Home / Rumah Tangga / Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin / Bab 49 : Aku Ingin Kamu Tetap Di Sini

Share

Bab 49 : Aku Ingin Kamu Tetap Di Sini

Author: NACL
last update Last Updated: 2025-03-30 20:43:10

“Apa maksud, Bapak?” Alis Yasmin mengerut dalam, iris hitamnya menatap lekat pada Barra.

Sudut bibir Barra berkedut samar, pria itu lantas memutar tubuh dan bersandar pada lemari yang dipenuhi buku tebal. Membuat pandangan Yasmin mengikuti pria itu.

“Tetaplah di sini sampai mereka besar,” sahut Barra pada akhirnya.

Akan tetapi, ucapan itu sangat ambigu bagi Yasmin. Dia tidak lantas menjawab, melainkan terdiam sejenak untuk mencerna kata-kata itu.

Melihat keterdiaman Yasmin, Barra memundurkan tubuh dan membuka laci, lalu mengeluarkan map cokelat. Dia menggoyangkan benda itu di hadapan Yasmin.

“Perbarui kontrak ibu susu.” Barra menyerahkan map itu pada Yasmin.

Ucapan itu menciptakan suasana tegang di antara mereka begitu nyata. Yasmin menatap Bara dengan perasaan bercampur aduk. Kata-kata pria itu masih terngiang di telinganya, membuat dadanya sesak.

"Apa maksud Bapak dengan … mengubah kontrak ini?" Yasmin akhirnya membuka suara.

Bara menatap wanita itu dalam, seolah tengah merangkai ka
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 50 : Sikap Ambigu Barra

    Pagi ini, Yasmin terbangun lebih awal dari biasanya. Udara masih sejuk, embusan angin menyelusup dari celah jendela, membuatnya merapatkan kedua lengan di tubuh.Dikeluarkannya gaun menyusui biru muda yang pernah dibelikan oleh Barra, lalu mengenakannya dengan rapi. Rambut panjangnya ia sanggul sederhana. Hari ini, dia ingin mempersiapkan sesuatu yang istimewa.“Ayunya, kamu, Nduk,” puji Mbok Inah menatap Yasmin. “Rotinya dibawa sekarang, aja. Sebentar lagi Bapak turun.”Yasmin tersenyum lembut.Di dapur, aroma srikaya yang manis berpadu dengan wangi teh melati yang baru saja diseduh. Yasmin membantu Mbok Inah memasak, kali ini, tangannya sendiri yang meracik hidangan spesial—roti bakar resep peninggalan ibunya. Jemarinya sedikit gemetar, bukan hanya karena udara pagi yang masih dingin, tetapi juga karena hatinya berdegup kencang. Hari ini, ia akan memberi jawaban pada Barra.Saat Yasmin melangkah ke ruang makan, Barra sudah duduk di sana. Pandangan pria itu segera tertuju padanya, m

    Last Updated : 2025-03-31
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 51 : Kamu Menikmati Ini Bukan?

    Yasmin menghentikan langkahnya begitu melihat sosok wanita cantik yang menggendong Cleo. Hatinya mencelos saat keakraban kedua bayi itu dengan orang lain.Dengan suara tercekat, Yasmin bertanya, "Pak Barra, siapa—"Ucapan Yasmin terhenti karena Barra hanya menoleh sekilas padanya, dan pria itu berjalan dengan tegap menuju wanita yang duduk anggun di sofa. Yasmin menelan ludah, menatap punggung pria itu, lalu mengalihkan pandangan pada tamu yang tidak dikenalnya.Wanita itu tampak begitu cantik, dengan gaun biru tua yang membalut tubuhnya dengan sempurna. Wajahnya bersih, senyumnya lembut, tetapi Yasmin harus merasa waspada.Dia melangkah maju, mendekat, dan merasakan suasan hening serta tegang ruangan ini."Kapan Mami datang ke sini?" tanya Barra dengan nada datar.‘Mami?’ batin Yasmin. Dia mengerjap, sangat terkejut ketika melihat Barra membungkuk sedikit dan mengecup tangan wanita itu dengan takzim.Wanita itu tersenyum, mengusap pipi Barra lembut. "Baru saja. Seharusnya Mami member

    Last Updated : 2025-03-31
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 52 : Harus Berduaan Lagi?

