rumah Tangga / Ibu Mertua Luar Biasa / Ibu Mertua Rasa Ibu Kandung

Share

Ibu Mertua Luar Biasa
Ibu Mertua Luar Biasa
Author: Widya Yasmin

Ibu Mertua Rasa Ibu Kandung

Author: Widya Yasmin
last update Last Updated: 2023-02-02 12:42:02

"Mas, boleh, gak aku minta tolong?" tanya seorang wanita yang baru dua hari lalu melahirkan putra pertamanya.

"Iya, minta tolong apa?" Suaminya balik bertanya sembari membaringkan tubuhnya.

"Tolong dua hari saja, sebelum berangkat kerja tolong cucikan pakaian dan cuci piring."

Lelaki itu menatap istrinya yang tengah menyusui bayi mungil yang masih berwarna merah.

"Kenapa? Kenapa aku harus mengerjakan semua itu?"

"Ya karena dokter menganjurkan aku untuk beristirahat beberapa hari setelah melahirkan. Aku cuma minta dua hari saja, kok, Mas."

"Tapi aku tak pernah melihat ayahku melakukan hal itu, ibuku mengerjakan semuanya bahkan sehari setelah melahirkan."

Mendengar itu Anisa hanya menitikkan air mata tanpa berani membantah ucapan suaminya.

Keesokan paginya, Rudi telah siap berangkat kerja. Dengan wajah kesal ia menoleh ke arah istrinya yang masih menyusui anaknya dengan mata terpejam.

"Apa hari ini kamu tidak membuatkanku sarapan?" tanyanya dengan wajah masam.

"Tunggu ya, Mas, aku masih menyusui."

"Harusnya kamu bangun dari tadi subuh lalu siapkan sarapan."

"Tapi semalaman aku sama sekali gak tidur, Mas. Bayi yang baru beberapa hari memang menyusunya sering, tiap beberapa menit sekali, lalu aku juga harus sering menganti popoknya."

"Kenapa gak pakai diapers?"

"Dia baru berusia dua hari, masa udah dipakaikan diapers, aku takut kulitnya lecet."

"Halah! Bantah aja!" bentaknya lalu bergegas pergi dengan wajah kesal.

Beberapa waktu kemudian setelah bayinya terlelap, Anisa segera mencuci pakaian secara manual karena ia tidak memiliki mesin cuci. Belum selesai ia mengerjakan pekerjaannya, tiba-tiba bayinya kembali terbangun dan menangis. Gegas ia berjalan meninggalkan cuciannya yang belum selesai lalu menanggalkan pakaiannya yang basah, lalu segera menggantinya.

Anisa segera mengganti popok bayinya lalu kembali menyusuinya.

"Assalamualaikum!" Terdengar seseorang membuka pintu saat Anisa masih fokus memberi ASI.

"Waalaikum salam, masuk, Bu, Nisa di kamar."

Seorang wanita paruh baya datang sembari membawa rantang makanan.

"Nisa, kamu sudah makan, ini ibu bawakan nasi dan sayur sop."

"Terimakasih, Bu, padahal gak usah repot-repot."

"Gak apa-apa, kamu lanjutkan menyusui, ibu ke dapur sebentar ya ngambil piring."

"Gak usah, Bu, biar nanti Nisa aja."

"Gak apa-apa," ujarnya sembari tersenyum lembut.

Anisa melanjutkan menyusui bayinya dengan dada yang berdebar mengingat dapurnya yang pasti masih berantakan ditambah lagi piring dan perabotan masak kotor yang masih menggunung di tempat cucian, apalagi ia juga belum menyelesaikan cucian pakaiannya di kamar mandi. Tiba-tiba dadanya semakin bergemuruh saat mengingat lantai kamar mandi yang pasti licin dengan busa deterjen yang belum sempat ia siram.

"Bagaimana kalau ibu mertuaku ke kamar mandi lalu terpeleset?" pikirnya sembari menepuk jidat.

Kepalanya terasa pusing memikirkan semua itu. Beberapa saat kemudian bayinya telah terlelap, gegas ia menuju dapur untuk melihat apa yang tengah terjadi. Setibanya di dapur, wanita berusia 23 tahun itu langsung terhenyak saat melihat ibu mertuanya tengah mencuci perabotan masak, sementara piring kotor yang tadi berserakan telah tertata rapi di rak piring.

