แชร์

Bab 84 : Aku Mau Ketemu Kamu, Mas!

ผู้เขียน: NACL
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-04-16 12:14:01

Ponsel Bahtiar berdering nyaring, memutus percakapan seriusnya dengan Samantha. Alis asisten Barra itu langsung mengerut dalam, dan napasnya berembus panjang seperti menahan sesuatu yang tidak menyenangkan.

“Ada apa? Siapa yang telepon? Polisi?” tanya Samantha dengan nada tidak sabar. Jelas sekali dia ingin segera tahu siapa pelaku dari kasus pembunuhan berencana ini.

Bahtiar mengangkat ponsel, lalu memperlihatkan layar yang menampilkan nama Cindy.

“Angkat,” titah Samantha begitu lugas dan tajam.

Bahtiar mengangguk pelan, lalu menggeser ikon hijau dengan gerakan tenang juga waspada. Suaranya terdengar datar saat menjawab panggilan itu.

“Ya, Mbak Cindy, ada apa?”

“Bagaimana kabar Kak Barra? Dia sudah bangun ‘kan? Nanti siang aku ke rumah sakit bareng Mami, tapi … apa kami boleh mampir ke rumah?”

Samantha memberi isyarat dengan gerakan kepala sambil mengetik cepat di ponselnya, lalu menunjukkan teks itu pada Bahtiar. Mereka saling memahami dalam diam, sorot mata keduanya bicara tanpa su
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 85 : Yasmin Bersama Bagas?

    Yasmin mengangguk pelan. Dida hendak menunjukkan cincin itu lewat media sosial Bram, tetapi akun pria itu mendadak hilang. Setelah dia cari melalui akun-akun gosip, ternyata Bram memutuskan untuk rehat dari dunia maya. Alis Yasmin mengerut dalam. Dia menggeleng tidak percaya. Sungguh sebuah kebetulan yang tak disangka. "Kamu yakin, Yasmin?" tanya Samantha sekali lagi. "Yakin, Dok ... Tapi Yasmin nggak punya fotonya," sahut ibu susu ini, menghela napas. "Oke, biar timnya Barra yang cari. Makasih infonya. Sekarang kamu rileks dan berdoa buat Barra, ya. Aku balik ke rumah sakit dulu," pamit Samantha, memeluk Yasmin dengan erat. Yasmin hanya bisa memandangi kepergian Samantha dengan kosong. Rumah ini benar-benar seperti penjara baginya. Dia bahkan tidak boleh keluar sekalipun hanya untuk menjenguk pria yang telah menyelamatkannya. Namun, dia tidak pernah putus mendoakan pria itu. Perlahan Yasmin melangkah ke kamar si kembar dan menemukan mereka asyik berceloteh sambil bermain. Rasa b

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-17
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 86 : Menggetarkan Hati

    Tim dokter segera memeriksa kondisi Barra. Bahtiar dan Dariel berdiri dengan wajah tegang dari balik kaca ICU. Napas mereka terdengar berat, seolah menahan segala kemungkinan buruk yang bisa terjadi. Dariel menoleh pada Bahtiar dan memerintah. "Hubungi Tante Kezia! Sekarang!" Tanpa bertanya lebih lanjut, Bahtiar segera keluar dari ruang ICU. Membuat Airin dan Cindy langsung berdiri di ruang tunggu. Dua wanita itu saling berpandangan, menyadari ada yang tidak beres. Sementara itu, di sisi lain Kezia tengah menerima telepon dari asisten pribadi putranya. Suaranya tercekat saat mendengar nama ‘Barra; disebut. "Barra ... anakku," bisiknya, satu tangan menutup mulutnya, dan air mata mengalir tanpa izin. "Oke, Tante ke sana sekarang." Tidak disangka, Yasmin mendengar percakapan itu. Dia langsung menghampiri Kezia yang hendak keluar rumah. "Mi! Tunggu!" serunya sambil tertatih mengejar. Meskipun kakinya masih nyeri, dia memaksakan diri. "Yasmin boleh ikut, ya? Tolong, Mi ...," pintanya