    Yasmin berdiri tegak di depan Barra, meskipun dalam hatinya, dia merasakan ketidaknyamanan yang teramat sangat. Sorot mata pria itu tajam, mutlak menuntut jawaban. Namun, kali ini Yasmin tidak berniat menghindar. Kendati ada luka di matanya, tetapi dia tak akan mundur."Apa gaji sebagai ibu susu dan ibu anak-anak ini tidak cukup?" Barra menyeringai, "Sekarang kamu mau mendekati Mami juga? Untuk apa? Supaya dapat lebih banyak keuntungan?"Dada Yasmin bergemuruh dan tangannya mengepal di sisi tubuh. "Saya memang butuh uang, Pak." Suaranya bergetar. "Tapi saya bukan penjilat. Bapak salah menilai saya. Dan terus terang saja, saya sudah capek. Terserah Bapak mau berpikir apa, karena apapun yang saya jelaskan, tetap saja salah di mata Bapak!”Untuk sejenak Barra terdiam. Mata cokelat pria itu menelusuri wajah Yasmin, mencari celah untuk membantah. Namun, kali ini, dia tidak menemukan apa pun. Lengannya sedikit melemah.Melihat kesempatan itu, Yasmin segera mendorong pria itu menjauh, lalu b

    Last Updated : 2025-04-01
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 53 : Caranya Menatapku Berbeda?

    Yasmin mendorong dua kereta bayi menuju mobil, berhati-hati agar tidak mengguncang Boy dan Cleo yang baru saja tertidur. Baru beberapa langkah lagi, tiba-tiba sebuah tangan besar mengambil alih kedua pegangan kereta."Biar aku saja. Kamu terlalu lambat," ujar Barra dengan nada datar.Yasmin merengut mendengar komentar itu, tetapi memilih untuk tidak membalas. Tidak ada gunanya berdebat dengan pria yang bahkan lebih dingin daripada Kutub Selatan itu.Saat Boy sudah terbaring nyaman di car seat, Yasmin berusaha menggendong Cleo. Namun, tepat ketika tangannya menyentuh tubuh bayi itu, punggung tangannya bersentuhan dengan jemari Barra.Keduanya sama-sama terdiam. Mata mereka bertemu sejenak, ada sesuatu yang tersirat di antara mereka. Yasmin buru-buru menarik tangannya, sementara Barra dengan tenang meletakkan Cleo di samping Boy.Yasmin berniat duduk di belakang bersama si kembar, tetapi dengan cepat tangan Barra mencengkeram pergelangan tangannya, membuat wanita itu tersentak."Duduk di

    Last Updated : 2025-04-02
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 54 : Tempat Spesial

    Benar, mungkin itu hanya perasaan Yasmin saja. Dia tidak boleh terjerat, karena semua pria sama saja. Lihatlah, sekarang pria itu memotong-motong iga bakar dalam diam, dan tidak memesankan Yasmin makanan yang lain.“Pak, saya maunya iga bakar,” ucap Yasmin pelan.Barra tetap diam, tetapi detik berikutnya dia menuangkan sayuran dan saus ke piring."Ini makanlah, kalau pesan yang baru, terlalu lama," perintah pria itu tegas. Lalu mendorong perlahan piring ke hadapan Yasmin.Yasmin menunduk, merasa aneh dengan perasaan hangat yang mengalir di dadanya. Dia mengangguk pelan dan mulai menyantap makanannya."Boy, sayang, diam dulu, ya, Bunda mau makan," bisik Yasmin, mencoba menenangkan bayi aktif itu.Di seberangnya, Barra memperhatikan tanpa banyak bicara. Sesekali pria itu mengulurkan tangan, mencoba mengambil alih Boy, tetapi bayi itu justru makin merengek. Yasmin akhirnya makan menggunakan satu tangan.Saat dia kesulitan mer

