Share

Bertanya-tanya

Penulis: Widya Yasmin
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-09 08:50:13

"Apakah Ibu ke sekolah?" tanyaku pada ibu mertua yang tengah fokus memotong wortel.

"Kamu ini lucu, kan seharian ibu sama kamu."

Lalu saat suamiku pulang, aku segera menanyakan hal yang sama dengan yang kutanyakan pada ibu mertua.

"Apa Mas ke sekolah?"

"Hah? Buat apa ke sekolah, memangnya ada apa?"

Aku lupa, kalau suamiku tidak tahu tentang apa yang menimpa anak-anak, karena ibu mertua melarangnya, bahkan ibu mertua juga melarangku mengatakan tentang antingnya yang kujual.

"Enggak, Mas, lupakan saja."

"Oh, iya, tadi mas beli nasi Padang, tapi mas cuma bisa beli tiga bungkus, ini uang pendapatan hari ini, kamu harus sisihkan sebagian untuk bayar kontrakan dan biaya sekolah."

"Iya, Mas."

Setelah itu aku memanggil mertua juga anak-anak untuk makan.

"Ini untuk Ibu."

Aku memberikan sebungkus nasi Padang untuk ibu mertua, lalu duanya lagi aku berikan kepada empat anakku, kusuruh mereka makan satu bungkus berdua.

"Kalian tidak makan?"

"Aku sudah, Bu," ucap suamiku.

"Aku juga masih kenyang." Aku menyahut.

Setelah itu ibu mertua membuka nasi bungkus miliknya.

"Ibu gak suka rendang," ujarnya tiba-tiba.

"Ibu sukanya apa? Biar Mas Andre belikan."

"Sebenarnya ibu gak suka nasi Padang," ujarnya. "Kamu habiskan, Melati, ini hasil keringat Andre, jangan dibuat mubazir."

"Tapi, Bu, Melati masih kenyang."

"Habiskan!" bentaknya.

"Lalu Ibu mau makan apa? Biar Melati masakin?"

"Ibu mau bikin telur ceplok aja," ujarnya lalu bergegas menuju dapur.

"Melati bikinin ya?"

"Sudahlah, Melati, kamu makan aja, telur ceplok buatan kamu selalu asin," ujarnya sembari mengambil sebutir telur.

"Mas, ayo kita makan satu bungkus berdua."

Ia mengangguk lalu menyuapiku. Meski kulihat bibirnya tersenyum, tapi aku melihat matanya menahan kepedihan.

Setelah semuanya selesai makan, aku langsung mencuci piring, lalu setelah itu segera ke kamar.

"Mas, kenapa? Sejak makan nasi Padang tadi kulihat mata Mas berkaca-kaca."

"Sebenarnya nasi Padang itu makanan kesukaan Ibu, sejak kami masih kaya, mas sering menemani Ibu pergi ke restoran Padang."

"Benarkah? Termasuk rendang?"

"Semua masakan Padang, dari mulai rendang, ayam balado, gulai nangka, cumi-cumi isi telur, ikan asam padeh, semuanya Ibu suka."

"Bodoh sekali aku, Mas, kenapa aku yang malah menghabiskan makanan tadi, aku menyesal karena Ibu mengalah padaku."

"Mas yang bodoh, karena tidak bisa membeli 7 bungkus nasi Padang."

Aku langsung mengusap air matanya lalu memeluknya dengan erat.

"Semoga suatu hari Mas bisa membawa Ibu ke tempat makan yang mewah lalu memesan apapun yang Ibu sukai."

"Aamiin," sahutnya.

"Semoga kehidupan kita lebih baik lagi dari sekarang."

"Melati, kamu nyesel gak, menikah sama Mas?"

"Enggak, justru aku bangga punya suami yang ganteng, setia, perhatian dan pengertian."

"Hahahaha, kamu kok jadi pinter gombal gini," ujarnya sembari mencubit hidungku.

"Aurora ngantuk," ujar anak bungsuku sembari memeluk ayahnya.

Dia memang selalu cemburu saat melihatku dan suamiku bermesraan, sungguh sangat menggemaskan.

Malam semakin larut, suasana terasa sangat hening. Kulihat suami juga anak bungsuku telah terlelap. Gegas aku berjalan menuju kamar satu lagi, kulihat ibu mertua telah terlelap bersama ketiga anakku di kasur busa tanpa dipan.

"Bu, terimakasih karena sudah sangat baik padaku. Aku janji akan selalu memberikan apa yang Ibu mau," ujarku sembari mengecup keningnya.

"Saya mau cucu," gumamnya dengan mata yang masih terpejam.