"Astaghfirullah, Bu, kenapa Ibu sampai mencuci piring segala?" Anisa tampak sangat panik dan khawatir ibu mertuanya akan memprotes dirinya karena tidak bisa mengurus rumah.

"Gak apa-apa, kamu santai aja, si Dedek sudah bobo?" Ibu mertuanya tampak santai sembari membasuh perabotan masak yang sebelumnya telah ia sabuni.

"Sudah, Bu, biar Nisa lanjutkan, ya, Bu."

"Gak apa-apa, kamu makan aja yang banyak, takutnya si Dedek nanti keburu bangun. Bayi baru beberapa hari memang sering minta disusui, dalam satu jam kadang sampai 2 atau 3 kali," ujarnya lembut.

"Nisa mau melanjutkan nyuci pakaian dulu, Bu."

"Loh, memangnya Rudi gak mencuci dulu sebelum berangkat kerja?"

Anisa hanya menggeleng, lalu bergegas menuju kamar mandi. Beberapa saat kemudian, ia telah selesai mencuci pakaian, lalu berniat untuk menjemur pakaian.

"Biar ibu saja yang jemur pakaian, kamu segera makan."

"Jangan, Bu, biar Nisa aja."

"Anisa! Nurut saja sama ibu."

"Gak bisa, Bu, Nisa gak mau merepotkan Ibu."

"Oh, jadi rupanya kamu masih menganggap ibu ini orang lain!"

"Justru Nisa menganggap Ibu sebagai ibu kandung Nisa, makanya Nisa gak mau merepotkan Ibu."

"Anisa! Cepetan makan saja! Kamu tak akan memiliki banyak waktu, karena kamu harus terus menerus menyusui bayimu!" ujarnya setengah membentak.

Air mata Anisa langsung bercucuran saat ibu mertuanya itu meninggikan suaranya.

"Maaf, ibu gak bermaksud untuk membuat kamu menangis."

Anisa langsung memeluk ibu mertuanya sembari berderai air mata.

"Anisa teringat almarhum Mama, dulu dia sering menyuruh Nisa makan sampai membentak, karena Nisa terlalu fokus menulis novel sampai lupa makan."

Bu Aminah langsung mengusap air mata menantunya yang terus mengalir.

"Mulai sekarang Nisa harus nurut sama ibu, ya, ayo sekarang Nisa makan dulu, biar ibu yang menjemur pakaian itu."

Bu Aminah melembutkan suaranya sembari mengusap rambut panjang menantunya. Anisa mengangguk, lalu bergegas menuju rantang yang dibawa ibu mertuanya. Sementara Bu Aminah bergegas menjemur pakaian tersebut.

Beberapa saat kemudian setelah semua pakaian selesai dijemur, Bu Aminah bergegas masuk ke rumah, dilihatnya Anisa tengah memakan makanan yang ia bawa dengan lahapnya.

"Pantas saja Mas Rudi sering memuji masakan Ibu, soalnya masakan Ibu enak banget. Aku harus belajar banyak pada Ibu."

"Benarkah? Kalau begitu ibu akan sering-sering membawakan makanan buat kamu."

"Jangan repot-repot, Bu, biar Nisa minta resepnya aja."

"Kamu itu terlalu berlebihan kalau memuji. Masakan kamu juga enak, kok, ibu masih ingat saat kamu mengantar ikan asam pedas. Bapak, Retha dan Risa sampai nambah berkali-kali."

"Masa sih, Bu?"

"Iya, kalau kamu serumah sama ibu, mungkin kamu sudah menjadi saingan ibu, karena selama ini ibulah yang jago memasak kalau di rumah."

Anisa langsung tertawa saat mendengar candaan ibu mertuanya yang membuat hatinya terasa hangat.

"Oh, ya, ibu harus pulang, mau buka warung. Kamu harus banyak makan dan banyak istirahat. Kalau si Dedek lagi tidur, kamu harus ikut tidur juga."

Anisa mengernyitkan dahi saat mendengar ucapan ibu mertuanya.

"Kemarin ada tetangga yang bilang kalau lagi nifas gak boleh tidur siang."

