Share

Rahasia

Author: Widya Yasmin
last update Huling Na-update: 2023-05-10 22:38:25

Ibu Mertua Melarangku Ber-KB

Bab 4

Penulis : Widya Yasmin

"Tunggu sebentar, ya," ujarnya lalu bergegas menuju kamar.

Tidak berapa lama kemudian, Ibu mertua membawa sebuah celengan ayam jago.

"Aku gak tahu kalau ibu punya celengan, padahal selama ini Mas Andre jarang memberi ibu uang."

"Sebenarnya dia suka ngasih, ya meski tak seberapa, tapi setiap dia ngasih selalu ibu masukan ke celengan ini."

"Jangan, deh, Bu. Aku akan merasa berdosa kalau Ibu memberikan celengan itu untuk biaya sekolah Elsa."

"Kita bongkar, semoga saja cukup," ujarnya lalu memecahkan celengan berbahan gerabah itu.

Seketika air mataku langsung mengalir saat melihat lembaran berwarna ungu dan hijau yang memenuhi celengan itu. Aku sadar, suamiku tak pernah memberi banyak pada ibu mertua, tapi pada akhirnya uang yang tidak seberapa itu malah dikumpulkan lalu dikembalikan kepadaku.

"Jangan diam saja, ayo hitung," ujarnya.

Aku mengangguk dan langsung mengusap bulir bening yang membasahi pipi, lalu mulai menghitungnya.

"Ada satu juta," ujarnya setelah mengumpulkan semua uang berwarna hijau.

"Ini juga satu juta, Bu," ujarku setelah menghitung lembaran berwarna ungu.

Setelah itu tinggal lembaran dua ribuan dan koin 500 rupiah yang belum dihitung,

"Semoga saja cukup untuk biaya pendaftaran anak kamu ke TK," ujarnya.

"Bu, aku mau kerja ya, aku gak bisa diem terus di rumah. Uang dua juta itu mungkin cukup untuk pendaftaran, tapi masih banyak biaya lain yang harus aku pikirkan.

"Memangnya kamu mau kerja apa?"

"Nyuci nyetrika di rumah tetangga, jualan kue, atau apapun."

"Nanti orang-orang nyinyir itu semakin menjadi-jadi menghinamu."

"Gak apa-apa, Bu, mulai sekarang aku akan berusaha untuk kuat dan gak akan dengerin omongan orang."

"Ya sudah terserah kamu aja."

Setelah itu ibu mertua bersedia mendaftarkan anakku ke TK, bahkan setiap hari ibu mertua mengantar jemput anakku ke TK sembari membawa anak bungsu yang berusia 3 tahun. Sedih rasanya harus terus menerus merepotkannya, padahal di usianya yang sudah tak muda lagi ia pantas untuk bersantai ria di rumah.

Sementara itu aku mendatangi rumah para tetangga untuk meminta pekerjaan.

"Duh, kasihan banget yang hidupnya kismin tapi banyak anak, kerasa kan sekarang harus ikut cari nafkah karena biaya hidup semakin banyak," cibir Bu Ratna.

Aku tak menanggapi ucapannya, lalu langsung pergi meninggalkannya.

"Hei Melati! Kamu mau kemana? Bukankah kamu lagi nyari kerja?" Bu Ratna kembali memanggil.

"Iya, memangnya Bu Ratna mau ngasih kerjaan? Kalau cuma nyinyirin, saya gak ada waktu."

"Kebetulan pembantu saya udah berhenti, jadi kamu bisa mengerjakan semua pekerjaan di rumah saya."

"Ibu mau bayar saya berapa?"

"Nih, saya kasih seratus ribu, tapi kerjakan semua pekerjaan hingga selesai," ujarnya sembari memberikan selembar berwarna merah.

Aku langsung meraih uang tersebut, lalu bergegas mengikutinya. Setibanya di dapur, aku langsung terhenyak saat melihat cucian piring yang menggunung tinggi, bahkan wajan dan panci kotor berserakan di sekitaran meja kompor.