"Astaghfirullah, aku sudah sangat pusing dengan empat orang anak, jadi aku mohon, Ibu jangan lagi minta cucu."

"Melati, sebenarnya ibu memiliki rahasia yang sangat besar." Ia masih terus bergumam dengan mata terpejam.

"Rahasia apa, Bu?"

"Sebenarnya ibu ini keturunan Putri Duyung."

"Astaghfirullah!" Seketika aku langsung terhenyak.

"Bercanda! Sudah sana pergi, ngapain ganggu orang tidur," ujarnya sembari membuka mata lalu melempar bantal ke arahku.

"Ibu beneran Putri Duyung?" tanyaku.

"Kalau iya memangnya kenapa?"

"Nangis dong, Bu, siapa tahu jadi mutiara."

"Menantu kampret," umpatnya hingga membuatku tertawa, lalu bergegas meninggalkannya.

Keesokan paginya, kulihat suamiku tengah menjemur pakaian bersama ibu mertua. Suamiku memang sangat pengertian, ia selalu membantuku mencuci pakaian lalu menjemurnya sebelum berangkat narik angkot. Ia sangat mengerti bahwa aku memiliki pekerjaan yang tak ada habisnya, makanya ia tak segan-segan untuk membantu jika ada waktu.

"Ibu senang melihat kamu perhatian sama istrimu. Ibu benar-benar bangga karena kamu berhasil menjadi suami yang baik untuk istrimu juga ayah yang baik untuk anak-anakmu."

"Tapi aku belum bisa menjadi anak yang berbakti pada Ibu."

"Kamu sudah membuat ibu bangga dan bahagia, itu saja sudah cukup buat ibu. Sekarang ibu tak ragu lagi untuk meninggalkan kalian semua."

"Astaghfirullah, Ibu ngomong apa, sih?" tanya suamiku yang tampak terhenyak saat mendengar penuturan ibu mertua.

Tak hanya suamiku, aku juga yang menguping obrolan mereka seketika langsung terhenyak saat mendengar ibu mertua mengatakan bahwa dirinya akan pergi.

"Andre, mungkin sudah saatnya kamu tahu rahasia besar yang disembunyikan ibu. Kamu harus menerima kalau suatu hari ibu akan pergi meninggalkan kalian semua."

Degh! Aku langsung terhenyak saat mendengar ucapan ibu mertua. Apa yang ia maksud hingga berkata seperti itu?

"Ibu ngomong apa, sih? Kalau ngomong itu jangan sembarangan," ujar suamiku.

"Andre, kamu harus tahu, rahasia yang selama ini ibu sembunyikan. Sebenarnya..."

"Sebenarnya apa, Bu? Jangan membuat Andre khawatir."

"Sebenarnya ibu ini Catwoman, jadi Ibu harus pergi untuk membela kebenaran."

"Astaghfirullah, Ibu!"

Seketika ibu mertua langsung tertawa terpingkal-pingkal setelah berhasil mengerjai putranya, sementara aku bergegas membuat nasi goreng setelah menyiapkan seragam kedua anakku. Aku mengiris bawang sambil sesekali tertawa saat mengingat kekonyolan ibu mertuaku itu. Berulang kali kuucapkan rasa syukur karena memiliki suami juga mertua yang sangat baik.

Beberapa saat kemudian, aku menghidangkan nasi goreng untuk kami sarapan.

"Bu, Mas, ayo kita makan!"

Mereka langsung menoleh lalu bergegas menuju meja makan.

"Ayo, Bu, silahkan makan." Aku menyendokkan nasi ke piringnya.

"Kenapa wajahmu terlihat sendu gitu?" tanyanya tiba-tiba.

"Aku cuma sedih saat teringat nasi Padang semalam, bisa-bisanya Ibu mengalah demi aku."

"Udahlah, ngapain bahas itu, cuma satu bungkus nasi Padang aja, cetek banget. Sama restorannya sekalian, ibu mampu beli," ujarnya hingga membuat kami semua seketika berhenti mengunyah lalu menatap ibu mertua dengan tatapan tak percaya.

"Hahahahhahaha nenek kalian lagi bercanda," ujar suamiku yang membuat keempat anakku tertawa.

Namun, wajah ibu mertua tampak masih datar dan tak tertawa sedikit pun seolah apa yang ia katakan barusan adalah serius.

"Ibu bercanda, kan?" tanya suamiku.

"Iya, lah, bercanda, masa serius." Kali ini hanya ibu mertua yang tertawa seorang diri, sementara yang lainnya hanya diam dan saling bertatapan.

"Sebenarnya semalam Aldi bermimpi kita semua tiba-tiba jadi orang kaya."

