Home / Romansa / Ibu Sang Pewaris / Bab 3. Siapa Dia?

Share

Bab 3. Siapa Dia?

Author: Jewellrytion
last update Last Updated: 2022-12-13 15:47:20

"Akhirnya ..." Jasmine bernapas lega.

Melalui pantulan kaca, ia memantau sekitar, meyakinkan diri kalau sudah terlepas dari kejaran Kemal.

Napasnya masih tersengal. Mimpi apa dia tadi malam? Hingga hari ini harus kejar-kejaran sampai jilid dua.

Jasmine memastikan lagi keadaan sekitar. Sepi. Tidak ada mobil hitam yang mengikutinya dari belakang. Kemudian Jasmine melanjutkan lagi perjalanannya kembali ke rumah.

Wanita itu sudah tak sabar untuk bertemu Zico, putranya. Wanita pemilik netra indah itu ingin mengisi tangki cintanya kosong mendadak dengan melihat senyum dan mendengar suara anak laki-lakinya.

 Jasmine tiba di sebuah perumahan sederhana di daerah Tlogowaru, Malang. Tanpa disadari, ada dua pasang mata memperhatikan gerak langkahnya dari seberang pos penjaga.

Sebenarnya, jasmine melihat sebuah city car putih berjalan pelan seolah sedang mencari rumah yang dijual atau disewakan. Adalah hal biasa baginya melihat pasangan muda mencari hunian di perumahan itu. Tanpa curiga ia tetap melanjutkan langkah ke rumah.

Sebuah rumah bergaya minimalis dengan cat putih gading. Di halamannya terdapat hiasan bunga cantik yang disusun dalam pot berundak.

"I got you, hayatim!" Kemal berbinar senang karena telah menemukan tempat Jasmione berada.

"Bos, Jasmine udah punya anak?"

Melihat ekspresi bosnya, seketika Heru sadar sudah salah bicara.

Senyum lebar Kemal seketika lenyap ketika melihat seorang anak laki-laki berlari di teras rumah menghampiri Jasmine dan memeluknya penuh rindu.

Anak? Jasmine punya anak? Benarkah? Kemal merasa ada benda berat menghantamnya. Kenyataan pahit apa yang harus dihadapinya ini?

Heru yang tak tahan ingin berkomentar, akhirnya melontarkan isi pikirannya. Wis rapopo, ngomong ae. Daripada dipendem dadi jerawat?!

"Kalau dilihat, dia mirip Bos Kemal waktu kecil, ya. Saya kan pernah lihat fotonya di rumah besar."

Kemal tersentak dengan ucapan Heru. Pria itu menajamkan penglihatannya, fokus pada anak itu. Dirinya  penasaran dengan interaksi Jasmine dengan anak laki-laki itu. Sayangnya Kemal tak bisa dengan jelas mendengar apa yang mereka bicarakan.

"Coba lebih mendekat. Pelan saja supaya tidak mencolok. Saya mau melihat lebih jelas," pinta Kemal pada sopir taksi online yang disewanya.

Ya, Kemal tak kehilangan akal. Ia dan Heru menggunakan taksi online yang kebetulan berhenti untuk mencari penumpang. Ide yang bagus, bukan? Karena sepertinya, tadi Jasmine telah mengenali monil mereka.

"Oke, Mister!" Sang sopir melajukan mobilnya perlahan sesuai permintaan.

Mobil semakin mendekat. Akhirnya Kemal dapat dengan jelas menyaksikan interaksi keduanya. Kemal menatap dalam, Jasmine, wanita itu menunjukkan wajah bahagia dan ceria, jelas berbeda sekali dengan raut yang ditunjukkan padanya ketika bertemu. Ketakutan.

Kemal berdebat dengan hati dan pikirannya. Matanya berkabut, tatapannya sendu. berharap apa yang dipikirkannya tidak benar. Kemal terus meyakinkan dirinya bahwa ia dan jasmine dipertemukan lagi oleh Tuhan karena akan dipersatukan kembali. 

Kemal menurunkan sedikit kaca jendela di sampingnya hingga udara dan suara dari luar masuk ke mobil.

“Masuk yuk, sayang!”

“Iya mama.” Keduanya lantas bergandengan tangan masuk ke dalam rumah.