    Last Updated : 2025-04-02
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 55 : Jangan Takut

    "Bu ... Sarah ..." bisik Yasmin lirih. Dia membeku di tempat dengan napas tersengal saat melihat sosok di haadapannya. Tangan wanita itu mencengkeram erat pegangan kereta bayi, dan iris hitamnya mencari-cari keberadaan Barra di sekitar. Namun, pria itu tak terlihat.Sarah melangkah mendekat dengan sorot mata tajam, penuh kebencian. "Kamu benar-benar nggak tahu malu, Yasmin! Masih berani berkeliaran di Jakarta setelah semua yang kamu lakukan!"Yasmin menelan ludah dengan susah payah. Kakinya terasa berat untuk melangkah."Aku ... tapi aku tidak melakukan apa-apa, Bu," sahut Yasmin, intonasinya terdengar sangat pelan."Heh, wanita kampung, jangan pura-pura bodoh!" Sarah mendesis, "dasar sok polos. Jelas-jelas kamu bersaksi dan bocorin hubunganmu dengan Bram. Dapat uang berapa dari jual cerita itu, hah?"Yasmin menggeleng lemah, matanya sudah berkaca-kaca membuat penglihatannya memburam."Jangan pikir kamu bisa lolos gitu saja!" lanjut Sarah dengan nada penuh ancaman. "Aku pasikan kamu

    Last Updated : 2025-04-03
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 56 : Sulit Berpaling Darimu

    “Ada perlu apa, Sarah? Cepatlah, aku tidak punya waktu lama!” seru Airin begitu memasuki Well Coffee. Dia meletakkan tas branded-nya di atas meja dengan sengaja, seolah ingin menunjukkan statusnya. “Uang lagi, hah?” lanjutnya sinis. Hari ini, dua wanita paruh baya itu benar-benar bertemu di coffee shop, bahkan sebelum tempat itu ramai oleh pengunjung. Sarah sudah memilih tempat paling ujung agar percakapan mereka lebih leluasa. Sarah menggeleng tegas, matanya menatap tajam ke arah Airin. “Duduk, Jeng! Ini penting banget.” Airin mendesah lalu duduk di samping teman arisan sosialitanya. Dengan cepat, Sarah mendekatkan wajahnya, lalu berbisik, “Jeng, mantan mantuku, si Yasmin, kenapa bisa jadi ibu susu cucumu?” Hening sejenak. Airin menarik napas, sementara otaknya memproses informasi itu. Dia bahkan memejamkan mata sebentar, mencoba mengingat. Begitu terbuka, matanya langsung membelalak. “Masa iya si gembel itu mantan mantumu? Yang anaknya meninggal itu ‘kan?” Sarah mengangguk tega

    Last Updated : 2025-04-03
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 57 : Dianggap Sengaja?

    "Yasmin, pilih saja beberapa baju untukmu dan para babysitter di rumah," perintah Kezia sambil menunjuk rak pakaian.Aroma parfum mahal bercampur dengan semerbak kain baru memenuhi butik mewah itu. Yasmin berjalan di belakang Mami Kezia, sementara Barra berdiri tidak jauh, wajahnya setengah tertutup masker hitam. Meskipun begitu, sorot matanya tetap tajam, mengawasi setiap pergerakan di sekeliling.Akhir pekan ini Kezia memaksa Barra untuk ikut serta ke mall. Tentu menggagalkan rencana Barra yang ingin menghabiskan waktu di kantor.Sementara Yasmin langsung menatap deretan gaun dan blus yang menggantung rapi. Matanya bergerak ke kanan dan kiri, mencoba memilih, tetapi semua terlihat sama baginya.Mahan dan mewah.Barra, yang sejak tadi diam, tiba-tiba melangkah mendekat dan berdiri tepat di belakang Yasmin. Pria itu mengambil dua blus pastel."Yang ini cocok buat kamu," kata pria itu santai sambil menyerahkan pakaian ke tangan Yasmin.Yasmin menatap Barra sejenak, lalu tersenyum kecil.

