"Ma, Mama kenapa kok sedih? Mama lagi capek ya?" tanya Zico yang mendekat.
Sudah dua hari sejak pertemuannya dengan Kemal, Jasmine tak berani keluar rumah. Pikirannya kacau, dia khawatir akan bertemu Kemal lagi. Apalagi jika sampai pria itu melihat Zico. Jasmine tak ingin Kemal mengetahuinya. Bisa tambah kacau hidupnya jika keluarga ozdemir sampai tahu.
Meski sudah mati-matian menyembunyikan kegelisahan di depan Zico, nyatanya anak itu akhirnya melihat ibunya bersedih dan menitikkan air mata.
"Eh? Mama tidak apa-apa sayang. Memang sedikit capek, tapi, lihat Zico sudah ganteng begini, dan hmm ... wangi lagi! Capek Mama hilang deh!" Jasmine menjawab dengan mata berbinar sambil mengecup pipi anaknya. Dia ingin mengalihkan kesedihan.
Namun sia-sia, bukannya hilang, rasa sedih itu kian menghantam. Air matanya justru jatuh tanpa bisa dicegah. Jasmine mengingat Kemal. Kenapa mereka berdua mirip sekali?
Zico anak yang cerdas dan sensitif. Hidup hanya bersama dengan ibu, membuatnya dapat mengenali emosi sang bunda. Zico akhirnya memiliki ide untuk menghibur ibunya.
"Ma, Zico mau jajan kebab. tadi aku lihat teman-teman makan itu enaaaak banget Ma. Boleh ya kita jajan itu?"
Zico merengek untuk jajan di luar. Setidaknya, itulah cara dia untuk menghibur ibunya. Mengajaknya keluar rumah sekedar menghidurp udara luar. Sekaligus dia mendapat jajanan yang diinginkan. cerdas bukan?
"Zico mau itu?" Jasmine mengusap wajah anaknya lembut. Bocah itu mengangguk cepat. Matanya pun berbinar.
Dia kembali berpikir, mau sampai kapan bersembunyi? Jasmine harus keluar rumah mencari pekerjaan baru. Ditambah, Zico sepertinya meminta perhatian darinya.
"Boleh, nanti kita beli."
"Yeay! Mama memang yang terbaik!" Zico melonjak kegirangan. Caranya berhasil.
Keduanya kini tengah berada di pusat jajan yang letaknya tak begitu jauh dari rumah, hanya sepuluh menit naik kendaraan umum. Selama perjalanan, pikiran Jasmine sebenarnya tak tenang. Dia tahu betul bagaimana Kemal.
Jasmine was-was andai bertemu Kemal, alasan apa yang harus ia berikan jika pria itu melihat Zico. Dengan sekali lihat, Jasmine yakin Kemal pasti akan mengenali anak itu, karena secara fisik, mereka terlihat mirip.
Namun, Jasmine tak ingin merusak kebahagiaan putranya. Melihat bagaimana anak itu begitu antusias pergi keluar bersama meski hanya sebentar. Mungkin Zico rindu punya waktu bersama dengannya. Jasmine jadi teringat belakangan dirinya memang sibuk menjadi pemandu wisata. Maklum, bulan ini masuk masa liburan. High season istilah dalam dunia pariwisata.
Satu hal, semua kekhawatiran Jasmine sudah terjadi. Kemal, sudah mengetahui anak itu. Bahkan di seberang sana, orang suruhan Kemal diam-diam tengah membidiknya dengan kamera pengintai. Mengirim foto-fotonya bersama Zico kepada pria itu. Berikut semua informasi yang berisi data tentang dirinya.
***
Senyum Kemal mengembang saat laporan yang dimintanya masuk ke ponsel. Foto Jasmine dengan baju casual berdiri di sebuah kedai makanan khas Turki. Kebab.
Kau masih mengingat ku. Aku tau itu, Jazz!
Pandangan Kemal beralih pada foto bocah laki-laki yang tersenyum ke arah Jasmine. Ia amati wajah anak itu. Ia zoom-in zoom-out. Lalu membandingkan dengan fotonya ketika kecil. Kemal teringat kata-kata Heru kalau anak itu mirip dengannya.
Tanpa sadar, Kemal meraba wajahnya,s eolah melihat sosoknya ada pada diri anak itu.
"Jazz, dia ...? Bagaimana bisa??!" gumamnya yang tak percaya.
