Home / Rumah Tangga / Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin / Bab 56 : Sulit Berpaling Darimu

Share

Bab 56 : Sulit Berpaling Darimu

Author: NACL
last update Last Updated: 2025-04-03 12:07:55
“Ada perlu apa, Sarah? Cepatlah, aku tidak punya waktu lama!” seru Airin begitu memasuki Well Coffee. Dia meletakkan tas branded-nya di atas meja dengan sengaja, seolah ingin menunjukkan statusnya. “Uang lagi, hah?” lanjutnya sinis.

Hari ini, dua wanita paruh baya itu benar-benar bertemu di coffee shop, bahkan sebelum tempat itu ramai oleh pengunjung. Sarah sudah memilih tempat paling ujung agar percakapan mereka lebih leluasa.

Sarah menggeleng tegas, matanya menatap tajam ke arah Airin. “Duduk, Jeng! Ini penting banget.”

Airin mendesah lalu duduk di samping teman arisan sosialitanya. Dengan cepat, Sarah mendekatkan wajahnya, lalu berbisik, “Jeng, mantan mantuku, si Yasmin, kenapa bisa jadi ibu susu cucumu?”

Hening sejenak. Airin menarik napas, sementara otaknya memproses informasi itu. Dia bahkan memejamkan mata sebentar, mencoba mengingat.

Begitu terbuka, matanya langsung membelalak. “Masa iya si gembel itu mantan mantumu? Yang anaknya meninggal itu ‘kan?”

Sarah mengangguk tega
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (4)
goodnovel comment avatar
ORTYA POI
Cuma ibu susu tetapi dapat perhatian juga
goodnovel comment avatar
NACL
bab 57 sudah bisa dibuka ya Kakak kakak
goodnovel comment avatar
NACL
kakak kakak setelah Bab 56 tolong jangan dibuka!!!!! aku salah kamar
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 57 : Dianggap Sengaja?

    "Yasmin, pilih saja beberapa baju untukmu dan para babysitter di rumah," perintah Kezia sambil menunjuk rak pakaian.Aroma parfum mahal bercampur dengan semerbak kain baru memenuhi butik mewah itu. Yasmin berjalan di belakang Mami Kezia, sementara Barra berdiri tidak jauh, wajahnya setengah tertutup masker hitam. Meskipun begitu, sorot matanya tetap tajam, mengawasi setiap pergerakan di sekeliling.Akhir pekan ini Kezia memaksa Barra untuk ikut serta ke mall. Tentu menggagalkan rencana Barra yang ingin menghabiskan waktu di kantor.Sementara Yasmin langsung menatap deretan gaun dan blus yang menggantung rapi. Matanya bergerak ke kanan dan kiri, mencoba memilih, tetapi semua terlihat sama baginya.Mahan dan mewah.Barra, yang sejak tadi diam, tiba-tiba melangkah mendekat dan berdiri tepat di belakang Yasmin. Pria itu mengambil dua blus pastel."Yang ini cocok buat kamu," kata pria itu santai sambil menyerahkan pakaian ke tangan Yasmin.Yasmin menatap Barra sejenak, lalu tersenyum kecil.

    Last Updated : 2025-04-03
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   INFO PENTING

    Kakak Kakak setelah bab 56 tolong jangan dibuka itu bab 280 karena bukan cerita Pak Pengacara Mohon maaf salah kamar ༎ຶ⁠‿⁠༎ຶ

    Last Updated : 2025-04-03
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   INFO PENTING (TANYA JAWAB)

    Malam Kak Author mohon maaf, ya, salah update. Dikarenakan posisi sedang libur panjang, jadi ada kendala untuk perbaikan. Selain itu, bab salah (208) bisa author edit menjadi bab yang benar (57) Jadi bagi Kakak yang sudah membuka bab nantinya tidak kehilangan manfaat. Hanya saja, untuk edit ini memerlukan persetujuan tim GN (editor dan cs) Sedangkan pihak GN baru kembali beroperasi pada tanggal 8 April. Tapi author akan tetap update bab setelahnya, itu artinya kakak akan terlambat baca bab 57 (karena perlu persetujuan) tapi bisa tetap lanjut bab selanjutnya. Kalau dihapus Babnya, Kakak yang sudah buka jadi kehilangan manfaat. Boleh bantu jawab, ya, Kakak Kakak sebab buku ini juga nggak mungkin libur update lama. sekali lagi author mohon maaf.

