Share

Ibu Pengganti Untuk Anak Presdir
Ibu Pengganti Untuk Anak Presdir
Author: Aksara Ocean

1. Ide Gila

Author: Aksara Ocean
last update Last Updated: 2025-03-14 11:06:18

Bab 1

"Saya terima nikah dan kawinnya, Aruna Rumaisha binti Heru Muchtar dengan mas kawin tersebut, dibayar tunai!" Suara Bastian Widjaya menggema melalui pengeras suara.

Penghulu menatap para saksi. "Sah?"

"Sah!" Serempak semua orang mengucap kata serupa, diakhiri kalimat hamdalah sebagai pertanda syukur atas halalnya hubungan Aruna dan Bastian.

Aruna mencium tangan lelaki gagah yang telah menjadi suaminya. Jepretan kamera dinyalakan. Senyum salah tingkahnya tercipta, saat Bastian memegang kedua pundaknya, kemudian melabuhkan satu ciuman di kening.

"Emang bener, ya, suaminya si Aruna itu orang kaya?" Perempuan seumuran Aruna yang duduk tak jauh dari meja pelaminan, mencolek lengan temannya yang tengah terharu. "Apa jangan-jangan Aruna bohong, ya?"

"Ah, gak mungkin! Emangnya kamu gak bisa liat, gimana dekorasi pernikahannya Aruna? Kalau suaminya itu gak kaya raya, mustahil dia bisa sewa MUA terkenal di kota kita!"

"Dia pasti main pelet!" tuduh Evi yang langsung mendapatkan pelototan dari orang-orang di sekitarnya.

"Jangan ngomong sembarangan, deh!" timpal yang lain.

Evi berdecak. Kendati sudah banyak berita yang menyampaikan tentang siapa suami Aruna, ia masih saja ingin menyangkal.

Pasalnya, bagaimana bisa perempuan tamatan SMA yang selama bertahun-tahun bekerja di Jakarta sebagai buruh cuci di restoran kecil, bisa mendapatkan seorang lelaki kaya raya?

Semua itu tak masuk di akal. Evi sampai menduga-duga perkara buruk tanpa henti. Main pelet, hamil duluan, sampai menyebut kalau Aruna adalah seorang penggoda, telah ia sebutkan kepada orang-orang. Namun, tak ada seorang pun yang percaya.

Mereka menganggap Aruna sangat beruntung. Semua yang terjadi pada Aruna, adalah sebuah berkah. Sebab selama ini, perempuan berusia 24 tahun itu telah bekerja mati-matian untuk ayahnya, yang harus rutin melakukan cuci darah tiap minggu karena penyakit gagal ginjal.

"Selamat ya, Nak, Ayah ikut senang." Heru memeluk Aruna di acara sungkeman.

Sungguh tak di sangka, dua minggu lalu Aruna membawa Bastian ke rumahnya, mengatakan kalau mereka ingin meminta restu untuk menjalin sebuah ikatan pernikahan.

"Yah, Mas Bastian itu seorang duda. Dia punya satu orang anak, Fathan namanya. Ayah keberatan gak, kalau aku nikah sama Mas Bastian?"

Aruna bertanya di siang itu, menatap kedua mata sang ayah dengan sorot penuh harap akan mendapatkan jawaban jujur. Heru menggelengkan kepala. Ia tak akan masalah, asal putrinya mendapatkan tempat tebaik setelah pernikahan.

"Makasih ya, Yah. Aku minta doa dari Ayah," gumam Aruna kemudian mencium kedua tangan Heru dengan khidmat.

"Pasti akan selalu Ayah doakan, Run. Jadi istri yang baik, ya? Nurut apa kata suami kamu."

Aruna mengangguk, kemudian beralih pada ibu Bastian—Lusiana Widjaya.

"Aruna, Sayang, selamat datang di keluarga Widjaya." Perempuan paruh baya itu menyambut hangat. Dikecupnya kedua pipi Aruna. Ada setetes air mata yang jatuh saat ia menatap menantu barunya.

"Makasih, Mam. Aku mohon bimbingannya."