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-17
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 87 : Aku Akan Lindungi Kamu

    Saat ini debar jantung Yasmin menggila. Telapak tangannya berkeringat, dan napasnya terasa berat di dada. Dia bahkan menahan napas beberapa detik, mencoba meredakan kegugupan yang menyelimuti tubuhnya. Berada sedekat ini dengan Barra ... sungguh berbahaya. Bahkan aroma tubuh pria itu begitu kuat menyusup ke inderanya, membuat pikirannya kacau. Anehnya, Yasmin tidak bergerak menjauh. Dia seperti terpaku. Ada daya tarik terlalu kuat dari sosok Barra, seperti magnet yang menyeretnya tanpa ampun. Bibir mungil Yasmi yang bergetar akhirnya berucap, "Umm ... M—mas ...." "Hmm?" Suara Barra terdengar lembut, berbeda dari biasanya. Tangan pria itu terangkat perlahan, hampir menyentuh pipinya. Sial, Yasmin justru menantikannya. Jantung wanita itu berdetak tak karuan, tetapi dia juga tidak mengalihkan pandangan. Wajah mereka makin dekat, hingga batas antara atasan dan bawahan seakan mengabur. Hingga …. Terdengar deheman kasar, disusul denting nyaring benda jatuh ke lantai. Yasmin tersentak

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-18
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 88 : Disengaja atau Bukan?

    Sosok itu masih berdiri di lorong rumah sakit yang makin lengang. Cahaya lampu menyinari lantai putih mengilap, kini hanya dilewati beberapa perawat yang berjalan tergesa. Sesekali terdengar derit roda troli.Orang itu tampak tenang. Diam, menyatu dengan suasana hening di sekitar. Dia melangkah pelan, mendekati bangsal VVIP—tempat Barra dirawat.Akan tetapi, orang itu tidak masuk. Hanya berdiri darikejauhan, mengamati dengan mata tajam kegiatan di lorong VVIP itu. Lalu, dia memutar tubuh, menyelipkan diri di antara para pengunjung lain. Menghilang entah ke pergi ke mana.Sementara itu, di dalam ruang rawat, tawa kecil menggema. Yasmin mengulum senyum saat mendengar Kezia menceritakan masa kecil Barra yang terjatuh dari sepeda dan menangis meraung-raung, padahal tanpa luka.“Cukup, Mi!” Barra berdeham, mencoba menyela.Tatapan Pengacara itu tak lepas dari Yasmin, yang entah mengapa terlihat begitu manis hari ini. Senyumnya, damai dan sederhana, membuat dadanya hangat, setelah sekian lam

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-19
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 89 : Salju Abadi Mencair?

    Pascakedatangan Bahtiar dan pengacara muda tadi, Yasmin diselimuti rasa penasaran. Dia ingin bertanya pada Barra, tetapi pria itu tampak sedang tidur. Entah kenapa, Yasmin tidak tega membangunkannya. "Kenapa kamu lihat aku terus?" Suara serak itu terdengar pelan dan jelas. Meskipun mata Barra masih tertutup, kata-katanya membuat Yasmin tersentak. Yasmin yang duduk di sofa seketika mencelos. Napas wanita itu terasa berat. Apa Barra selama ini hanya berpura-pura tidur? Kalau iya, berarti pria itu sudah akting selama lebih dari satu jam. Hebat juga bukan? "Kenapa diam, hmm?" tanya Barra lagi, kali ini suaranya dalam dan datar, membuat Yasmin kikuk. Dia buru-buru meneguk setengah botol air, mencoba melembapkan tenggorokan yang mendadak kering. "Umm … Mas sudah bangun, ya?" Yasmin akhirnya bersuara, meskipun sangat pelan. "Menurutmu, bisa tidur kalau ditatap terus begitu?" Barra membuka matanya perlahan, lalu memandang langsung ke arah Yasmin. Sepasang manik tajam itu terkunci d