    Last Updated : 2025-04-03
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 58 : Lembut, Muda dan Polos

    “Silakan sarapan, Mi. Ini roti bakar cokelat dan teh chamomilenya.” Yasmin meletakkan piring di hadapan Kezia yang tersenyum lembut. Tatapan wanita ini tak sedikit pun mengarah ke Barra yang sejak tadi menatapnya tajam. Bahkan ketika Yasmin hendak membalikkan badan untuk pergi, suara berat pria itu menahannya. “Sarapan untukku mana?” “Nasih gorengnya sebentar lagi Mbok Inah antar, Pak,” jawab Yasmin tenang dan tegas. Dia melirik Kezia, lalu menunduk sopan. “Mami, Yasmin mau lanjut pompa ASI, ya.” Kezia hanya mengangguk. Matanya menyelidik, memperhatikan percakapan singkat yang sarat ketegangan antara putranya dan wanita muda itu. Begitu Yasmin berbalik, Barra langsung bangkit dan mengikuti langkahnya. Yasmin mempercepat langkah menuju kamar anak-anak. Namun, belum sempat menutup pintu, Barra lebih dulu masuk dan menutup rapat, menguncinya dari dalam. “Bapak mau apa?!” sergah Yasmin. Suaranya naik satu oktaf. “Ini rumahku. Aku bebas masuk ke mana saja,” jawab Barra santai dengan

    Last Updated : 2025-04-04
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 59 : Melecehkanku?

    Siang hari ini dibumbui dengan kecanggungan. Sedari tadi, Yasmin terus menunduk dan meremas jemarinya. Kejadian beberapa saat lalu benar-benar membuatnya tak tahu harus berkata apa."Jadi Barra ... apa yang kamu lakukan? Mami tidak—"Barra yang duduk di tepi ranjang segera menyela, "Mami salah paham. Itu..."Sialnya, Barra sendiri tak bisa menjelaskan alasan atas perbuatannya. Bahkan dia pun bingung kenapa bisa bertindak sejauh itu.Ucapan setengah hati itu membuat Yasmin menatap punggung pria itu. Bibirnya merengut, lalu dengan gugup dia merapikan bagian atas bajunya—padahal tubuhnya sudah tertutup. Entah kenapa, dia tetap merasa seolah dilihat secara telanjang.Dia menggeleng pelan, berusaha menepis pikiran bahwa Barra ingin melecehkannya."Kalian sudah dewasa, sama-sama single. Mami tahu apa yang kalian rasakan, tapi kalian harus bisa menahan diri," pesan Kezia, dengan mata yang membesar memperhatikan gerak-gerik Yasmin dan Barra.Sebelumnya Kezia sudah meminta Airin menunggu di rua

    Last Updated : 2025-04-05
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 60 : Aku Juga Haus!

    Untuk sesaat, jarak antara keduanya sangat dekat. Yasmin bisa merasakan embusan napas hangat dari Barra yang beraroma mint. Jantungnya berdebar keras, tetapi dia terlalu terpaku menatap manik mata cokelat pria itu yang seperti menghipnotisnya.Dengan bibir bergetar, Yasmin berusaha bertanya, “Apa yang mau Bapak katakan?”Barra menghela napas, lalu perlahan melepaskan tangannya dari pergelangan Yasmin. Keduanya serempak mundur satu langkah, menjaga jarak aman.Hanya saja, pandangan mereka masih saling mengunci, seolah tidak ada sudut lain yang bisa diperhatikan.“Aku sudah tahu kejadian di kafe,” ucap Barra akhirnya. Nada suaranya yang datar, tetapi membuat Yasmin tersenyum masam.Ucapan itu membuatnya kembali teringat pada sikap Barra kemarin—tuduhan dingin yang melukai harga dirinya.Ya, Yasmin tahu dirinya bukan berasal dari keluarga terpandang, tapi bukan berarti dia bisa diperlakukan semena-mena.Yasmin menarik napas panjang dan mengalihkan pandangan dari wajah pria tampan yang a

    Last Updated : 2025-04-05
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 61 : Jangan Mimpi Jadi Istriku!