"Mulai sekarang yang harus kamu dengarkan hanya ibu. Kamu pasti kurang tidur karena setiap malam begadang menyusui dan mengganti popok anakmu, makanya kalau ada waktu langsung tidur aja."

"Makasih, Bu." Anisa kembali memeluk erat ibu mertuanya sembari menitikkan air mata.

Bersambung.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ibu Mertua Luar Biasa   Ending

    Sri mengetuk pintu kamar Ferdi setelah yakin semua orang telah meluncur jauh meninggalkan rumah itu."Iya, Sri, ada apa?" tanya Ferdi sembari membuka pintu kamarnya.Tiba-tiba Ferdi terbelalak saat melihat Sri yang hanya mengenakan lingerie, bahkan ia juga membawa flogger dan borgol milik Ferdi yang dulu ia gunakan untuk menyiksa Miranda."Kenapa semua barang itu ada padamu? Bukankah dulu aku telah menyuruhmu untuk membuangnya?""Den Ferdi pasti sudah lama tidak main game, aku mau kok memenuhi fantasi Den Ferdi," ujarnya sembari membusungkan dada dan berpose menantang.Seketika Ferdi langsung meremas kepalanya sendiri yang tiba-tiba terasa sakit, bayangan saat dirinya mencari kepuasan terhadap Miranda dengan cara menyiksanya kembali muncul."Sri! Sebenarnya apa yang kamu lakukan," ucapnya dengan gigi yang menggemeretak, sementara api emosi membuncah dalam dada."Aku tahu kok, Den Ferdi gak berani melampiaskan fantasi liar Den Ferdi sama Non Anisa, karena Den Ferdi gak bisa melihat ora

  • Ibu Mertua Luar Biasa   Sri Ulat Bulu

    Bab 39"Buka pintunya, Nett!" Rudi menggedor pintu rumah kontrakannya, sementara Netti langsung tidur dan tak memperdulikan teriakan suaminya."Netttti!" Rudi terus berteriak hingga tenggorokannya sakit."Nettti! Aku mau ke toilet, aduh gak kuat!" Rudi terus menggedor pintu sembari berteriak memanggil nama Netti, tapi istrinya itu sudah merasa muak untuk melihat wajah suaminya. Seandainya ia masih memiliki orangtua, ia pasti sudah kabur ke rumah orangtuanya."Gak dibukain pintu, ya, Mas?" tanya ibu-ibu yang tak sengaja lewat."Iya, Bu, istri saya baperan.""Istrinya yang baperan atau Mas Rudinya yang jelalatan?"Mendengar itu wajah Rudi seketika memerah karena malu, gegas ia menuju motornya lalu tancap gas menuju rumah orangtuanya."Ngapain kamu kesini?" tanya Bu Aminah saat melihat kedatangan putranya yang tampak lesu."Netti gak bukain aku pintu, Bu.""Loh, kenapa? Pasti kamu bikin ulah lagi?""Sebenarnya aku ketahuan selingkuh.""Astaghfirullah, Rud, kamu kok gak ada kapoknya." Bu

  • Ibu Mertua Luar Biasa   Netti Menendang Kaki Rudi

    #38"Ngapain sih, Sri? Akhir-akhir ini kamu kok kayak cacing kepanasan gitu!" bentak Ferdi dengan wajah masam."Saya sudah menganggap Den Ferdi seperti saudara saya sendiri, apalagi kedua orangtua Den Ferdi sangat baik sama saya.""Ya sudah kalau gitu, tapi jujur saja saya gak nyaman saat kamu memegang-megang pundak saya.""Saya minta maaf, Den, kalau gitu silahkan diminum kopinya."Ferdi langsung meraih secangkir kopi yang Sri buat, lalu menyeruputnya. "Ngapain kamu masih berdiri disana! Cepetan masuk!" bentaknya dengan wajah masam.Namun, tiba-tiba Ferdi menguap dan merasa sangat mengantuk, hingga tiba-tiba ia terkulai lemas di sofa. Senyum Sri langsung mengembang, lalu ia langsung mendekati Ferdi."Bangun, Den," bisiknya sembari menggoyangkan pinggang Ferdi.Namun, Ferdi tak juga bangun. Lalu Sri menaruh sebelah tangan Ferdi di lehernya dan berniat untuk memapahnya."Ngapain kamu?" tanya Anisa yang keluar dari kamarnya karena berniat mengambil air."Itu, Non, Den Ferdi tiba-tiba p

