Bab 130 Fitnah!Dengan lebih banyak orang yang diturunkan Burhan sesuai janji, sungguh sangat membantu Juanda yang membutuhkan banyak sekali informasi perihal keluarga Bastian.Sesiang ini, Juanda sudah menerima dua kali laporan. Pertama, tentang Bastian yang katanya baru saja berkunjung ke rumah Liam selama hampir satu jam. Lantas yang kedua, tentunya tentang Aruna yang selalu mengantar jemput Fathan tiap hari.Bedanya, kali ini Aruna dilaporkan datang ke sebuah butik untuk mengambil gaun formal yang dipesan beberapa hari lalu. Setelahnya, perempuan itu mengajak Fathan menikmati es krim di salah satu kafe, lalu mereka pergi ke pusat perbelanjaan.Sayang seribu sayang, Juanda tidak mendapatkan kesempatan untuk mendekat pada mereka. Ia hanya memerhatikan keduanya dari jauh, dan membiarkan mereka pulang ke rumah."Ada informasi yang saya terima, Pak."Perkataan dari salah satu anak buah membuat Juanda mengalihkan perhatiannya dari layar ponsel yang sejak tadi mati."Apa itu?""Dua hari
Bab 129 Penerus BerbakatSatu minggu sudah berlalu, semenjak Heru keluar dari rumah sakit dan tinggal di rumah Bastian. Tak ada hal-hal aneh yang terjadi, sehingga mereka benar-benar bisa hidup rukun dan bahagia di rumah besar itu.Untuk Aruna, ia semakin senang dengan statusnya sebagai istri Bastian. Sejak tiga hari lalu, Bastian sengaja menghadirkan seorang guru bahasa Inggris, ketika Aruna mengatakan ingin memperdalam lagi kemampuannya berbahasa asing.Sebenarnya, Heru merasa keheranan mengapa ada lelaki berbadan kekar yang berjaga di setiap sudut rumah. Namun, Bastian dan Aruna sama-sama menjelaskan bahwa orang-orang tersebut sengaja dipekerjakan demi alasan keamanan.Sedangkan di tempat Juanda, lelaki itu mulai gelisah. Sudah berminggu-minggu ia mengamati Bastian, tapi tak ada informasi berharga yang diterimanya."Hari ini Bastian pergi ke kantor, dan makan siang dengan seorang pengusaha di sebuah restoran yang terjamin keamanannya. Setelahnya, dia langsung pulang ke rumah dan ti
Bab 128Terbangun di pagi hari dengan Bastian berada di sisinya, sungguh berhasil memberikan kesan lain di hati Aruna. Ia sangat gugup, apalagi kembali mengingat hal apa yang telah dilakukannya dengan Bastian kemarin malam.Wajah Aruna memerah, tapi ia tak mau terbuai lagi saat melihat jam sarapan hampir tiba. Perlahan tapi pasti, Aruna menyibak selimut dan berjalan ke kamar mandi dengan ngilu di pusat tubuhnya.Aruna juga pergi ke bawah lebih dulu, saat menyadari sebentar lagi Bastian akan bangun."Kemarin aku terlalu terbawa suasana," gumam Aruna malu sendiri.Ya, jelas ia malu. Dua hari yang lalu, terang-terangan dirinya mengatakan belum percaya pada Bastian sepenuhnya. Namun, apa yang terjadi pada mereka berdua malam selanjutnya?"Kamu emang munafik, Aruna!" cibirnya pada diri sendiri.Aruna menahan degup di dada, mencoba mengalihkan pikiran dari ingatan indah kemarin malam dengan memasak dan menemani Fathan bersiap-siap. Setengah jam kemudian, ia tak sadar Bastian telah turun dan
Bab 127"Bukannya ... kita sudah bersikap seperti suami istri sungguhan, Mas?" Aruna balik bertanya setelah sekian lama terdiam.Lagi-lagi Bastian merasa kecewa, karena Aruna tak memberikan jawaban yang ia inginkan. Jika ditelaah, apa susahnya mengatakan kalau mereka harus lebih mengenal satu sama lain, agar semakin nyaman saat menjalani biduk rumah tangga?"Tapi menurut saya, kita masih sama-sama canggung. Terkadang kamu terlihat gak nyaman saat bicara berdua. Contohnya seperti sekarang," tutur Bastian. Ia mencoba untuk tak menghakimi. Jangan ada paksaan di antara mereka, sebab Bastian ingin Aruna mencintainya dengan tulus, sama seperti perasaannya yang telah diutarakan sebelumnya.Aruna menunduk demi menghindar dari tatapan Bastian. Matanya dipenuhi oleh kepulan dari minuman yang masih sedikit panas."Maaf, tapi sejujurnya aku masih belum yakin dengan perasaan kamu," ungkap Aruna pada akhirnya. "Aku beneran gak paham, kenapa kamu bilang punya perasaan sama aku, sementara di sisi lai
Bab 126 Suami Istri SungguhanBastian berdiri mematung di depan pintu ruang rawat inap. Ia tak bermaksud menguping, hanya saja dirinya sengaja singgah di rumah sakit setelah rapat dengan klien, karena ingin memberikan kue kesukaan Aruna.Akan tetapi, sungguh di luar dugaan. Apa yang baru saja ia dengar? Bastian sudah ingin masuk, tapi ia mendengar Aruna berdeham."Aku sama Mas Bastian masih mau berdua, Yah, belum ada kepikiran punya anak."Bastian tertegun lagi, tangannya langsung meninggalkan gagang pintu."Bukan maksud Ayah mau ikut campur, tapi kalian akan menunda sampai kapan? Ayah dengar dari Fathan, kalau dia juga mau punya seorang adik. Lagi pula, kamu ini masih muda, pun dengan Bastian. Lebih baik punya anak sekarang, toh kalian berdua tidak punya kesulitan ekonomi, kan?"Di dalam sana, Aruna sungguh tak punya kalimat untuk menjawab pertanyaan Heru. Mustahil ia mengatakan, bahwa dirinya dan Bastian tak pernah saling menyentuh. Untuk tidur saja, mereka memiliki kamar masing-mas
Bab 125Banyaknya koneksi dan uang, selalu bisa memperlancar segala urusan. Itulah yang dirasakan Aruna, karena dengan mudah mereka memindahkan Heru ke rumah sakit yang ada di Jakarta, juga mendapatkan dokter terbaik yang bisa mengawasi kesehatan Heru dari waktu ke waktu.Entah sudah berapa kali Aruna mengucapkan terima kasih pada suaminya, tapi ia merasa semua itu tak akan pernah cukup. Maka dari itu, Aruna memilih untuk menjadi istri yang baik, agar bisa membalas semua kemurahan hati Bastian Widjaya.Marini adalah orang pertama yang menyadari perubahan Aruna. Masih lekat di ingatan, tentang Aruna yang selalu menghindar dari Barisan. Namun, syukurlah semua ketegangan telah berlalu. Marini amat sangat gembira, ketika harus menghubungi Lusiana setiap harinya demi melaporkan keadaan di rumah."Bi, jas Mas Bastian yang warna navy di mana, ya?" tanya Aruna, membuat Marini segera menjejalkan ponselnya, padahal ia dan Lusiana tengah bergosip ria."Sepertinya masih di ruang setrika, Bu. Mau