    “Apa maksud Bapak?” tanya Yasmin, suaranya menegang dan sorot matanya mengeras. Dia sungguh tidak menyangka ucapan yang sederhana pada Boy, justru ditanggapi oleh pria itu.“Aku ini haus, mau minum air putih!” tegas Barra, nadanya menyebalkan, dan tatapan pria itu yang sinis membuat Yasmin ingin mengelus dada.“Kalau begitu, Bapak bisa ambil sendiri ke dapur,” balas Yasmin, kali ini intonasinya datar dan dingin.“Aku juga tahu,” tukas Barra, masih dengan nada menyulut emosi.Yasmin menarik napas panjang. Dari ekor matanya, dia menangkap pria itu mengangkat sebelah alis dan bibirnya terangkat miring penuh ejekan. Yasmin membalikkan badan, mengelus dada yang terasa panas, meskipun wajahnya terjaga manis di hadapan Boy.“Iya, Sayang, mimik yang banyak, ya. Supaya cepat besar dan makin ganteng,” gumam Yasmin lembut, lalu mencium puncak kepala bayi itu.Tidak lama kemudian, terdengar pintu terbuka. Yasmin melirik ke arah kaca, Barra sudah pergi. Baru saat itu dia bisa bernapas lega.Sekita

    Last Updated : 2025-04-05
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 62 : Apa Maumu yang Sebenarnya?

    “Tol—”Mulut Yasmin kembali dibekap dengan kasar. Tubuhnya diseret masuk ke dalam toilet pria tanpa sempat melawan. Napas wanita itu tertahan, panik dan matanya membelalak mencoba mengenali sosok di hadapannya, tetapi pria itu memakai masker dan topi hitam yang menutupi seluruh wajah.Yasmin berusaha bergerak untuk melawan, tetapi percuma. Kedua tangannya dikunci kuat, tubuhnya dihimpit, tak mampu meninju, apalagi menendang.“Pergi dari rumah Barra Armend sekarang juga. Kalau tidak, hidupmu akan kuhancurkan!” bisik pria itu dengan suara berat dan tajam, membuat tubuh Yasmin merinding.Dia tidak mengenali suara itu. Hanya saja, aroma parfum yang menguar … seperti pernah dia hirup sebelumnya. Ada rasa tak asing yang menusuk hidung, membuatnya makin waspada.Yasmin menggeleng. Meskipun tubuhnya gemetaran hebat, dia berusaha mengingat kata-kata Barra :‘Jangan takut lagi.’Dia m

    Last Updated : 2025-04-06

Latest chapter

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 117 : Yang Spesial

    Tidak!Ini salah. Mana mungkin seorang majikan terus mendekat seperti ini kepada pekerjanya?Yasmin tahu dia harus segera menjauh. Tubuhnya beringsut perlahan ke sisi kursi besi. Namun, baru saja tangannya menyentuh besi dingin di samping, dan tubuhnya sedikit terangkat, tangan hangat pria itu merangkum wajahnya, lalu sesuatu yang lembap dan lembut menyentuh keningnya.Hangat dan menenangkan. Yasmin membeku dibuatnya.Sudah pernah menikah, tetapi Yasmin belum sekalipun merasakan sentuhan sehalus dan setulus ini. Bukan nafsu, bukan pura-pura. Rasanya seperti … penerimaan."Mas...," gumamnya. Kepala Yasmin terangkat, dan manik hitamnya bertemu dengan sorot cokelat milik pria itu. Penuh cahaya yang memantulkan kerlip lampion dari kejauhan.Sebelum Yasmin sempat bertanya apa maksud semua ini, Barra lebih dulu bicara. "Bisa kenal lebih dekat?"Yasmin hanya bisa berkedip dengan mata yang membulat. Ini terlalu cepat. Sentuhan itu barusan … maksudnya apa? Lalu ucapan ini? Satu hal pasti—Barra

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 116 : Sama-sama Single

    Untuk sejenak, ruangan itu menjadi hening. Bahkan Yasmin bisa merasakan helaian rambutnya yang tertiup udara dari pendingin ruangan. Wanita itu menelan saliva saat Barra makin mendekat dan ...."Malam ini kamu punya waktu, bukan?" bisik pria itu, tepat di telinganya.Napas hangat Barra membelai daun telinga Yasmin, dan suara beratnya membuat sekujur tubuh wanita itu bagai disetrum. Ia menggigil pelan, tanpa bisa mengelak dari efek suara yang menelusup hingga ke nadinya.Aneh, Yasmin tidak mempertimbangkan jawaban. Dengan mudahnya dia mengangguk, seolah terhipnotis oleh cara bicara pria itu. Bahkan ketika Barra tersenyum, Yasmin hanya terpaku menatapnya. Demi Tuhan, pria itu benar-benar seperti serangan jantung yang datang tiba-tiba."Nanti aku tunggu kamu di lobi," kata Barra seraya melepaskan tangannya dari tubuh Yasmin.Barra lantas bersikap biasa saja, seolah tak terjadi apa-apa. Namun, bagi Yasmin itu luar biasa. Kini, dia sulit menjalani perannya sebagai Ibu Peri di mata anak-ana