    Last Updated : 2025-04-03

Latest chapter

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 117 : Yang Spesial

    Tidak!Ini salah. Mana mungkin seorang majikan terus mendekat seperti ini kepada pekerjanya?Yasmin tahu dia harus segera menjauh. Tubuhnya beringsut perlahan ke sisi kursi besi. Namun, baru saja tangannya menyentuh besi dingin di samping, dan tubuhnya sedikit terangkat, tangan hangat pria itu merangkum wajahnya, lalu sesuatu yang lembap dan lembut menyentuh keningnya.Hangat dan menenangkan. Yasmin membeku dibuatnya.Sudah pernah menikah, tetapi Yasmin belum sekalipun merasakan sentuhan sehalus dan setulus ini. Bukan nafsu, bukan pura-pura. Rasanya seperti … penerimaan."Mas...," gumamnya. Kepala Yasmin terangkat, dan manik hitamnya bertemu dengan sorot cokelat milik pria itu. Penuh cahaya yang memantulkan kerlip lampion dari kejauhan.Sebelum Yasmin sempat bertanya apa maksud semua ini, Barra lebih dulu bicara. "Bisa kenal lebih dekat?"Yasmin hanya bisa berkedip dengan mata yang membulat. Ini terlalu cepat. Sentuhan itu barusan … maksudnya apa? Lalu ucapan ini? Satu hal pasti—Barra

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 116 : Sama-sama Single

    Untuk sejenak, ruangan itu menjadi hening. Bahkan Yasmin bisa merasakan helaian rambutnya yang tertiup udara dari pendingin ruangan. Wanita itu menelan saliva saat Barra makin mendekat dan ...."Malam ini kamu punya waktu, bukan?" bisik pria itu, tepat di telinganya.Napas hangat Barra membelai daun telinga Yasmin, dan suara beratnya membuat sekujur tubuh wanita itu bagai disetrum. Ia menggigil pelan, tanpa bisa mengelak dari efek suara yang menelusup hingga ke nadinya.Aneh, Yasmin tidak mempertimbangkan jawaban. Dengan mudahnya dia mengangguk, seolah terhipnotis oleh cara bicara pria itu. Bahkan ketika Barra tersenyum, Yasmin hanya terpaku menatapnya. Demi Tuhan, pria itu benar-benar seperti serangan jantung yang datang tiba-tiba."Nanti aku tunggu kamu di lobi," kata Barra seraya melepaskan tangannya dari tubuh Yasmin.Barra lantas bersikap biasa saja, seolah tak terjadi apa-apa. Namun, bagi Yasmin itu luar biasa. Kini, dia sulit menjalani perannya sebagai Ibu Peri di mata anak-ana

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 115 : Mr. Barra Bear

    Mata bulat Yasmin masih membesar mendengar ucapan pria itu. Dia sungguh tidak tahu harus merespons apa. Pandangannya beralih ke arah kanan, melihat yang lainnya mulai berjalan ke tempat sama. Ah, dia akan sekamar saja dengan Mbok Inah. Aman. Yasmin pun mengangguk mantap, pura-pura kalem padahal gugupnya merambat ke ubun-ubun.“Kenapa?” tanya Barra serius, tetapi sudut bibirnya yang terangkat membuat Yasmin menatap curiga.“Saya mau kasbon, Mas,” ucap Yasmin akhirnya, setengah menunduk. Barra menaikkan satu alis, menunggu penjelasan. Yasmin pun menambahkan, “Umm … itu, untuk sewa kamar di sini. Masa saya harus sekamar sama Mas?”Tawa Barra meledak seketika. Pria itu langsung merangkul bahu Yasmin secara impulsif, membuat wanita itu kaget bukan main. Dia mengedip-ngedipkan mata, mencoba memproses apa yang baru saja terjadi. Jantungnya berdetak seperti genderang perang.Terdengar bunyi ‘beep’ saat kartu menyentuh sensor, diikuti garis hijau pada handle pintu. Pintu terbuka lebar. Tanpa