Jantung Kemal seolah berhenti. Rasanya sesak, seolah oksigen pada saluran napasnya berkurang drastis.

"Mama? Anak itu manggil Jasmine Mama? Jadi dia ... tidak mungkin! Jasmine, ini tidak mungkin!" Kemal bicara sendiri.

"Iya, itu anaknya kali, Bos. Tadi kan mangil Mama," ucap Heru enteng. Lagi-lagi ia tak sadar telah menyiram bensin pada kayu yang sedang terbakar. Detik berikutnya, Heru mengaduh karena kepalanya dipukul.

"Aaaw! Sakit Bos!"

"Diam kamu! Suaramu kok kedengerannya jadi nyebelin, ya."

"Ampun Bos. Itu kan cuma asumsi saya."

"Saya nggak butuh asusmimu itu!

Mobil telah melewati rumah Jasmine. Kemal otomatis memutar tubuhnya ke belakang, masih ingin melihat Jasmine dan anak kecil itu.

Semoga apa yang kupikirkan tidak benar, Jasmine. Kau hanya milikku.

Dengan mata berkaca, Kemal mengingat bagaimana Jasmine memeluk anak lelaki yang sangat menggemaskan. Kulitnya putih kemerahan, dari struktur wajah, anak itu sepertinya berdarah campuran Asia-Eropa. Anak itu memiliki postur yang lebih tinggi dibanding dengan anak lelaki sebayanya. Juga jangan lupakan senyum yang menawan.

Tanpa alasan, Kemal kagum melihat anak itu. Ada daya tarik besar pada anak itu yang tak bisa dimengerti.

Detak dadanya menggebu, ada sesak yang dirasa, ada rindu yang membuncah, namun tak bisa ia gapai. Sedikit lega bahwa kini Kemal telah mengetahui di mana Jasmine berada. Walau masih menyisakan tanya, akankah mereka bisa bersama lagi? Mengingat anak yang menyambut Jasmine tadi, mungkin ceritanya akan lain. Jasmine tak lagi sendiri.

Meski pertemuan ini pahit, namun  rasa cintanya pada Jasmine tak berkurang sedikitpun. 

Kemal kembali ke mobilnya. Dalam perjalanan menuju hotel tempatnya menginap, Kemal lebih banyak diam. Pria itu larut dengan pikirannya sendiri. 

Bayangkan saja, tujuh tahun Kemal mencari Jasmine bahkan ke berbagai negara, tapi tak juga menemukannya. Memang benar, Jika belum waktunya, sekeras apapun mencarinya, maka tak akan kau dapati. Namun jika takdir telah datang, tanpa diminta pun ia tetap hadir dalam hidup.

***

Sejak pertemuan itu, pecah sudah konsentrasi Kemal. Pria itu lebih banyak melamun. Beruntung ada Heru yang membantunya menyelesaikan pekerjaan. Kemal tinggal membubuhkan tanda tangan jika sudah diperiksa oleh Heru.

Mencoba berempati, Heru memberi ruang pada bosnya untuk menyelami emosi yang ada. Kemal pasti masih syok. Sebab Heru belum pernah melihat Kemal seperti ini.

Itulah gunanya asisten pribadi, bukan? Disaat Kemal larut dengan kenangan asmaranya, Heru sibuk melanjutkan pekerjaan bosnya. 

Kemal memejam, memanggil kembali ingatan visual yang dilihatnya kemarin. Wajah menggemaskan itu muncul lagi. Bahkan tadi malam Kemal tak bisa tidur nyenyak karena mengingatnya.

"Heru, apa pendapatmu tentang anak itu? Kenapa kau bilang mirip denganku?"

Heru menghentikan kesibukkannya memantau grafik perusahaan, lalu menghadap Kemal.

"Seperti yang saya bilang, Bos. Dia seperti Anda kemasan sachet." Kemal tertawa kecil mendengarnya. Kemasan sachet?  

"Dari warna kulit, rambut, mata, bentuk wajah, mengingatkan saya pada foto Anda waktu kecil di rumah besar," lanjut Heru yakin. Iya, Heru memang seyakin itu.

"Begitu?"

"Ya, begitu."

Benarkah aku mirip dengan nak itu?