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 115 : Mr. Barra Bear

    Mata bulat Yasmin masih membesar mendengar ucapan pria itu. Dia sungguh tidak tahu harus merespons apa. Pandangannya beralih ke arah kanan, melihat yang lainnya mulai berjalan ke tempat sama. Ah, dia akan sekamar saja dengan Mbok Inah. Aman. Yasmin pun mengangguk mantap, pura-pura kalem padahal gugupnya merambat ke ubun-ubun.“Kenapa?” tanya Barra serius, tetapi sudut bibirnya yang terangkat membuat Yasmin menatap curiga.“Saya mau kasbon, Mas,” ucap Yasmin akhirnya, setengah menunduk. Barra menaikkan satu alis, menunggu penjelasan. Yasmin pun menambahkan, “Umm … itu, untuk sewa kamar di sini. Masa saya harus sekamar sama Mas?”Tawa Barra meledak seketika. Pria itu langsung merangkul bahu Yasmin secara impulsif, membuat wanita itu kaget bukan main. Dia mengedip-ngedipkan mata, mencoba memproses apa yang baru saja terjadi. Jantungnya berdetak seperti genderang perang.Terdengar bunyi ‘beep’ saat kartu menyentuh sensor, diikuti garis hijau pada handle pintu. Pintu terbuka lebar. Tanpa

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 114 : Satu Kamar Denganku

    Mata Cindy mengerjap, tetapi kelopak itu berat untuk terbuka. Samar-samar, dia teringat Bram menyuntikkan sesuatu ke lengannya. Namun, telinga wanita itu menangkap suara ketikan keyboard dan hiruk-pikuk yang asing. Apa ini mimpi?“Bram sialan!” geramnya pelan.Dia sontak terkejut—karena bisa bicara. Cindy memaksa membuka mata. Cahaya ruangan menyilaukan, suasana ini jauh berbeda dari tempat sebelumnya. Sebelum sempat bangkit, seorang polwan mendekat dan membuka ikatan di tangan Cindy.“Jaga sikap!” hardik Polwan itu, “Pelapor masih berbaik hati mengantarmu ke sini. Bukan main hakim sendiri.”“Hah? Pelapor?” Cindy menyeringai sinis. “Bram? Baik hati?”Yang benar saja. Pria itu jelas-jelas mempermainkannya hingga dia pingsan karena ketakutan. Suntikan itu … ternyata hanya berisi air bening biasa. Permainan kotor!Duduk di kursi seberang, Bram menatap tajam. Dengan satu isyarat tangan, dia menegaskan bahwa Cindy tidak bisa lari ke mana pun.Belum sempat Cindy membalas tatapan itu, petug

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 113 : Monster Betina vs Jantan

    Cindy tahu pasti Sarah menerima informasi entah dari Bram, atau mungkin … Barra yang menghasut. Namun, dia bangkit sambil memegangi pipinya yang masih mati rasa.“Tante, dengar dulu penjelasan aku,” elaknya, tidak menyerah.“Aku memang benci sama si Yasmin, tapi nggak sangka kawan sendiri jadi lawan. Jahat kamu!” seru Sarah, tangannya menunjuk-nunjuk wajah Cindy.Cindy tertawa miris. “Tan, pengadilan aja belum kasih keputusan. Jadi … semua info yang Tante dengar bisa aja palsu,” katanya, mencoba terdengar tenang. Meskipun debar jantungnya bergejolak hebat.“Ah … banyak omong!” Sarah kembali mendorong Cindy dengan keras. Emosi wanita paruh baya itu meledak. Dia menarik rambut dan mencakar kulit mulus Cindy. Lorong rumah sakit seketika berubah jadi ‘ring’ pertarungan.“Beraninya kamu membunuh anakku!”Cindy berontak. Dia bahkan menarik tubuh Sarah hingga keduanya jatuh dan bergumul di lantai. Teriakan dan cacian membahana, membuat lorong rumah sakit jadi tontonan public. Para perawat pu

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 112 : Kenapa Jadi Seperti Ini?