"Gak enak jadi orang kaya, enakan kayak gini." Ibu mertua menyahut.

"Bukankah kalau kita punya banyak uang, kita bisa melakukan apapun yang kita mau?"

"Dulu nenek pernah kaya raya, tapi nenek tidak bahagia."

"Kenapa gitu, Nek?"

"Karena saat itu nenek selalu kesepian, makan sendiri, tidur sendiri, semuanya serba sendiri."

"Loh, lalu dimana Kakek dan semua orang?"

"Kakek kalian selalu sibuk bekerja, lalu semua anak nenek selalu sibuk dengan urusan masing-masing dan jarang di rumah."

"Termasuk Mas Andre?"

"Iya."

"Maafkan Andre ya, Bu."

"Sudahlah, lupakan yang telah lalu, yang penting ibu sudah bahagia dengan kehidupan kita yang sekarang."

"Oh, ya, Bu. Jadi kapan Elsa sekolah TK?" Tiba-tiba kami semua terdiam saat mendengar pertanyaan anakku yang nomor 3.

Jangankan untuk mendaftar ke TK, untuk makan, bayar kontrakan, biaya sekolah Aldi dan Arka dan kebutuhan lainnya saja aku sering merasa sakit kepala.

"Doakan ayah biar dapat rejeki lebih biar bisa menyekolahkan Elsa," ujar suamiku.

"Aamiin," sahutku.

Setelah itu suamiku pamit berangkat narik angkot sembari mengantar anak-anak ke sekolah.

"Bu, tolong izinkan aku untuk membantu Mas Andre kerja, ya, sudah saatnya aku ikut berjuang agar Elsa bisa sekolah."

"Kamu daftarkan saja Elsa ke TK, soal biaya biar ibu yang urus."

"Hah? Ibu punya uang dari mana?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Ibu Mertua Melarang BerKB   Ending

    Untuk menebus kesalahannya pada Bianca, Fahri sering menghabiskan waktu bersama Kristal dan Bianca. Mengajak mereka makan, nonton di bioskop, belanja atau pergi ke Time Zone.Sementara itu hati Kristal semakin berbunga-bunga setiap kali dekat dengan lelaki yang wajahnya mirip aktor drama Korea itu. Awalnya niat Kristal mendekati Fahri adalah untuk membuatnya patah hati, untuk membalas dendam pada Melati. Namun, rupanya ia benar-benar mencintai Fahri.Sementara itu Bianca bisa merasakan bagaimana perasaan Kristal pada Fahri, lalu saat Kristal tengah ke toilet, Bianca memberanikan diri untuk bertanya pada ayah kandungnya itu."Bagaimana perasaan Papa pada mamaku?" Fahri terhenyak bercampur haru karena Bianca tiba-tiba menyebutnya papa."Kamu menyebutku papa? Terima kasih ya, Sayang.""Aku memutuskan untuk memaafkan Papa karena Mama selalu mengatakan jika Papa sebenarnya adalah orang baik.""Terima kasih, Sayang. Papa janji akan melakukan apapun buat kamu.""Termasuk menikahi Mama?" Ia

  • Ibu Mertua Melarang BerKB   Kristal Mendekati Fahri

    Bab 44Fahri menceritakan pada Bu Farah tentang kenyataan bahwa Bianca adalah anak kandungnya."Kemarin Melati hanya cerita kalau mereka sudah meninggalkan rumah itu, karena ternyata Bianca bukanlah anak Andre. Lalu mengapa tiba-tiba kamu mengatakan bahwa dia anakmu?"Fahri langsung menceritakan semuanya, bahkan tentang hasil test DNA mereka."Kita rebut saja Bianca dari Kristal, wanita itu jahat dan licik. Bianca tak pantas tinggal bersamanya.""Jangan, Ma, Kristal tampak sangat tulus menyayangi Bianca, apalagi dia yang sangat berjasa dalam hidup Bianca, jadi kita jangan memisahkan mereka.""Tapi Kristal itu sudah hampir menghancurkan rumah tangga Andre dan Melati, seharusnya dia dipenjara karena sudah menipu dan memeras Andre, untung saja Andre dan Melati terlalu baik hingga dengan mudah memaafkan mereka.""Kristal melakukannya karena dia sangat mencintai Kak Andre, dia bukanlah tipe wanita matre.""Bagaimana bisa kamu tiba-tiba berpikir begitu?""Aku sudah menawarkan rumah, mobil a