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-19
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 90 : Ingin Menikahi Yasmin

    “Kamu pulang diantar Bahtiar!” seru Barra tiba-tiba saat Yasmin sedang merapikan ranjang bekas tidurnya semalam.Yasmin menoleh, keningnya mengernyit melihat tatapan tajam pria itu. Padahal kemarin Barra bersikap berbeda, begitu menyenangkan bahkan sempat tertawa bersama. Lalu kenapa pagi ini sikapnya berubah drastis, kembali dingin dan memerintah seenaknya?Tanpa menggubris nada ketus itu, Yasmin melanjutkan merapikan selimut dan bantal dengan pelan.“Saya nunggu Mami ke sini, Mas. Mami bilang jam sepuluh berangkat,” jawabnya tenang, mengingat pesan Kezia semalam.“Bosmu itu aku, Yasmin! Pulanglah sekarang. Jalanan juga belum macet!” tegas Barra, suaranya meninggi dan pria itu memeriksa ponselnya entah melihat jam atau pesan penting.Yasmin menghela napas panjang. Kemarin pria ini memintanya tetap tinggal, sekarang malah seperti ingin menyingkirkannya seolah dirinya hanyalah debu yang tak layak ada di ruangan itu.“Tidak mau, Mas.”Penolakan Yasmin yang tegas membuat mata elang Barra

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-20
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 91 : Yasmin Milikku!

    “Jangan sentuh milikku!” tegas Barra. Suaranya dingin dan beku, tetapi amarah yang terpancar dari sorot matanya seolah mampu membakar salju di puncak gunung.Tatapan itu mengunci Yasmin, meskipun jarak mereka terpaut cukup jauh.Bagas tersenyum tipis dengan alis terangkat santai. “Milikmu? Seingatku kamu hanya pengacara, dan Yasmin saksi dalam kasus klienmu.”Barra mendengkus. Rahangnya mengeras, dadanya naik turun tertahan. Meskipun tubuhnya masih dalam masa pemulihan, keinginan untuk menghajar Bagas terasa begitu kuat, seperti bara yang siap menyulut kapan saja.“Bukankah kamu diajarkan untuk tidak mencampuradukkan urusan pribadi dengan profesional?” ucap Barra, menahan diri sekuat tenaga.“Tentu. Tapi aku sedang tidak di ruang sidang, jadi tidak melanggar aturan apa pun,” ujar Bagas sambil tersenyum lebar.“Ternyata kamu ketagihan berdebat denganku,” Barra menyeringai sinis sambil geleng-geleng. “Kuperingatkan sekali lagi, jangan ganggu Yasmin.”Bersamaan dengan itu, Yasmin selesai

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-20
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 92 : Tidur Bersama?

    "Mi, aku mau pulang," pinta Barra tiba-tiba, suaranya pelan tapi tegas. Kezia langsung mengernyitkan dahi, bingung. Tidak ada percakapan sebelumnya tentang kepulangan, dan kini pria itu tiba-tiba berubah. Aneh. "Kamu belum pulih, Barra! Mau apa pulang sekarang?!" sergah Kezia tajam, matanya menatap tak percaya. Akan tetapi, bukannya menjawab, justru, Barra hanya diam. Egonya terlalu tinggi untuk mengakui alasan sebenarnya. Dia ingin mengawasi Yasmin—khawatir wanita itu terjebak pesona Bagas. Hatinya terusik sejak tadi, apalagi pesan-pesan yang dia kirim belum juga dibaca. "Mami tahu sendiri aku tidak betah di rumah sakit," kilahnya pelan. Barra menunduk, menatap layar ponsel yang masih menunjukkan tanda centang dua abu-abu. Cemas dan takut, makin lama, perasaan itu berubah menjadi gelisah yang menyiksa. Jemarinya bergerak cepat mengetik pesan, lalu menghapus, mengetik lagi, lalu menghapus lagi. "Aku sudah sehat, Mi," ucap pria itu, kali ini lebih keras. Sorot matanya tidak bisa di