    “Mas Bram …,” bisik Yasmin dengan tangan menutup mulut dan mata yang berkaca-kaca.Barra melirik Yasmin, lalu berkata, “Ya. Dia bersaksi untuk kamu.”Yasmin tidak kuasa menahan air mata. Pria itu ... ternyata masih hidup pascapenikaman oleh Cindy. Bahkan masih bersedia membantunya.Wajah Bram tampak pucat. Pandangannya tajam, tenang, dan tanpa ragu. Kini dia duduk di kursi saksi dan mulai bicara. Pria itu menjelaskan semua, dari kejadian beberapa hari sebelumnya hingga upaya Cindy untuk membunuhnya.Kondisi ruangan makin riuh. Mereka semua saling berbisik dan bertanya-tanya, tidak menyangka mendengar kesaksian Bram.Jaksa sempat menoleh ke arah bangku penonton, lalu menggeram pelan. Tangannya mengetuk-ngetuk pulpen di meja dengan ritme tak sabar. Matanya menyipit tajam menatap Bram, lalu ke arah hakim. “Kami ... akan meninjau ulang seluruh keterangan saksi dan bukti,” gumamnya, denagn nada yang mulai terdengar goyah.Dari barisan kursi khusus kuasa hukum, seorang pria bertubuh tegap t

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 111 : Bersiap Untuk Pertunjukkan

    Cindy menyeringai kecil. Sudut bibirnya naik pelan, seolah menahan gelak puas. Matanya menyapu tubuh Bram yang terbaring diam. Jemari wanita itu menggenggam suntikan berisi cairan bening.Dengan gerakan cepat, dia menyuntikkan cairan itu ke saluran infus. Lalu menunggu beberapa detik.Akan tetapi, detik demi detik berlalu, Bram masih terdiam. Tidak ada kejang, atau napas memburu."Kenapa nggak kejang-kejang juga, sih? Apa obatnya kurang?" gumam Cindy lirih, keningnya berkerut.Suara langkah membuat wanita itu menoleh. Seorang perawat masuk dengan senyum ramah."Maaf, Bu. Waktu besuknya sudah habis."Cindy mengubah raut wajahnya dalam sekejap. Dia berdiri tenang, menyimpan suntikan ke tas, dan berjalan keluar dengan anggun.Di luar, Airin tengah duduk di samping Sarah yang tertidur. Cindy menghampiri sambil tersenyum lebar."Gimana? Berhasil ‘kan? Mami nggak sabar datang ke kuburan si B—"Cindy buru-buru menempelkan jari telunjuk ke bibir diiringi sorot mata yang tajam."Beres, Mam. T

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 110 : Licik

    Barra mengetuk-ngetukkan jemari di atas layar tabletnya. Napas pria itu memburu, sesak oleh tekanan pikiran. Dia melonggarkan dasi yang menjerat leher, membuka dua kancing teratas kemeja putih yang sudah kusut. Jemarinya terangkat, memijat pelipis perlahan, seakan berharap beban di kepala dapat menguap bersama rasa nyeri yang menyelip."Pak, kita langsung ke kantor atau Anda ingin pulang dulu?" tanya Bahtiar yang duduk di samping sopir.Barra tidak menjawab. Pandangannya kosong, tenggelam dalam pusaran pikirannya sendiri."Pak?" Bahtiar kembali menoleh ke belakang, kali ini lebih khawatir. "Anda baik-baik saja?"Barra mengangguk samar, lalu akhirnya bersuara. "Minta data seluruh rekam medis Mami Airin, Cindy, Berliana ... dan mendiang Papi Ben. Aku membutuhkannya.""Baik, Pak. Sekarang kita ke—""Pulang. Aku ingin melihat anak-anak," potong Barra. Dia menyerahkan tabletnya kembali pada Bahtiar, lalu menyandarkan kepala dan memejamkan mata. Entah tidur, atau hanya menghindar dari dunia

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 109 : Ketakutan vs Ancaman

    "Mas Barra ke mana, Pak? Kenapa tidak ke sini?" tanya Yasmin pada Bono. Manik hitam wanita itu menyapu ke arah ruangan besuk, menatap pintu. Dia sungguh berharap petugas membukanya dan menampakkan sosok Barra di sana.Akan tetapi, setelah menanti selama lima menit, tidak ada pergerakan apa pun. BAhkan ketika pintu terbuka, justru pengunjung lain yang datang. Harapan Yasmin perlahan sirna.Sudah beberapa hari ini dia tidak mendapat kunjungan dari Barra, dan kini justru Bono yang datang.Pengacara magang itu melengkungkan senyum tipis. Dia menyodorkan mangkuk tertutup dari meja makan, disertai sebotol vitamin khusus ibu menyusui."Pak Barra titip ini untuk kamu. Sup iga dan vitaminnya," jelas Bono dengan suara pelan."Terima kasih, Pak Bono." Yasmin menerimanya. Aroma sup hangat itu menyeruak ke hidungnya, memunculkan rasa haru yang perlahan menyusup. Tangannya menggenggam erat botol vitamin yang biasa dia konsumsi. Rupanya, Barra tetap mengingat ucapan darinya.Pada pertemuan terakhir m

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status