Tanpa berlama-lama aku langsung membersihkan semuanya, lalu setelah selesai, Bu Ratna mengajakku menuju mesin cuci.

"Banyak banget baju kotornya, Bu?" tanyaku saat melihat mesin cuci yang dipenuhi pakaian kotor, ditambah lagi satu keranjang pakaian yang juga kotor.

"Sudah, jangan banyak, omong. Cepat kerjakan saja."

Aku mengangguk, lalu mulai memasukan detergen dan menyalakan air, setelah itu menyalakan mesin cuci. Sambil menunggu, aku menyapu dan mengepel lantai. Rumah Bu Ratna tampak seperti kapal pecah, padahal ia hanya memiliki satu orang anak.

Lalu pakaian kotor yang menumpuk itu, entah bagaimana caranya bisa sebanyak itu, padahal di rumah ini hanya ada tiga orang.

Beberapa saat kemudian, seluruh lantai rumah sudah selesai disapu dan dipel. Rasanya badanku mulai pegal-pegal, tapi aku masih harus melanjutkan mencuci pakaian yang tadi kutinggalkan. Setelah beberapa saat kemudian, cucian pertama selesai, lalu aku lanjut mencuci lagi. Sambil menunggu, aku menjemur terlebih dahulu.

Satu jam berlalu, akhirnya aku selesai menjemur semua pakaian kotor satu mesin cuci penuh beserta satu keranjang penuh tadi.

"Sambil nunggu cucian kering, kamu masak dulu, ya, nanti setelah itu langsung nyetrika," ujarnya.

"Mau dimasakin apa, Bu?"

"Bikin opor ayam sama capcai, ya."

Aku mengangguk lalu segera menuju kulkas untuk melihat apakah bahan-bahan yang kubutuhkan tersedia atau tidak.

"Sekarang kamu sadar, kan, kalau ucapan saya selama ini benar?" tanyanya saat aku mengeluarkan bahan makanan dari kulkas.

"Tentang apa?"

"Tentang kesalahan kamu karena tidak berKB."

Aku tidak menanggapi ucapannya dan memilih untuk fokus memasak.

"Lihat saya, punya rumah yang luas, mobil pribadi, bahkan bisa menjadikan kamu sebagai pembantu saya." Ia tampak sangat puas setelah mengucapkannya.

Aku memilih diam dan tak membalas ucapannya, lagi pula jika aku menjawab, dia akan memiliki jawaban lain untuk terus menyudutkanku.

"Kenapa diam aja?" Ia kembali bertanya.

"Semua yang Bu Ratna ucapkan benar, kok, jadi saya tak perlu lagi menjawab."

"Kalau sudah tahu, kenapa gak pakai KB?"

"Sekarang saya sudah pakai IUD, Bu."

"Ya percuma, wong kamu sudah punya 4 anak."

Masih banyak nyinyiran yang ia lontarkan, tapi aku memilih diam. Rasanya percuma juga jika aku harus beradu argumen dengannya.

Beberapa saat kemudian, setelah selesai memasak, aku bergegas mengangkat jemuran lalu mulai menyetrika.

"Menurut saya, kamu adalah orang paling bodoh di dunia. Kamu membiarkan dirimu menderita hanya demi lelaki kere seperti Andre."

Aku memilih untuk fokus menyetrika dan tak lagi menanggapi ucapannya.

"Kenapa diam saja?"

"Ibu dari tadi nyerocos terus, ganggu saya kerja aja!"

"Saya ini lagi nasehatin kamu, kok malah ngambek sih?"

"Ya terus Bu Ratna mau saya minta cerai lalu kabur meninggalkan anak-anak saya?"

"Tepat sekali, kamu akan hidup bahagia tanpa Andre dan anak-anakmu."

"Bu Ratna mending diem, deh, saya jadi gak fokus kerja."

"Ya sudah, kamu bisa pikirkan semua ucapan saya. Asal kamu tahu, saya ini bukan julid, justru saya peduli sama kamu."

Aku menghela napas, lalu tiba-tiba terdengar suara adzan dzuhur. Aku segera mencabut kabel setrika lalu minta izin untuk shalat dzuhur terlebih dahulu.