Kemal mengusap wajahnya lelah. Pikirannya dipenuhi berjuta pertanyaan untuk Jasmine. Tapi dia tak bisa langsung membredel Jasmine dengan banyak pertanyaan, kan?

"Heru, saya ingin tahu lebih banyak tentangnya. Siapa dia, siapa ayahnya, dari mana asalnya. Semua tentang Jasmine dan anak itu."

Tanpa harus dijelaskan, Heru sudah tahu apa yang Kemal inginkan. Heru segera menghubungi seorang investigator profesional yang biasa bekerja untuk perusahaan mereka. Jiwantoro.

Namun kali ini, kasus yang ditangani pria berkulit sawo matang itu bersifat rahasia. Terutama dari keluarga Ozdemir.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ibu Sang Pewaris   Bab 27. Terjebak (Lagi)

    Jasmine berjalan menuju pintu keluar. Sesampainya di lobi, wanita itu merogoh tasnya ingin mengambil ponsel untuk memesan taksi online. Tapi sial ponselnya kehabisan daya. "Bagus!" Maki Jasmine pada dirinya sendiri. "Bagaimana ini, mana di luar turun hujan." Ia mendengus pelan. Jasmine menyalahkan kecerobohannya. Gara-gara salah input tanda koma, jadi telat pulang. Padahal ia sudah sudah sangat rindu putra semata wayangnya, ditambah interaksinya dengan Kemal membuatnya ingin segera meninggalkan gedung itu. Tapi hujan tak kunjung reda. Jasmine melihat risau lagi arloji di pergelangan tangannya. "Sudah hampir jam 8 malam," keluhnya. Menatap kembali luar gedung, lalu ia berdiri. Bersiap menerobos hujan meski tak sederas tadi sore. Jasmine harus pulang saat itu juga, Zico pasti khawatir menunggu ibunya yang tanpa kabar sejak sore. Jasmine akan menunggu taksi di halte dekat gedung itu saja. Sedikit basah tak akan membuatnya sakit, kan? Jasmine sudah biasa. Wanita 30 tahun itu berl

  • Ibu Sang Pewaris   Bab 26. Berdebat Lagi

    Hari-hari berikutnya di kantor berjalan normal, setidaknya Jasmine bisa bernapas lega dan konsentrasi pada pekerjaannya. Padahal Kemal memang sengaja memberi jeda agar Jasmine tidak takut padanya.Pembicaraan mereka kemarin dirasa cukup membuat Jasmine tak berkutik. Wanita itu benar-benar terkurung lagi dalam hidup Kemal. Katakanlah untuk beberapa bulan mendatang.Bukan Jasmine tak paham, wanita itu sadar betul Kemal tak akan melepaskannya dengan mudah. Jasmine harus bersabar sambil mengumpulkan kembali pundi-pundi uangnya, baru kemudian ia benar-benar akan keluar dari perusahaan itu.Namun hari ini, Jasmine harus satu lift dengan pria yang wanginya telah lama menjadi favoritnya itu. Jasmine tak sengaja menggunakan lift direksi saat akan turun ke loby. Jasmine ingin segara pulang. Tapi tindakan cerobohnya malah memberikan keduanya waktu bersama. Keheningan menyelimuti. Jasmine tak berani bicara. Ia menggenggam eratnya. Malas melihat ke depan, dimana ada pantulan diri Kemal. Pria itu

  • Ibu Sang Pewaris   Bab 25. Mulai Berdebat

    Jasmine kembali ke kubikelnya lagi setelah diminta untuk memberikan laporan ke meja Kemal. Wanita itu menjatuhkan punggung pada sandaran kursi, seraya mengembuskan napas berat. Ia coba mengumpulkan keberanian menghadapi Kemal sendirian. Bagi Jasmine ini seperti mendatangi sendiri singa yang sedang lapar. Merelakan diri menjadi buruannya. Jasmine pusing sendiri. Tapi demi gaji dua digit-nya, Jasmine harus sanggup. Dua digit, Jasmine. Semangat! Jasmine membayangkan angka itu masuk dengan tertib ke rekeningnya tiap bulan. Membayangkan sekolah Zico, sewa apartemen dan biaya pemeliharaannya, budget makan selama satu bulan,serta gaji Mbak Murni. Dengan gaji sebesar itu, ia dapat memberikan Zico kehidupan yang lebih baik. Dan yang paling utama, ia bisa hidup mandiri tanpa merepotkan Zacky lagi. Dengan segera beranjak dari kubikelnya menuju lantai paling horor di gedung ini. Lantai tempat Kemal berada. Sampai di cluster khusus pimpinan, Jasmine bertemu dengan Hansen, sekretaris