Kemal sudah mulai merasa bocah lelaki itu benar-benar mirip dengannya. Ia harus segera mencari tau apa yang terjadi. Apakah mungkin anak itu adalah anaknya? Tapi bagaimana bisa? Sedangkan ia saja sudah berpisah dari Jasmine sekita tujuh yang lalu.Wait, tujuh tahun? Kemal kembali melihat laporan berupa data anak itu.Menurut laporan, anak bernama Zico itu berusia enam tahun. Artinya, tak berbeda jauh dengan perginya Jasmine dari sisinya. Tidak mungkin Jasmine melupakannya sepcepat itu.
"Sebenarnya berapa usia anak itu..?" gumamnya. Kemal masih bergelut dengan pikirannya. Jasmine tidak sedang mengandung kala itu. Jasmine meninggalkannya ketika Kemal dibawah tekanan orang tua dan Kakeknya. Kebodohan terbesar dalam hidup Kemal adalah memberi celah dan membiarkan keluarganya mendominasi hidupnya. Mereka mengambil alih kuasa atas dirinya sendiri. Merekalah yang menentukan bagaimana kehidupan Kemal.Saking hormatnya Kemal kepada orang tua dan kakeknya, hingga tak menyadari apa yang dilakukan keluarganya membuat Jasmine pergi darinya.Jasmine pergi dengan tak membawa uang sepeserpun darinya.
Hal itu menjadi penyesalan terberat sepanjang hidupnya. Bukan tak mencarinya. Kemal bahkan langsung meminta bantuan teman dan investigator swasta di Turki untuk mencari Jasmine di semua penjuru kota yang dicurigai menjadi tempat perginya Jasmine. Namun nihil. bak ditelan bumi, Jasmine menghilang tanpa jejak. Kemal hampir gila! Pria itu membayar mahal atas ketidak tegasannya kepada keluarganya sendiri. Demi membahagiakan ibunya, ia menyerah.Move on! Kata sang Ibu tiap kali melihat Kemal tak semangat menjalani hidupnya. Dan karena itu, Kemal merasa menjadi orang paling bodoh di dunia.Jasmine berjalan menuju pintu keluar. Sesampainya di lobi, wanita itu merogoh tasnya ingin mengambil ponsel untuk memesan taksi online. Tapi sial ponselnya kehabisan daya. "Bagus!" Maki Jasmine pada dirinya sendiri. "Bagaimana ini, mana di luar turun hujan." Ia mendengus pelan. Jasmine menyalahkan kecerobohannya. Gara-gara salah input tanda koma, jadi telat pulang. Padahal ia sudah sudah sangat rindu putra semata wayangnya, ditambah interaksinya dengan Kemal membuatnya ingin segera meninggalkan gedung itu. Tapi hujan tak kunjung reda. Jasmine melihat risau lagi arloji di pergelangan tangannya. "Sudah hampir jam 8 malam," keluhnya. Menatap kembali luar gedung, lalu ia berdiri. Bersiap menerobos hujan meski tak sederas tadi sore. Jasmine harus pulang saat itu juga, Zico pasti khawatir menunggu ibunya yang tanpa kabar sejak sore. Jasmine akan menunggu taksi di halte dekat gedung itu saja. Sedikit basah tak akan membuatnya sakit, kan? Jasmine sudah biasa. Wanita 30 tahun itu berl
Hari-hari berikutnya di kantor berjalan normal, setidaknya Jasmine bisa bernapas lega dan konsentrasi pada pekerjaannya. Padahal Kemal memang sengaja memberi jeda agar Jasmine tidak takut padanya.Pembicaraan mereka kemarin dirasa cukup membuat Jasmine tak berkutik. Wanita itu benar-benar terkurung lagi dalam hidup Kemal. Katakanlah untuk beberapa bulan mendatang.Bukan Jasmine tak paham, wanita itu sadar betul Kemal tak akan melepaskannya dengan mudah. Jasmine harus bersabar sambil mengumpulkan kembali pundi-pundi uangnya, baru kemudian ia benar-benar akan keluar dari perusahaan itu.Namun hari ini, Jasmine harus satu lift dengan pria yang wanginya telah lama menjadi favoritnya itu. Jasmine tak sengaja menggunakan lift direksi saat akan turun ke loby. Jasmine ingin segara pulang. Tapi tindakan cerobohnya malah memberikan keduanya waktu bersama. Keheningan menyelimuti. Jasmine tak berani bicara. Ia menggenggam eratnya. Malas melihat ke depan, dimana ada pantulan diri Kemal. Pria itu