  • Ibu Mertua Luar Biasa   Rudi Tak Juga Jera

    Bab 37"Jenn, apa kamu sudah berkeluarga?" tanya Rudi pada karyawati baru di tempat kerjanya saat mereka tengah makan siang."Jujur saja saya janda, Pak.""Wanita secantik kamu, bagaimana bisa jadi janda?" Rudi mulai mengeluarkan gombalan mautnya."Suami saya itu anak mami, dia gak punya pendirian, dia selalu mendengarkan ucapan ibunya yang toxic, sementara ibunya seolah merasa tersaingi dengan kehadiran saya.""Kamu belum kenal sama ibu saya. Ibu saya itu mertua idaman para menantu, dia itu selalu memperlakukan semua menantunya dengan penuh kasih sayang.""Wah, beruntung banget istri Pak Rudi.""Tapi sebaik-baiknya ibu saya, istri saya malah lebih memilih cowok kaya hingga akhirnya sekarang saya menduda.""Oh, jadi Pak Rudi duda?""Iya, Jenn, makanya saya mau fokus dengan pekerjaan saya. Semoga saja saya terpilih dalam menjadi manager.""Semoga saja Pak Rudi bisa mengalahkan Bu Yuri dan terpilih jadi manager.""Iya, Aamiin."Sejak saat itu Rudi dan Jenny dekat, bahkan Rudi sering men

  • Ibu Mertua Luar Biasa   Rudi Berulah Lagi

    Bab 36"Cepetan ganti pakaian atau saya pecat kamu!" bentak Ferdi."Maaf, Den, tadi saya salah ambil seragam, sepertinya ini seragam waktu saya pertama kali bekerja di rumah ini," ujarnya sembari duduk di samping Ferdi lalu memijat lembut bahunya."Jangan kurang ajar, kamu, mau saya pecat?!""Badan Den Ferdi pasti masih sakit-sakit setelah dicambuk oleh Miranda, mau saya pijitin? Pijatan saya enak, loh.""Hentikan, Sri!" Ferdi mendorong tubuh Sri hingga terjengkang ke lantai."Saya bekerja sama Den Ferdi sudah sangat lama, jadi saya sudah menganggap Den Ferdi seperti saudara sendiri." Ia tertunduk dengan mata berkaca-kaca."Ya sudah kalau begitu maafkan saya, sekarang kamu boleh keluar."Setelah itu Sri bergegas keluar dengan wajah kecewa.Sementara itu Anisa dan Bu Elina telah kembali."Makasih ya, Mih, udah nganter aku ke dokter.""Iya, Sayang, sama-sama."Tiba-tiba Anisa terhenyak saat melihat Sri yang baru keluar dari kamarnya dengan mengenakan pakaian sangat ketat, terlebih Sri l

  • Ibu Mertua Luar Biasa   Kegatalan Sri

    Bab 35"Mas, bangun!" Netti menggoyang-goyangkan tubuh Rudi."I...ya, Nett, ada apa? Mau tambah?" tanya Rudi sembari mengucek kedua matanya."Mas tadi mengigau memanggil-manggil nama Anisa padahal ini malam pertama kita," ujar Netti dengan wajah ditekuk."Tadi aku bermimpi Anisa dan Ferdi dikejar penjahat, aku udah gak cinta lagi sama Anisa, aku cuma khawatir sebatas kakak atau teman, apalagi dia ibu dari anakku.""Oh, gitu, kita berdoa aja semoga Anisa dan keluarganya dilindungi oleh Allah.""Aamiin." Rudi menyahut lalu kembali melingkarkan tangannya di pinggang ramping Netti.Setelah itu Netti kembali membaringkan tubuhnya di samping Rudi.Beberapa jam kemudian, Rudi mengigau dan kembali menyebut nama Anisa."Nisa... Nisa...!" teriaknya sembari tersentak dan membuka mata secara spontan, ia kembali terhenyak karena sejak tadi Netti memperhatikannya."Aku harap kamu bisa melupakan masa lalu kamu!""Maafkan mas ya Nett." Rudi memelas sembari menggenggam jemari Netti."Sudahlah, aku mau

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status