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-21

บทล่าสุด

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 115 : Mr. Barra Bear

    Mata bulat Yasmin masih membesar mendengar ucapan pria itu. Dia sungguh tidak tahu harus merespons apa. Pandangannya beralih ke arah kanan, melihat yang lainnya mulai berjalan ke tempat sama. Ah, dia akan sekamar saja dengan Mbok Inah. Aman. Yasmin pun mengangguk mantap, pura-pura kalem padahal gugupnya merambat ke ubun-ubun.“Kenapa?” tanya Barra serius, tetapi sudut bibirnya yang terangkat membuat Yasmin menatap curiga.“Saya mau kasbon, Mas,” ucap Yasmin akhirnya, setengah menunduk. Barra menaikkan satu alis, menunggu penjelasan. Yasmin pun menambahkan, “Umm … itu, untuk sewa kamar di sini. Masa saya harus sekamar sama Mas?”Tawa Barra meledak seketika. Pria itu langsung merangkul bahu Yasmin secara impulsif, membuat wanita itu kaget bukan main. Dia mengedip-ngedipkan mata, mencoba memproses apa yang baru saja terjadi. Jantungnya berdetak seperti genderang perang.Terdengar bunyi ‘beep’ saat kartu menyentuh sensor, diikuti garis hijau pada handle pintu. Pintu terbuka lebar. Tanpa

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 114 : Satu Kamar Denganku

    Mata Cindy mengerjap, tetapi kelopak itu berat untuk terbuka. Samar-samar, dia teringat Bram menyuntikkan sesuatu ke lengannya. Namun, telinga wanita itu menangkap suara ketikan keyboard dan hiruk-pikuk yang asing. Apa ini mimpi?“Bram sialan!” geramnya pelan.Dia sontak terkejut—karena bisa bicara. Cindy memaksa membuka mata. Cahaya ruangan menyilaukan, suasana ini jauh berbeda dari tempat sebelumnya. Sebelum sempat bangkit, seorang polwan mendekat dan membuka ikatan di tangan Cindy.“Jaga sikap!” hardik Polwan itu, “Pelapor masih berbaik hati mengantarmu ke sini. Bukan main hakim sendiri.”“Hah? Pelapor?” Cindy menyeringai sinis. “Bram? Baik hati?”Yang benar saja. Pria itu jelas-jelas mempermainkannya hingga dia pingsan karena ketakutan. Suntikan itu … ternyata hanya berisi air bening biasa. Permainan kotor!Duduk di kursi seberang, Bram menatap tajam. Dengan satu isyarat tangan, dia menegaskan bahwa Cindy tidak bisa lari ke mana pun.Belum sempat Cindy membalas tatapan itu, petug

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 113 : Monster Betina vs Jantan

    Cindy tahu pasti Sarah menerima informasi entah dari Bram, atau mungkin … Barra yang menghasut. Namun, dia bangkit sambil memegangi pipinya yang masih mati rasa.“Tante, dengar dulu penjelasan aku,” elaknya, tidak menyerah.“Aku memang benci sama si Yasmin, tapi nggak sangka kawan sendiri jadi lawan. Jahat kamu!” seru Sarah, tangannya menunjuk-nunjuk wajah Cindy.Cindy tertawa miris. “Tan, pengadilan aja belum kasih keputusan. Jadi … semua info yang Tante dengar bisa aja palsu,” katanya, mencoba terdengar tenang. Meskipun debar jantungnya bergejolak hebat.“Ah … banyak omong!” Sarah kembali mendorong Cindy dengan keras. Emosi wanita paruh baya itu meledak. Dia menarik rambut dan mencakar kulit mulus Cindy. Lorong rumah sakit seketika berubah jadi ‘ring’ pertarungan.“Beraninya kamu membunuh anakku!”Cindy berontak. Dia bahkan menarik tubuh Sarah hingga keduanya jatuh dan bergumul di lantai. Teriakan dan cacian membahana, membuat lorong rumah sakit jadi tontonan public. Para perawat pu

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 112 : Kenapa Jadi Seperti Ini?