Jasmine kembali ke kubikelnya lagi setelah diminta untuk memberikan laporan ke meja Kemal. Wanita itu menjatuhkan punggung pada sandaran kursi, seraya mengembuskan napas berat. Ia coba mengumpulkan keberanian menghadapi Kemal sendirian. Bagi Jasmine ini seperti mendatangi sendiri singa yang sedang lapar. Merelakan diri menjadi buruannya. Jasmine pusing sendiri. Tapi demi gaji dua digit-nya, Jasmine harus sanggup. Dua digit, Jasmine. Semangat! Jasmine membayangkan angka itu masuk dengan tertib ke rekeningnya tiap bulan. Membayangkan sekolah Zico, sewa apartemen dan biaya pemeliharaannya, budget makan selama satu bulan,serta gaji Mbak Murni. Dengan gaji sebesar itu, ia dapat memberikan Zico kehidupan yang lebih baik. Dan yang paling utama, ia bisa hidup mandiri tanpa merepotkan Zacky lagi. Dengan segera beranjak dari kubikelnya menuju lantai paling horor di gedung ini. Lantai tempat Kemal berada. Sampai di cluster khusus pimpinan, Jasmine bertemu dengan Hansen, sekretaris
"Kembali ke tempat dudukmu!" perintah Kemal bak sengatan listrik yang membuat Jasmine kena serangan jantung. Skak mat! Jasmine kembali ke kursinya dengan wajah memerah karena malu. Tidak ada yang tahu bahwa dua orang itu saling kenal, mereka hanya melihat kasihan pada Jasmine, di rapat pertamanya wanita itu harus mendapat teguran dan tatapan tajam dari big bos mereka. Jasmine hanya bisa berharap rapat ini berjalan singkat. Iya, semoga saja singkat. Sebab dirinya jadi kesulitan napas karena serangan jantung mendadak yang dialaminya barusan. Jasmine berusaha fokus meski sulit. Diam-diam ia memperhatikan Kemal. Pria yang telah ia tinggalkan tujuh tahun itu, terlihat berbeda sekarang. Kemal lebih bisa mengendalikan diri, dengan tetap fokus pada materi rapat, diskusi dengan para petinggi yang lain, walau sesekali tatapan mereka bertemu, Kemal dengan cepat memutusnya dan menguasai diri. Jasmine tahu, Kemal pasti ingin berbicara banyak dengannya. Mengingat pertemuan tak sengaja
"Jasmine, jangan lupa meeting gabungan nanti sore, ya." Rekan kerja Jasmine mengingatkan."Meeting gabungan, Mbak Pur?""Iya. Big Boss mendadak ngadain meeting gabungan. Feelingku sih buat nyecer anak-anak tentang mega proyeknya, katanya ada masalah," terang Mbak Pur. "Tapi aku baru gabung, Mbak. Belum megang proyek itu." Jasmine tiba-tiba gugup. "Tenang, kamu siapin aja bahan dan laporan tim kita. Filenya ada di folder ini." Mbak Pur menunjuk pada layar komputernya, menunjukkan folder yang harus Jasmine lihat. "Aku juga bikin kok, biar nanti kita bisa saling back up, in case si Boss tanya-tanya," terangnya lagi.Jasmine hanya mangguk-mangguk pasrah. Sore itu, pekerjaannya hampir selesai. Jasmine sudah membayangkan akan pulang cepat dan menemani Zico ke toko buku seperti permintaannya tadi pagi. Namun sayang, rupanya ada rapat dadakan yang harus dihadirinya. Ini adalah rapat gabungan pertama baginya, dan Jasmine harus menampilkan performa terbaik nanti.Bersama dengan staff yang lai
Hansen mulai membuka mata, terbangun dari tidur indahnya sepanjang hari. Pria itu merasa linglung, sedikit pusing dan tentu saja, pegal-pegal karena seharian tidur meringkuk di sofa empuk. "Loh kok aku di sini?" ucapnya tak sadar dengan apa yang terjadi. Hansen menggerakkan otot badannya yang kaku. Lehernya pun digerak gerakkan hingga terdengar bunyi 'kretek-kretek'. “Eh ko Hansen udah bangun. Enak tidurnya, ko?" Heru menyindir rekan kerjanya. Sementara Hansen hanya meringis. Beruntung Kemal sedang tidak ada di ruangannya. Jam segini, Kemal sedang asyik memata-matai Jasmine. Hansen, resepsionis dan security di lantai direksi diminta untuk berkumpul oleh Heru. Pria itu melakukan briefing dadakan. “Mulai sekarang, siapapun, perempuan manapun yang ngaku-ngaku saudara, pacar, tunangannya Bos Kemal, DI-LA-RANG naik apalagi sampai masuk menemui Bos. Gak usah minta persetujuan segala, kelamaan. Langsung BLOCK aja dari kalian. Paham?!" Heru memberi arahan serius. "Paham!" Mereka menj