  • Ibu Sang Pewaris   Bab 24. Skak Mat

    "Kembali ke tempat dudukmu!" perintah Kemal bak sengatan listrik yang membuat Jasmine kena serangan jantung. Skak mat! Jasmine kembali ke kursinya dengan wajah memerah karena malu. Tidak ada yang tahu bahwa dua orang itu saling kenal, mereka hanya melihat kasihan pada Jasmine, di rapat pertamanya wanita itu harus mendapat teguran dan tatapan tajam dari big bos mereka. Jasmine hanya bisa berharap rapat ini berjalan singkat. Iya, semoga saja singkat. Sebab dirinya jadi kesulitan napas karena serangan jantung mendadak yang dialaminya barusan. Jasmine berusaha fokus meski sulit. Diam-diam ia memperhatikan Kemal. Pria yang telah ia tinggalkan tujuh tahun itu, terlihat berbeda sekarang. Kemal lebih bisa mengendalikan diri, dengan tetap fokus pada materi rapat, diskusi dengan para petinggi yang lain, walau sesekali tatapan mereka bertemu, Kemal dengan cepat memutusnya dan menguasai diri. Jasmine tahu, Kemal pasti ingin berbicara banyak dengannya. Mengingat pertemuan tak sengaja

  • Ibu Sang Pewaris   Bab 23. Bertemu (Lagi)

    "Jasmine, jangan lupa meeting gabungan nanti sore, ya." Rekan kerja Jasmine mengingatkan."Meeting gabungan, Mbak Pur?""Iya. Big Boss mendadak ngadain meeting gabungan. Feelingku sih buat nyecer anak-anak tentang mega proyeknya, katanya ada masalah," terang Mbak Pur. "Tapi aku baru gabung, Mbak. Belum megang proyek itu." Jasmine tiba-tiba gugup. "Tenang, kamu siapin aja bahan dan laporan tim kita. Filenya ada di folder ini." Mbak Pur menunjuk pada layar komputernya, menunjukkan folder yang harus Jasmine lihat. "Aku juga bikin kok, biar nanti kita bisa saling back up, in case si Boss tanya-tanya," terangnya lagi.Jasmine hanya mangguk-mangguk pasrah. Sore itu, pekerjaannya hampir selesai. Jasmine sudah membayangkan akan pulang cepat dan menemani Zico ke toko buku seperti permintaannya tadi pagi. Namun sayang, rupanya ada rapat dadakan yang harus dihadirinya. Ini adalah rapat gabungan pertama baginya, dan Jasmine harus menampilkan performa terbaik nanti.Bersama dengan staff yang lai

  • Ibu Sang Pewaris   Bab 22. Ibu Sang Pewaris

    Hansen mulai membuka mata, terbangun dari tidur indahnya sepanjang hari. Pria itu merasa linglung, sedikit pusing dan tentu saja, pegal-pegal karena seharian tidur meringkuk di sofa empuk. "Loh kok aku di sini?" ucapnya tak sadar dengan apa yang terjadi. Hansen menggerakkan otot badannya yang kaku. Lehernya pun digerak gerakkan hingga terdengar bunyi 'kretek-kretek'. “Eh ko Hansen udah bangun. Enak tidurnya, ko?" Heru menyindir rekan kerjanya. Sementara Hansen hanya meringis. Beruntung Kemal sedang tidak ada di ruangannya. Jam segini, Kemal sedang asyik memata-matai Jasmine. Hansen, resepsionis dan security di lantai direksi diminta untuk berkumpul oleh Heru. Pria itu melakukan briefing dadakan. “Mulai sekarang, siapapun, perempuan manapun yang ngaku-ngaku saudara, pacar, tunangannya Bos Kemal, DI-LA-RANG naik apalagi sampai masuk menemui Bos. Gak usah minta persetujuan segala, kelamaan. Langsung BLOCK aja dari kalian. Paham?!" Heru memberi arahan serius. "Paham!" Mereka menj

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status