"Kamu ternyata suka shalat juga?"

"Iyalah, Bu, kan kewajiban Muslim."

"Nanti minta doa sama Allah, biar kehidupan kamu lebih baik lagi."

Tanpa menanggapi ucapannya aku bergegas menuju kamar pembantu, lalu segera mengambil air wudhu dan shalat dzuhur.

"Ya Allah, andai saja aku kaya raya agar tidak ada yang menghinaku lagi." Aku berkata dalam hati seraya mengangkat kedua tanganku.

"Cepetan berdoanya, setrikaanmu masih banyak," celetuk Bu Ratna yang rupanya sejak tadi terus memperhatikan setiap gerak-gerikku.

Tanpa menanggapi ucapannya aku segera bergegas menuju ruang setrika untuk menyelesaikan pekerjaanku. Setelah beberapa saat berlalu, akhirnya semua pakaian yang menggunung tadi telah selesai kusetrika.

"Semua pekerjaan sudah selesai, saya mau pulang."

"Besok datang lagi, ya, saya kasih kamu gaji harian."

"Enggak, Bu, ini terakhir kali saya bekerja di rumah ini."

"Kismin kok sombong," cibirnya.

Aku tak menanggapi ucapannya lalu buru-buru pergi.

Setibanya di rumah, kulihat semua anakku telah terlelap. Kulihat rumah telah bersih dan rapi, lalu aku segera bergegas menuju ruang setrika. Kulihat ibu mertua tengah menyetrika sembari sesekali memegangi kepalanya.

"Biar Melati yang melanjutkan, Ibu istirahat aja."

"Gak apa-apa, kamu pasti capek. Biar ibu saja."

"Ibu sudah menjaga keempat anakku, pasti rasanya sangat luar biasa melelahkan. Jadi, Ibu istirahat saja, ya."

"Baiklah, Malati, terimakasih, ya," ujarnya lalu bergegas menuju kamar.

Sebenarnya, seluruh tubuhku sudah terasa sangat lelah untuk lanjut menyetrika, setelah tadi aku menyetrika pakaian yang begitu banyak di rumah Bu Ratna. Namun, aku harus kuat karena kasihan juga jika ibu mertuaku yang mengerjakannya.

Sembari menyetrika, aku terus memikirkan nyinyiran pedas dari Bu Ratna, setelah ini aku harus mencari pekerjaan di rumah lain karena tak mungkin aku terus bekerja sembari terus dihina.

"Kamu pasti menderita karena memiliki mertua yang egois seperti ibu," ujar ibu mertua yang tiba-tiba muncul saat aku tengah mengusap air mata.

Aku sangat terkejut karena kupikir ia telah beristirahat di kamarnya.

"Enggak, kok, Bu."

"Maaf, gara-gara ibu melarang kamu berKB, kamu jadi kerepotan."

"Sebenarnya bukan hanya aku yang repot, Bu. Tapi Ibu juga. Ibu harus repot mengantar Elsa ke sekolah, menunggunya sampai pulang sembari menjaga Aurora."

"Ibu gak kerepotan, ibu malah senang, kok."

"Masa?"

"Melati, sebenarnya..."

"Sebenarnya apa, Bu?"

Ia langsung menatapku lekat-lekat seolah ada hal penting yang ingin ia sampaikan.

"Sebenarnya ibu ini Catwoman yang menyamar jadi nenek-nenek, jadi gak akan merasa lelah."

"Hahahhahahaha!" Seketika aku langsung tertawa terpingkal-pingkal saat mendengar ucapannya, meski humornya itu sudah sering ia ucapkan, tapi entah mengapa aku masih saja tertawa saat mendengarnya.

"Ibu istirahat dulu, ya," ujarnya lalu bergegas ke kamar.

Aku mengangguk lalu melanjutkan pekerjaanku. Beberapa saat kemudian, aku telah selesai menyetrika, lalu aku berniat menyimpan pakaian anak-anak juga pakaian ibu mertua ke lemari mereka.

"Kamu harus tetap menjaga rahasia ini, karena belum saatnya semua ini diketahui oleh anak menantu saya."