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 114 : Satu Kamar Denganku

    Mata Cindy mengerjap, tetapi kelopak itu berat untuk terbuka. Samar-samar, dia teringat Bram menyuntikkan sesuatu ke lengannya. Namun, telinga wanita itu menangkap suara ketikan keyboard dan hiruk-pikuk yang asing. Apa ini mimpi?“Bram sialan!” geramnya pelan.Dia sontak terkejut—karena bisa bicara. Cindy memaksa membuka mata. Cahaya ruangan menyilaukan, suasana ini jauh berbeda dari tempat sebelumnya. Sebelum sempat bangkit, seorang polwan mendekat dan membuka ikatan di tangan Cindy.“Jaga sikap!” hardik Polwan itu, “Pelapor masih berbaik hati mengantarmu ke sini. Bukan main hakim sendiri.”“Hah? Pelapor?” Cindy menyeringai sinis. “Bram? Baik hati?”Yang benar saja. Pria itu jelas-jelas mempermainkannya hingga dia pingsan karena ketakutan. Suntikan itu … ternyata hanya berisi air bening biasa. Permainan kotor!Duduk di kursi seberang, Bram menatap tajam. Dengan satu isyarat tangan, dia menegaskan bahwa Cindy tidak bisa lari ke mana pun.Belum sempat Cindy membalas tatapan itu, petug

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 113 : Monster Betina vs Jantan

    Cindy tahu pasti Sarah menerima informasi entah dari Bram, atau mungkin … Barra yang menghasut. Namun, dia bangkit sambil memegangi pipinya yang masih mati rasa.“Tante, dengar dulu penjelasan aku,” elaknya, tidak menyerah.“Aku memang benci sama si Yasmin, tapi nggak sangka kawan sendiri jadi lawan. Jahat kamu!” seru Sarah, tangannya menunjuk-nunjuk wajah Cindy.Cindy tertawa miris. “Tan, pengadilan aja belum kasih keputusan. Jadi … semua info yang Tante dengar bisa aja palsu,” katanya, mencoba terdengar tenang. Meskipun debar jantungnya bergejolak hebat.“Ah … banyak omong!” Sarah kembali mendorong Cindy dengan keras. Emosi wanita paruh baya itu meledak. Dia menarik rambut dan mencakar kulit mulus Cindy. Lorong rumah sakit seketika berubah jadi ‘ring’ pertarungan.“Beraninya kamu membunuh anakku!”Cindy berontak. Dia bahkan menarik tubuh Sarah hingga keduanya jatuh dan bergumul di lantai. Teriakan dan cacian membahana, membuat lorong rumah sakit jadi tontonan public. Para perawat pu

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 112 : Kenapa Jadi Seperti Ini?

    “Mas Bram …,” bisik Yasmin dengan tangan menutup mulut dan mata yang berkaca-kaca.Barra melirik Yasmin, lalu berkata, “Ya. Dia bersaksi untuk kamu.”Yasmin tidak kuasa menahan air mata. Pria itu ... ternyata masih hidup pascapenikaman oleh Cindy. Bahkan masih bersedia membantunya.Wajah Bram tampak pucat. Pandangannya tajam, tenang, dan tanpa ragu. Kini dia duduk di kursi saksi dan mulai bicara. Pria itu menjelaskan semua, dari kejadian beberapa hari sebelumnya hingga upaya Cindy untuk membunuhnya.Kondisi ruangan makin riuh. Mereka semua saling berbisik dan bertanya-tanya, tidak menyangka mendengar kesaksian Bram.Jaksa sempat menoleh ke arah bangku penonton, lalu menggeram pelan. Tangannya mengetuk-ngetuk pulpen di meja dengan ritme tak sabar. Matanya menyipit tajam menatap Bram, lalu ke arah hakim. “Kami ... akan meninjau ulang seluruh keterangan saksi dan bukti,” gumamnya, denagn nada yang mulai terdengar goyah.Dari barisan kursi khusus kuasa hukum, seorang pria bertubuh tegap t