Acara sungkeman itu amat mengharu-biru. Bahkan Fathan, anak tunggal dari Bastian yang berusia tujuh tahun menangis tersedu-sedu. Keinginannya selama bertahun-tahun akhirnya dipenuhi oleh sang papa.

Fathan tumbuh tanpa seorang ibu. Hidupnya memang bergelimang harta. Tak ada mainan terbaru yang tak ia miliki. Namun, hidupnya begitu sepi. Ditambah, ia tumbuh menjadi anak pemurung karena teman-temannya selalu mengatakan, kalau Fathan adalah anak yang tak punya ibu.

"Kenapa nangis, Sayang?" tanya Aruna memeluk putra sambungnya.

Tak ada kalimat yang keluar dari bibir Fathan. Ia hanya menangis, sebagai bentuk bahagia yang paling nyata. Di belakang Aruna, Bastian pun menghampiri.

"Fathan bahagia sudah punya Mama?" tanya Bastian.

"Iya, Pa," jawab Fathan pelan.

Bastian mengangkat Fathan, membawanya ke dalam pelukan hangat yang sarat akan kasih sayang. Aruna tersenyum melihat pemandangan itu. Sejak pertama kali mengenal Bastian dan Fathan dua bulan lalu—setelah Aruna menolong Fathan dalam sebuah tabrak lari di dekat area sekolah—ia tahu kalau Bastian adalah lelaki yang penuh tanggung jawab.

Kala itu, Aruna menggunakan seluruh uang tabungannya untuk membayar biaya rumah sakit Fathan. Untunglah di rumah sakit tersebut, seorang dokter yang ikut menangani Fathan mengenal bocah lelaki itu. Dokter tersebut adalah teman lama Bastian.

Dihubungilah Bastian, sehingga lelaki itu datang tergesa ke rumah sakit. Bastian memang membayar semua uang yang telah dikeluarkan oleh Aruna sampai tiga kali lipat. Sejak saat itu, Aruna tahu kalau mereka adalah orang kaya.

Lama sekali tak bertemu, tiba-tiba di suatu sore yang mendung, Aruna didatangi dua orang lelaki berbadan kekar.

"Kami diminta menjemput Mbak Aruna ke rumah Pak Bastian." Begitu kata mereka, membuat Aruna sama sekali tak percaya.

Bagaimana kalau itu semua adalah trik penipuan yang akan membahayakan dirinya?

Akan tetapi, dua orang tersebut melakukan panggilan dengan Bastian. Barulah Aruna percaya dan datang ke sebuah rumah mewah yang terletak di kawasan elit. Di sana Bastian mengatakan, kalau Fathan selalu menyebut namanya tiap hari.

Entah mengapa, sebuah ide pun muncul. Aruna langsung bertanya pada Fathan, saat mereka ada di kamar bocah lelaki itu satu bulan lalu.

"Kamu mau gak, kalau Tante jadi mama kamu?"

"Mau, Tante! Aku mau!"

Ya, Aruna yang menawarkan diri pada Bastian dan Fathan. Kalau boleh bicara jujur, Aruna sangat frustasi karena tiap hari, ia harus banting tulang mencari uang untuk memenuhi biaya pengobatan ayahnya.

Pernikahan mewah pun dilangsungkan di kediaman Aruna, di sebuah kampung yang jauh dari kota Jakarta atas permintaan Heru yang tak sanggup jika harus menempuh perjalan jauh jika pernikahan diselenggarakan di ibu kota. Semua tetangga datang, terperangah bukan main karena Aruna bisa mendapatkan seorang lelaki kaya.

Setelah acara resepsi itu, Aruna masuk lebih dulu ke dalam kamar pengantin yang sudah disiapkan oleh Heru. Malam tiba, tetapi Bastian tak kunjung datang. Aruna memutuskan keluar dari kamarnya tepat tengah malam, di saat semua keluarganya sudah terlelap karena lelah dengan cara hari ini.

Membuka gorden ruang depan di rumahnya, Aruna tertegun melihat Bastian masuk ke dalam mobil, kemudian pergi di tengah malam yang gelap.