  • Ibu Mertua Melarang BerKB   Doa Bianca

    43"Mbak, bisa ajari aku shalat?" tanya Bianca pada pembantunya."Emangnya Non Bianca belum bisa shalat?" Wanita berusia 35 tahun itu mengernyitkan dahi."Waktu kecil sih pernah diajari oleh Oma, tapi sekarang sedikit lupa karena jarang shalat."Setelah itu pembantunya yang bernama Halimah mengajari Bianca bacaan shalat, hingga ia kembali mengingat semua bacaan yang pernah diajarkan oleh omanya. "Kebetulan sekarang sudah waktunya shalat ashar, ayo kita shalat!" ajak Halimah.Bianca mengangguk, lalu mengambil air wudhu. Lalu mengenakan mukena yang setiap lebaran ia beli tapi tak pernah ia kenakan. Setelah itu ia shalat bersama Halimah. Setelah selesai shalat, Bianca mengangkat kedua tangannya seraya berucap lirih."Ya Allah, pertemukan aku dengan kedua orang tua kandungku, lalu jika boleh aku meminta, aku ingin memiliki papa seperti Om Fahri."Mata Halimah berkaca-kaca saat mendengar doa yang diucapkan anak majikannya itu, lalu ia mengaminkan doa tersebut dan berharap Allah mengabulka

  • Ibu Mertua Melarang BerKB   Hanya Mirip

    "Kalian semua siapa? Kenapa manggil saya Ibu dan Nenek? Lalu merangkul saya gitu?" Wanita berjilbab lebar itu tampak kebingungan.Andre dan Melati tiba-tiba terdiam, kembali terbayang dalam ingatan saat mereka melihat dengan kepala sendiri bahwa sosok yang mereka panggil Ibu itu telah dikafani dan dimasukan liang lahat."M..maaf, Bu. Kami mengira Ibu adalah Ibu mertua saya." Melati langsung beringsut mundur dan meminta maaf, begitu pula Andre yang langsung menarik keempat anaknya."Iya, Bu. Mohon maafkan kami," ucap Andre saat menyadari bahwa ibunya tak mungkin bangkit dari kubur lalu kembali membeli martabak di tempat langganan mereka dulu."Kalian kenal Ibu itu? Tolong bayarkan martabak yang ia beli, masa pesan dua loyang martabak tapi gak mau bayar," ujar pedagang martabak dengan wajah kesal."Jadi berapa?" tanya Andre."40 ribu."Andre langsung meraih dompetnya lalu memberikan selembar berwarna merah."Nanti kalau Ibu ini datang lagi, kasih gratis aja," ujar Andre lagi."Siap!" sa

  • Ibu Mertua Melarang BerKB   Ibu Masih Hidup?

    "Jadi, Fahri itu saudara kembar kamu?" tanya Kristal tiba-tiba."Iya," jawab Melati sembari tersenyum."Mitosnya, kalau orang kembar itu memiliki ikatan batin yang kuat, jika salah satu merasa tersakiti, maka kembarannya akan merasakan hal yang sama. Bener, gak?" Kristal kembali bertanya."Betul. Aku sering merasakan apa yang Melati rasakan." Fahri menyahut."Aku juga bisa merasa gelisah saat sesuatu yang buruk menimpa Fahri, contohnya saat Fahri mengalami penganiayaan hingga masuk rumah sakit, saat itu aku merasakan rasa sakit yang sama.""So sweet banget ya kalian." Kristal tampak tersenyum aneh.Sementara Bianca tampak terus menatap Fahri sembari tersenyum, dalam hatinya ia sangat mengidolakan lelaki itu."Apa Om Malaikat sudah menikah?" tanyanya tiba-tiba."Bagaimana kalau mulai saat ini Bianca panggil Om Fahri aja, karena om tidak sebaik Malaikat.""Oke, Om Fahri sudah menikah?" Gadis itu mengulangi pertanyaannya."Om pernah menikah, tapi sekarang istri om sudah meninggalkan om."

  • Ibu Mertua Melarang BerKB   Bianca Anak Siapa?

    "Dok, kenapa putri saya gak bangun-bangun?" Kristal tampak panik saat melihat Bianca yang tiba-tiba tak sadarkan diri.Setelah itu dokter langsung memeriksa denyut nadi dan detak jantungnya."Putri Anda baik-baik saja, ia hanya pingsan dan butuh banyak istirahat."Kristal menghela napas lega, lalu segera menggenggam tangan gadis berusia 14 tahun itu."Bianca sayang, mama sangat menyayangi Bianca. Meski Bianca tidak terlahir dari rahim mama, tapi kamu adalah anugerah dari Tuhan yang dikirim untuk menggantikan anak mama yang telah tiada sebelum lahir ke dunia."Air mata Kristal berjatuhan membasahi tangan Bianca."Jadi, aku bukan anak kandung Mama?"Kristal tampak terhenyak saat Bianca tiba-tiba sadar."Emmm.. maksud kamu apa, Sayang? Mungkin kamu salah dengar.""Gak apa-apa, kok, Ma, aku sudah curiga sejak mengetahui bahwa Mama dan Om Andre tidak memiliki alergi yang sama denganku.""Sayang, apapun yang terjadi, mama akan selalu menyayangi Bianca.""Bagiku Mama Kristal adalah wanita ya