    “Mas Bram …,” bisik Yasmin dengan tangan menutup mulut dan mata yang berkaca-kaca.Barra melirik Yasmin, lalu berkata, “Ya. Dia bersaksi untuk kamu.”Yasmin tidak kuasa menahan air mata. Pria itu ... ternyata masih hidup pascapenikaman oleh Cindy. Bahkan masih bersedia membantunya.Wajah Bram tampak pucat. Pandangannya tajam, tenang, dan tanpa ragu. Kini dia duduk di kursi saksi dan mulai bicara. Pria itu menjelaskan semua, dari kejadian beberapa hari sebelumnya hingga upaya Cindy untuk membunuhnya.Kondisi ruangan makin riuh. Mereka semua saling berbisik dan bertanya-tanya, tidak menyangka mendengar kesaksian Bram.Jaksa sempat menoleh ke arah bangku penonton, lalu menggeram pelan. Tangannya mengetuk-ngetuk pulpen di meja dengan ritme tak sabar. Matanya menyipit tajam menatap Bram, lalu ke arah hakim. “Kami ... akan meninjau ulang seluruh keterangan saksi dan bukti,” gumamnya, denagn nada yang mulai terdengar goyah.Dari barisan kursi khusus kuasa hukum, seorang pria bertubuh tegap t

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 111 : Bersiap Untuk Pertunjukkan

    Cindy menyeringai kecil. Sudut bibirnya naik pelan, seolah menahan gelak puas. Matanya menyapu tubuh Bram yang terbaring diam. Jemari wanita itu menggenggam suntikan berisi cairan bening.Dengan gerakan cepat, dia menyuntikkan cairan itu ke saluran infus. Lalu menunggu beberapa detik.Akan tetapi, detik demi detik berlalu, Bram masih terdiam. Tidak ada kejang, atau napas memburu."Kenapa nggak kejang-kejang juga, sih? Apa obatnya kurang?" gumam Cindy lirih, keningnya berkerut.Suara langkah membuat wanita itu menoleh. Seorang perawat masuk dengan senyum ramah."Maaf, Bu. Waktu besuknya sudah habis."Cindy mengubah raut wajahnya dalam sekejap. Dia berdiri tenang, menyimpan suntikan ke tas, dan berjalan keluar dengan anggun.Di luar, Airin tengah duduk di samping Sarah yang tertidur. Cindy menghampiri sambil tersenyum lebar."Gimana? Berhasil ‘kan? Mami nggak sabar datang ke kuburan si B—"Cindy buru-buru menempelkan jari telunjuk ke bibir diiringi sorot mata yang tajam."Beres, Mam. T

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 110 : Licik

    Barra mengetuk-ngetukkan jemari di atas layar tabletnya. Napas pria itu memburu, sesak oleh tekanan pikiran. Dia melonggarkan dasi yang menjerat leher, membuka dua kancing teratas kemeja putih yang sudah kusut. Jemarinya terangkat, memijat pelipis perlahan, seakan berharap beban di kepala dapat menguap bersama rasa nyeri yang menyelip."Pak, kita langsung ke kantor atau Anda ingin pulang dulu?" tanya Bahtiar yang duduk di samping sopir.Barra tidak menjawab. Pandangannya kosong, tenggelam dalam pusaran pikirannya sendiri."Pak?" Bahtiar kembali menoleh ke belakang, kali ini lebih khawatir. "Anda baik-baik saja?"Barra mengangguk samar, lalu akhirnya bersuara. "Minta data seluruh rekam medis Mami Airin, Cindy, Berliana ... dan mendiang Papi Ben. Aku membutuhkannya.""Baik, Pak. Sekarang kita ke—""Pulang. Aku ingin melihat anak-anak," potong Barra. Dia menyerahkan tabletnya kembali pada Bahtiar, lalu menyandarkan kepala dan memejamkan mata. Entah tidur, atau hanya menghindar dari dunia