"Kamu mau ke mana, Mas?" tanya Aruna sangat lirih.

*****

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ibu Pengganti Untuk Anak Presdir   105. Lusiana Dan Aruna Bersitegang

    Bab 105 Lusiana Dan Aruna Bersitegang"Kamu pikir aku akan percaya, Mas?" tanya Aruna dengan tawa. "Setelah menyaksikan sendiri betapa kasar perlakuan kamu, aku memutuskan untuk tetap percaya pada Juanda!" putusnya berdiri tegak."Tidurlah di kamar ini, dan cari tahu semuanya sendiri. Jawaban yang sebenarnya ada di sini," ucap Bastian ikut berdiri."Aku mau keluar dari rumah ini, Mas! Aku gak mau jadi istri dari seorang pembunuh seperti kamu!""Apa maksud kamu?!" Lusiana yang baru saja tiba dan mendengar semua perkataan Aruna, langsung masuk ke dalam kamar dengan wajah penuh amarah."Siapa pembunuh yang kamu maksud?!" tanyanya tetap membentak."Anak Mami adalah pembunuh!" jawab Aruna menunjuk Bastian. "Jangan sembunyikan apa pun lagi, karena aku sudah tau semuanya! Sekarang, lebih baik kalian semua lepaskan aku dari sini!"Lusiana sungguh tak menyangka, Aruna berani mengatakan kalimat di luar nalar seperti itu. Amarahnya melesat naik, ia siap membantah dan kembali memarahi sang menant

  • Ibu Pengganti Untuk Anak Presdir   104. Fakta Yang Dibeberkan Bastian

    Bab 104 Fakta Yang Dibeberkan BastianMembanting buku di pangkuan, Aruna terburu-buru beranjak dari sofa. Ia hendak berteriak, tapi Bastian dengan sigap menariknya lebih dulu."Jangan takut!" kata Bastian sebisa mungkin tak meninggikan suaranya.Melihat Aruna yang ketakutan melihatnya, kembali mengingatkan Bastian pada Berlian. Sebelum kehamilannya membesar, sang adik juga kerap bersikap seperti ini. Bastian menyimpulkan jika Juanda mencuci otak Berlian kala itu. Sekarang pun, sepertinya si bajingan itu melakukan hal serupa pada Aruna."Mau apa kamu ke sini?! Kamu apakan Juanda?!" teriak Aruna. Ia pikir, Juanda telah dihabisi oleh Bastian."Aku belum menyentuh Juanda sehelai rambut pun!" balas Bastian.Dadanya terasa sesak dan panas, mendapati istrinya sendiri mengkhawatirkan lelaki lain. Bastian pun bertanya-tanya, apa yang ada di pikiran Aruna? Apakah istrinya itu berkesimpulan bahwa ia akan menghabisi Juanda?"Pergi dari sini, Mas! Jangan pernah ganggu hidupku lagi!" usir Aruna men

  • Ibu Pengganti Untuk Anak Presdir   103. Mencuci Otak Aruna

    Bab 103 Mencuci Otak ArunaDua hari Aruna tinggal di villa besar milik keluarga Juanda. Tak ada teman bicara, tak bisa mengetahui kabar dunia luar karena di villa tersebut tak dilengkapi dengan televisi dan telepon rumah. Aruna mulai kesepian dan merasa tidak nyaman. Terlebih, sejak tinggal di villa ia selalu khawatir akan nasib Heru dan Yanti."Bagaimana kalau Mas Bastian menyekap keluargaku?"Pikiran Aruna berjalan terlalu jauh. Ia yang tengah berjalan hilir mudik, langsung membuka pintu kamar saat mendengar suara mobil memasuki halaman."Itu pasti Juanda!" serunya tertahan.Aruna menghampiri detik itu juga. Melihat Juanda pulang dengan selamat dan tak kurang suatu apa pun, kontan saja membuat napasnya terhembus lega.Sedangkan Juanda sengaja menyuguhkan senyum terbaiknya di depan Aruna. Dari raut wajahnya, ia yakin sejak tadi siang perempuan itu dilanda rasa khawatir atas kepergiannya.Baguslah, karena dengan begitu, Juanda akan lebih mudah mempengaruhi Aruna. Perempuan itu harus s