  • Ibu Mertua Melarang BerKB   Masa Lalu Fahri

    Bab 39"Kamu itu cantik, karir kamu juga bagus, ngapain kamu kebucinan sama suami orang?" Melati mencoba bersikap tenang saat menanggapi ucapan Kristal yang mengatakan tidak bisa move on dari Andre.Mendengar itu Kristal hanya terdiam dan tak berani lagi mengatakan apapun. Tidak berapa lama kemudian dokter keluar dari ruangan operasi."Alhamdulillah operasinya berjalan lancar, pasien juga sudah melewati masa kritis. Tapi masih butuh istirahat dan belum bisa ditemui."Mereka bertiga mengangguk, lalu berpamitan untuk menyelesaikan biaya administrasi."Melati, aku janji, gak akan ganggu Andre lagi. Tapi tolong, izinkan aku dan Bianca sementara waktu tinggal di rumah kamu.""Lah, ngapain aku melihara ular di rumahku? Gak ada faedahnya.""Aku tahu hati kamu sangat baik, please, aku gak mau membuat Bianca kecewa.""Aku bersedia mengadopsi Bianca menjadi anakku. Tapi aku udah gak mau menerima kamu di rumahku.""Aku gak bisa jauh dari Bianca, tapi aku juga gak tega membawa dia pergi. Asal kam

  • Ibu Mertua Melarang BerKB   Bianca Bukan Anak Andre

    Bab 38"Apa jangan-jangan Bianca bukan anak kamu ya, Mas?" "Gimana bisa? Bukankah hasil DNAnya positif kalau dia anakku?""Iya, juga, sih. Tapi...""Sebenarnya mas juga gak pernah yakin kalau dia anakku. Soalnya mas gak pernah merasakan ikatan batin sama sekali sama dia. Tapi jika mengingat hasil DNA yang ternyata positif, maka mau tak mau mas harus mengakuinya sebagai anak.""Dulu, apakah Mas yakin kalau Kristal beneran hamil?""Iya, malah dia nunjukin testpack juga hasil pemeriksaan dari dokter kandungan."Melati dan Andre tampak meragukan bahwa Bianca bukanlah anak Andre. Namun, mereka membutuhkan banyak bukti untuk mengetahui kebenarannya.Keesokan harinya, setelah pulang sekolah, Yono menjemput Aldi dan Arka, lalu setelah itu mereka ke sekolah Bianca. Saat di perjalanan, tiba-tiba mereka melihat pedagang telur gulung dan aneka jajanan jalan lainnya."Jajan dulu, yuk, Kak!" ajak Arka."Boleh juga, tuh, udah lama, ya, gak makan telur gulung, bakso ikan, cimin, makaroni pedas dan j

  • Ibu Mertua Melarang BerKB   Kecurigaan Melati

    Melati dan Bu Farah janjian bertemu di restoran, lalu mereka makan sembari berbincang-bincang."Oma seneng banget bisa makan bareng sama Aurora," ujar Bu Farah sembari mencubit pelan pipi gadis kecil itu yang sangat menggemaskan."Aurora juga seneng, kenapa Oma gak tinggal di rumah kami aja?" celotehannya membuat Bu Farah semakin merasa gemas."Oh, ya, Tante. Ada apa Tante mengajak aku bertemu di sini?" tanya Melati sembari menyedot jus mangga yang ia pesan."Rencananya tante mau mengembangkan butik yang sekarang sedang tante kelola, barangkali kamu mau invest saham?""Boleh, tuh, Tante. Setahuku butik Tante kan sangat laris, ya, pemasukannya juga oke.""Alhamdulillah kalau kamu setuju, nanti kamu dapat bagian 40 % dari penghasilan bersihnya.""Ngomong-ngomong, Tante butuh berapa?"Bu Farah menyebutkan nominal yang ia butuhkan, lalu Melati langsung menyetujuinya. Saat tengah asyik mengobrol, tiba-tiba ponsel Melati berdering."Mbak Mel, Mbok Jum sekarang sedang pingsan gara-gara ngeli

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status