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 111 : Bersiap Untuk Pertunjukkan

    Cindy menyeringai kecil. Sudut bibirnya naik pelan, seolah menahan gelak puas. Matanya menyapu tubuh Bram yang terbaring diam. Jemari wanita itu menggenggam suntikan berisi cairan bening.Dengan gerakan cepat, dia menyuntikkan cairan itu ke saluran infus. Lalu menunggu beberapa detik.Akan tetapi, detik demi detik berlalu, Bram masih terdiam. Tidak ada kejang, atau napas memburu."Kenapa nggak kejang-kejang juga, sih? Apa obatnya kurang?" gumam Cindy lirih, keningnya berkerut.Suara langkah membuat wanita itu menoleh. Seorang perawat masuk dengan senyum ramah."Maaf, Bu. Waktu besuknya sudah habis."Cindy mengubah raut wajahnya dalam sekejap. Dia berdiri tenang, menyimpan suntikan ke tas, dan berjalan keluar dengan anggun.Di luar, Airin tengah duduk di samping Sarah yang tertidur. Cindy menghampiri sambil tersenyum lebar."Gimana? Berhasil ‘kan? Mami nggak sabar datang ke kuburan si B—"Cindy buru-buru menempelkan jari telunjuk ke bibir diiringi sorot mata yang tajam."Beres, Mam. T

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 110 : Licik

    Barra mengetuk-ngetukkan jemari di atas layar tabletnya. Napas pria itu memburu, sesak oleh tekanan pikiran. Dia melonggarkan dasi yang menjerat leher, membuka dua kancing teratas kemeja putih yang sudah kusut. Jemarinya terangkat, memijat pelipis perlahan, seakan berharap beban di kepala dapat menguap bersama rasa nyeri yang menyelip."Pak, kita langsung ke kantor atau Anda ingin pulang dulu?" tanya Bahtiar yang duduk di samping sopir.Barra tidak menjawab. Pandangannya kosong, tenggelam dalam pusaran pikirannya sendiri."Pak?" Bahtiar kembali menoleh ke belakang, kali ini lebih khawatir. "Anda baik-baik saja?"Barra mengangguk samar, lalu akhirnya bersuara. "Minta data seluruh rekam medis Mami Airin, Cindy, Berliana ... dan mendiang Papi Ben. Aku membutuhkannya.""Baik, Pak. Sekarang kita ke—""Pulang. Aku ingin melihat anak-anak," potong Barra. Dia menyerahkan tabletnya kembali pada Bahtiar, lalu menyandarkan kepala dan memejamkan mata. Entah tidur, atau hanya menghindar dari dunia

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 109 : Ketakutan vs Ancaman

    "Mas Barra ke mana, Pak? Kenapa tidak ke sini?" tanya Yasmin pada Bono. Manik hitam wanita itu menyapu ke arah ruangan besuk, menatap pintu. Dia sungguh berharap petugas membukanya dan menampakkan sosok Barra di sana.Akan tetapi, setelah menanti selama lima menit, tidak ada pergerakan apa pun. BAhkan ketika pintu terbuka, justru pengunjung lain yang datang. Harapan Yasmin perlahan sirna.Sudah beberapa hari ini dia tidak mendapat kunjungan dari Barra, dan kini justru Bono yang datang.Pengacara magang itu melengkungkan senyum tipis. Dia menyodorkan mangkuk tertutup dari meja makan, disertai sebotol vitamin khusus ibu menyusui."Pak Barra titip ini untuk kamu. Sup iga dan vitaminnya," jelas Bono dengan suara pelan."Terima kasih, Pak Bono." Yasmin menerimanya. Aroma sup hangat itu menyeruak ke hidungnya, memunculkan rasa haru yang perlahan menyusup. Tangannya menggenggam erat botol vitamin yang biasa dia konsumsi. Rupanya, Barra tetap mengingat ucapan darinya.Pada pertemuan terakhir m

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status