Tiba-tiba aku terhenyak saat mendengar ucapan ibu mertua yang tampaknya tengah menelpon dengan seseorang.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Ibu Mertua Melarang BerKB   Ending

    Untuk menebus kesalahannya pada Bianca, Fahri sering menghabiskan waktu bersama Kristal dan Bianca. Mengajak mereka makan, nonton di bioskop, belanja atau pergi ke Time Zone.Sementara itu hati Kristal semakin berbunga-bunga setiap kali dekat dengan lelaki yang wajahnya mirip aktor drama Korea itu. Awalnya niat Kristal mendekati Fahri adalah untuk membuatnya patah hati, untuk membalas dendam pada Melati. Namun, rupanya ia benar-benar mencintai Fahri.Sementara itu Bianca bisa merasakan bagaimana perasaan Kristal pada Fahri, lalu saat Kristal tengah ke toilet, Bianca memberanikan diri untuk bertanya pada ayah kandungnya itu."Bagaimana perasaan Papa pada mamaku?" Fahri terhenyak bercampur haru karena Bianca tiba-tiba menyebutnya papa."Kamu menyebutku papa? Terima kasih ya, Sayang.""Aku memutuskan untuk memaafkan Papa karena Mama selalu mengatakan jika Papa sebenarnya adalah orang baik.""Terima kasih, Sayang. Papa janji akan melakukan apapun buat kamu.""Termasuk menikahi Mama?" Ia

  • Ibu Mertua Melarang BerKB   Kristal Mendekati Fahri

    Bab 44Fahri menceritakan pada Bu Farah tentang kenyataan bahwa Bianca adalah anak kandungnya."Kemarin Melati hanya cerita kalau mereka sudah meninggalkan rumah itu, karena ternyata Bianca bukanlah anak Andre. Lalu mengapa tiba-tiba kamu mengatakan bahwa dia anakmu?"Fahri langsung menceritakan semuanya, bahkan tentang hasil test DNA mereka."Kita rebut saja Bianca dari Kristal, wanita itu jahat dan licik. Bianca tak pantas tinggal bersamanya.""Jangan, Ma, Kristal tampak sangat tulus menyayangi Bianca, apalagi dia yang sangat berjasa dalam hidup Bianca, jadi kita jangan memisahkan mereka.""Tapi Kristal itu sudah hampir menghancurkan rumah tangga Andre dan Melati, seharusnya dia dipenjara karena sudah menipu dan memeras Andre, untung saja Andre dan Melati terlalu baik hingga dengan mudah memaafkan mereka.""Kristal melakukannya karena dia sangat mencintai Kak Andre, dia bukanlah tipe wanita matre.""Bagaimana bisa kamu tiba-tiba berpikir begitu?""Aku sudah menawarkan rumah, mobil a

  • Ibu Mertua Melarang BerKB   Doa Bianca

    43"Mbak, bisa ajari aku shalat?" tanya Bianca pada pembantunya."Emangnya Non Bianca belum bisa shalat?" Wanita berusia 35 tahun itu mengernyitkan dahi."Waktu kecil sih pernah diajari oleh Oma, tapi sekarang sedikit lupa karena jarang shalat."Setelah itu pembantunya yang bernama Halimah mengajari Bianca bacaan shalat, hingga ia kembali mengingat semua bacaan yang pernah diajarkan oleh omanya. "Kebetulan sekarang sudah waktunya shalat ashar, ayo kita shalat!" ajak Halimah.Bianca mengangguk, lalu mengambil air wudhu. Lalu mengenakan mukena yang setiap lebaran ia beli tapi tak pernah ia kenakan. Setelah itu ia shalat bersama Halimah. Setelah selesai shalat, Bianca mengangkat kedua tangannya seraya berucap lirih."Ya Allah, pertemukan aku dengan kedua orang tua kandungku, lalu jika boleh aku meminta, aku ingin memiliki papa seperti Om Fahri."Mata Halimah berkaca-kaca saat mendengar doa yang diucapkan anak majikannya itu, lalu ia mengaminkan doa tersebut dan berharap Allah mengabulka