  • Ibu Pengganti Untuk Anak Presdir   102. Bekerjasama

    Bab 102"Berani-beraninya Bastian mengatakan aku tak berhak atas Fathan!" seru Juanda memukul-mukul setir kemudi. Ia sungguh tak terima telah dipermalukan di depan seluruh anak buah Bastian. Namun jika ingin melawan, Juanda pun tak punya cara.Harus ada cara untuk mengalahkan Bastian, agar ia bisa mendapatkan Aruna dan Fathan sekaligus.Dengan mendapatkan mereka berdua, maka Juanda yakin, hidup dan karir Bastian akan segera berakhir!"Oke, sekarang aku harus pergi menemui Sandra." Juanda mengangguk-angguk, usai meredakan emosinya yang meledak-ledak.Melalui Sandra, Juanda akan mendapatkan lebih banyak informasi. Maka berangkatlah Juanda setelah mengirimkan pesan pada Sandra, bahwa ia ingin bertemu.Sesuai kesepakatan, mereka memutuskan bertemu tatap di sebuah cafe. Rupanya Sandra datang lebih dulu, sehingga Juanda langsung menghampirinya."Kamu habis dari rumah Bastian?" tanya Sandra tak mau mengenalkan diri secara langsung."Iya. Aku berhasil menggertak Bastian. Dia takut aku mengamb

  • Ibu Pengganti Untuk Anak Presdir   101. Ancaman Juanda

    Bab 101Bastian menelan saliva. Apa yang baru saja dikatakan oleh Juanda? Apa Aruna telah memberi tahu, kalau Fathan adalah anak kandung Berlian, yang otomatis pula adalah darah daging Juanda?Ya, itulah rahasia besar yang selama ini disembunyikan oleh Bastian dan juga keluarga Widjaya yang lain. Tentang Berlian yang memilih mengakhiri hidupnya sendiri usai melahirkan Fathan. Juga tentang Fathan yang ternyata adalah anak Juanda.Bertahun-tahun lalu, Berlian dan Juanda memiliki hubungan khusus. Bastian tahu itu, tapi tak pernah menyetujui. Sebabnya satu, yakni Juanda terlalu jahat pada Berlian. Lelaki itu kerap memaksakan kehendak pada Berlian, senang memanipulasi, dan lain sebagainya.Akan tetapi, Bastian tak bisa menghentikan hubungan mereka berdua, terlebih Berlian amat sangat mencintai Juanda. Berlian sanggup melakukan apa saja. Bahkan ketika Juanda menjebaknya pada suatu malam hingga hamil, Berlian masih tetap ingin mempertahankan hubungan mereka.Jujur saja, saat mengetahui Berli

  • Ibu Pengganti Untuk Anak Presdir   100. Ayah Kandung?

    Bab 100Hijaunya dedaunan, juga sejuknya angin yang berhembus menerpa pepohonan, membuat Aruna merasa sangat damai. Ditambah, suasana di villa sangat mendukung untuk menenangkan diri.Entah sudah berapa kali Aruna membuang napas panjang kala berjalan-jalan di sekitar villa. Ia menatap sekeliling, mendapati satu tukang kebun yang tengah memangkas rumput panjang di taman belakang."Sudah sesiang ini, tapi cuaca di sini masih sangat bagus. Andai ada Fathan yang bisa diajak jalan-jalan dan bicara, mungkin aku gak akan merasa kesepian seperti sekarang." Aruna berhenti melangkah, karena lagi-lagi ia teringat pada anak sambungnya."Gimana sama Fathan sekarang? Apa yang akan dikatakan Mas Bastian dan Mami Lusiana soal aku?"Berbagai macam keluhan ingin sekali dikeluarkan oleh Aruna. Namun, ia sadar tak boleh memperburuk keadaan. Satu hal yang harus dilakukan oleh Aruna sekarang adalah, menghubungi Yanti dan Heru. Keluarganya harus tahu bagaimana keadaan di Jakarta, agar mereka selalu waspada

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status