Morgan punya banyak tempat rahasia. Gubuk tua ini adalah salah satunya.Ketika Morgan masuk, aroma debu dan kayu yang sudah lapuk langsung menguar dengan tajam.Penerangan di dalam hanya menggunakan sebuah lampu minyak yang dinyalakan dengan api.Lampu minyak itu ditaruh di atas meja di tengah ruangan.Ken dan anak buah Morgan dari Cordanze sudah menunggu pria itu di sana.“Aku tidak berharap melihatmu di sini,” tukas Morgan sambil mengangkat kedua alisnya ke arah Ken.Morgan duduk di kursi yang kosong sambil membenarkan jasnya.Ken tertawa. “Oh, ayolah. Aku ini masih sahabatmu!”“Kau memata-mataiku?!” Morgan menyipitkan mata curiga.“Tidak mungkin, sekarang aku sibuk,” sangkal Ken sambil menahan tawa. “Aku pergi ke pelabuhan untuk bertemu denganmu, tapi kau tidak ada di sana. Dan tidak sengaja bertemu dia.”Ken menunjuk anak buah Morgan tanpa rasa bersalah.“Maaf, Tuan. Saya kira Pak Ken masih bekerja di Poseidon Exports.” Anak buah bernama Dustin itu sedikit membungkuk penuh penyesa
Sesaat, Morgan menegang.“Tempat ini tidak aman. Mereka punya pengawas di sini sepertimu. Itu sebabnya mereka bisa mengirimkan dokumen itu padaku.” Jerry bicara lagi.Morgan menatap keseriusan di wajah Jerry. Tatapannya turun, melihat bagaimana posisi Jerry yang berlutut merendahkan diri padanya.“Kau menukar informasi ini dengan jaminan keselamatan serta sumbangan kekuatanmu?” simpul Morgan. “Kau tahu, aku bisa mendapatkan semua itu tanpa harus bekerja sama denganmu!”Morgan bangkit berdiri. Dia melangkah menjauh menuju pintu keluar.Lelah menghabiskan waktu bersama Jerry. Walaupun sedikit memuaskan bisa melihat Jerry berlutut tanpa diminta.“Lagipula, sejak kapan aku peduli pada keselamatanmu?” tanya Morgan penuh ejekan saat memunggungi Jerry.Napas Jerry memburu. Ini jelas penghinaan baginya.Jerry tidak pernah berlutut pada siapa pun sebelumnya.“Jika aku bergabung dengan mereka …” ucap Jerry dengan suara bergetar. “Bukan tidak mungkin aku menyatukan kembali orang-orang Echelon Va
“Apa kau bisa membayangkan jika Sydney dan anak-anakmu memiliki luka yang sama sepertiku? Apa mereka akan selamat?” tanya Jerry sambil mengepalkan tangan.Brak!Morgan menggebrak meja dengan cukup kencang.“Jerry!” bentak Morgan sambil menatap Jerry tajam.“Pisau yang sudah diasah sangat tajam, dibakar di atas bara api panas. Lalu digoreskan secara perlahan dan dalam di atas kulitku.” Jerry mengabaikan Morgan dan tetap bercerita. “Itu yang mereka lakukan padaku.”“Mereka siapa?!” tanya Morgan dengan rahang mengeras.“Mereka yang sedang mengancammu,” jawab Jerry tanpa ragu.“Kau tahu orangnya?” tanya Morgan menyelidik.Jerry mengangguk.“Mereka lebih kejam dari Si Tua. Bukan tidak mungkin Sydney akan memiliki luka yang sama denganku di bagian tubuhnya, atau bahkan lebih parah. Dan begitu pula dengan keempat anakmu,” tukas Jerry dengan tegas.Morgan terdiam. Pria itu berpikir beberapa saat sambil mengatur deru napasnya yang memberat.Morgan tentu tidak ingin keluarganya terluka sedikit
Morgan tidak langsung mengiakan permintaan Jerry.Walaupun Morgan tahu Jerry tidak akan meminta bertemu tanpa tujuan tertentu, pria itu sengaja ingin membuat kembarannya menunggu.Atau paling tidak, Morgan ingin Jerry berlutut memohon padanya dengan wajah memelas.Hari ini Morgan kembali mendapat telepon dari sipir Rumah Tahanan Highvale.“Halo,” sapa Morgan sambil menyandarkan punggung ke sofa sambil melihat matahari yang mulai terbenam di atas dek kapal.Sejak Ken tidak bekerja di Poseidon Exports, Morgan harus bekerja lebih keras.Pria itu selalu berada di pelabuhan hingga jam menunjukkan pukul tujuh malam.“Morgan,” panggil seorang pria di ujung telepon.Morgan spontan menegakkan tubuh. Dia menaikkan salah satu sudut bibirnya dengan sinis.Ini bukan suara sipir kenalannya. Melainkan, suara Jerry.“Waktumu tidak banyak,” lanjut Jerry terengah-engah.“Waktuku?” Morgan mengernyitkan dahi. “Bukankah waktumu yang terbatas?!”“Aku sudah memintamu untuk datang sejak seminggu lalu–”“Dan
“Su!” seru Sereia begitu melihat Sydney masuk ke kamarnya di pagi hari.Zaleia yang sedang duduk di playmate dan menyusun balok, hanya diam memperhatikan kembarannya.“Ya, ini waktunya menyusui. Siapa yang mau duluan?” tanya Sydney sambil tersenyum dan duduk di sofa menyusui.Sereia berdiri dengan kaki kecilnya yang masih sedikit gemetar.Bayi berusia satu tahun lebih itu tumbuh semakin mirip dengan Morgan versi perempuan.Begitu pula dengan Zaleia.Anak-anak yang Sydney kandung sendiri ini benar-benar tidak menurunkan satu bagian dari dirinya sedikit pun.“Ku!” jawab Sereia yang baru bisa mengoceh satu suku kata.Saat Sereia melangkah tertatih ke arah Sydney, sang ibu merentangkan tangan untuk menyemangatinya.Sereia akhirnya duduk di pangkuan Sydney dan mulai menyusu.“Kalau Sereia sudah selesai, Zaleia jalan ke Mami ya?” pinta Sydney pada Zaleia yang kini memainkan boneka yang tadi dimainkan oleh Sereia.Tanpa menoleh dan mengucapkan kata, Zaleia hanya mengangguk.Sebenarnya Zaleia
Di hati Sydney hanya ada Morgan. Tidak ada tempat lagi untuk pria lain.Dalam dunia bisnis, apalagi perusahaannya bergerak di bidang hiburan, sebenarnya tidak jarang Sydney mendapat rayuan dari para pria.Tidak hanya yang masih lajang. Pria yang sudah beristri dan cukup gila pun pernah ada yang berusaha mendekati Sydney.Semuanya Sydney tolak mentah-mentah. Wanita itu bahkan meminta Zya untuk membuat daftar hitam nama-nama rekan bisnis yang terlalu melewati batas.Mereka yang ada di dalam daftar hitam itu harus membuat surat permintaan maaf bermaterai lebih dahulu, jika ingin melanjutkan kerjasama dengan perusahaan Sydney.Malam itu, Morgan tidak langsung membawa Sydney pulang ke mansion. Dia justru memerintahkan sopir untuk pergi ke tempat lain.“Toko perhiasan?” Sydney mengangkat kedua alis kala melihat di mana mobil mereka berhenti.“Ya,” jawab Morgan singkat, lalu turun dari mobil lebih dulu.Seperti biasa, Morgan akan membukakan pintu mobil untuk Sydney dan membantu istrinya kelu