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 109 : Ketakutan vs Ancaman

    "Mas Barra ke mana, Pak? Kenapa tidak ke sini?" tanya Yasmin pada Bono. Manik hitam wanita itu menyapu ke arah ruangan besuk, menatap pintu. Dia sungguh berharap petugas membukanya dan menampakkan sosok Barra di sana.Akan tetapi, setelah menanti selama lima menit, tidak ada pergerakan apa pun. BAhkan ketika pintu terbuka, justru pengunjung lain yang datang. Harapan Yasmin perlahan sirna.Sudah beberapa hari ini dia tidak mendapat kunjungan dari Barra, dan kini justru Bono yang datang.Pengacara magang itu melengkungkan senyum tipis. Dia menyodorkan mangkuk tertutup dari meja makan, disertai sebotol vitamin khusus ibu menyusui."Pak Barra titip ini untuk kamu. Sup iga dan vitaminnya," jelas Bono dengan suara pelan."Terima kasih, Pak Bono." Yasmin menerimanya. Aroma sup hangat itu menyeruak ke hidungnya, memunculkan rasa haru yang perlahan menyusup. Tangannya menggenggam erat botol vitamin yang biasa dia konsumsi. Rupanya, Barra tetap mengingat ucapan darinya.Pada pertemuan terakhir m

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 108 : Mulai Luluh

    Barra makin menunduk, mendekatkan jarak di antara mereka. Ibu jarinya membelai bibir penuh mengilap itu, seolah memastikan sesuatu. Cindy yang merasa menang, tersenyum lebar. Dia sungguh tidak sabar mengikat pria itu selamanya, demi membalaskan rasa sakit dan dendam yang membara di hati. “Yasmin …,” lirih Barra, tepat di depan bibir Cindy. Akan tetapi, saat hampir menempel, Barra tersentak. Ada sesuatu yang berbeda. Indera penciumannya diserang aroma asing, menusuk dan aneh. Bukan wangi alami sabun segar, khas Yasmin yang menenangkan. Seketika Barra mendorong kuat tubuh Cindy hingga terjatuh. Tatapannya membeku dingin, suaranya membelah udara di malam hari. “Aku tidak bodoh!” “Aw, sakit! Pria macam apa kamu, hah!” gerutu Cindy, meringis sambil memegangi bokongnya yang ngilu. “Berengsek! Aku nggak akan biarin kamu lolos!” Barra tak peduli. Dia membalikkan badan, meninggalkan kelab malam itu tanpa sepatah kata pun. Sementara Cindy merintih kesal, masih berusaha bangkit. “Argh! Ken

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 107 : Ingin Bersamamu Malam Ini

    Ponsel Cindy bergetar di tangannya, menampilkan nama Airin di layar. Wanita itu mengepalkan jemarinya, menahan kemarahan dan dendam yang membakar. Malam ini, dia tidak akan kalah. Dia harus mendapatkan Barra, bagaimanapun caranya! Dengan mata yang masih berkilat, Cindy menekan tombol sambungkan, sambil menatap Barra yang sudah masuk ke dalam mobil. Dia segera mengikuti, mengendarai mobilnya sendiri. "Mam, aku mau pakai rencana Mami," ujar Cindy dengan suara berat. "Oke, kamu di mana sekarang? Bilang sama Mami, biar Mami yang urus," balas Airin begitu antusias. "Lokasi pastinya aku kirim belakangan, Mam. Aku masih di jalan," tukas Cindy sebelum memutus sambungan telepon itu. Rubicon putih yang dikendarai Barra berbelok memasuki area parkir VIP kelab malam. Barra turun dengan langkah cepat, memasuki bangunan itu tanpa menoleh. Cindy mengikutinya dari belakang, dengan dada berdebar. Tangannya sempat berkeringat saat menggenggam ponsel. Dia segera mengirimkan lokasinya pada Airin,

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status