  • Ibu Mertua Melarang BerKB   Hanya Mirip

    "Kalian semua siapa? Kenapa manggil saya Ibu dan Nenek? Lalu merangkul saya gitu?" Wanita berjilbab lebar itu tampak kebingungan.Andre dan Melati tiba-tiba terdiam, kembali terbayang dalam ingatan saat mereka melihat dengan kepala sendiri bahwa sosok yang mereka panggil Ibu itu telah dikafani dan dimasukan liang lahat."M..maaf, Bu. Kami mengira Ibu adalah Ibu mertua saya." Melati langsung beringsut mundur dan meminta maaf, begitu pula Andre yang langsung menarik keempat anaknya."Iya, Bu. Mohon maafkan kami," ucap Andre saat menyadari bahwa ibunya tak mungkin bangkit dari kubur lalu kembali membeli martabak di tempat langganan mereka dulu."Kalian kenal Ibu itu? Tolong bayarkan martabak yang ia beli, masa pesan dua loyang martabak tapi gak mau bayar," ujar pedagang martabak dengan wajah kesal."Jadi berapa?" tanya Andre."40 ribu."Andre langsung meraih dompetnya lalu memberikan selembar berwarna merah."Nanti kalau Ibu ini datang lagi, kasih gratis aja," ujar Andre lagi."Siap!" sa

  • Ibu Mertua Melarang BerKB   Ibu Masih Hidup?

    "Jadi, Fahri itu saudara kembar kamu?" tanya Kristal tiba-tiba."Iya," jawab Melati sembari tersenyum."Mitosnya, kalau orang kembar itu memiliki ikatan batin yang kuat, jika salah satu merasa tersakiti, maka kembarannya akan merasakan hal yang sama. Bener, gak?" Kristal kembali bertanya."Betul. Aku sering merasakan apa yang Melati rasakan." Fahri menyahut."Aku juga bisa merasa gelisah saat sesuatu yang buruk menimpa Fahri, contohnya saat Fahri mengalami penganiayaan hingga masuk rumah sakit, saat itu aku merasakan rasa sakit yang sama.""So sweet banget ya kalian." Kristal tampak tersenyum aneh.Sementara Bianca tampak terus menatap Fahri sembari tersenyum, dalam hatinya ia sangat mengidolakan lelaki itu."Apa Om Malaikat sudah menikah?" tanyanya tiba-tiba."Bagaimana kalau mulai saat ini Bianca panggil Om Fahri aja, karena om tidak sebaik Malaikat.""Oke, Om Fahri sudah menikah?" Gadis itu mengulangi pertanyaannya."Om pernah menikah, tapi sekarang istri om sudah meninggalkan om."

  • Ibu Mertua Melarang BerKB   Bianca Anak Siapa?

    "Dok, kenapa putri saya gak bangun-bangun?" Kristal tampak panik saat melihat Bianca yang tiba-tiba tak sadarkan diri.Setelah itu dokter langsung memeriksa denyut nadi dan detak jantungnya."Putri Anda baik-baik saja, ia hanya pingsan dan butuh banyak istirahat."Kristal menghela napas lega, lalu segera menggenggam tangan gadis berusia 14 tahun itu."Bianca sayang, mama sangat menyayangi Bianca. Meski Bianca tidak terlahir dari rahim mama, tapi kamu adalah anugerah dari Tuhan yang dikirim untuk menggantikan anak mama yang telah tiada sebelum lahir ke dunia."Air mata Kristal berjatuhan membasahi tangan Bianca."Jadi, aku bukan anak kandung Mama?"Kristal tampak terhenyak saat Bianca tiba-tiba sadar."Emmm.. maksud kamu apa, Sayang? Mungkin kamu salah dengar.""Gak apa-apa, kok, Ma, aku sudah curiga sejak mengetahui bahwa Mama dan Om Andre tidak memiliki alergi yang sama denganku.""Sayang, apapun yang terjadi, mama akan selalu menyayangi Bianca.""Bagiku Mama Kristal adalah wanita ya

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status