Share

65. Satu Kapal

Author: prasidafai
last update Last Updated: 2025-03-10 15:22:04

“Aku tidak tahu sekarang kau memiliki seorang pengawal yang menyeramkan. Dia seperti siap menerjang siapa pun yang menyentuhmu.”

Gloria meletakkan nampan berisi segelas es kopi di atas meja, lalu menarik kursi di hadapan Sydney. Tatapan wanita itu melirik sekilas ke arah Ronald, yang duduk beberapa meja dari mereka, tetap waspada seperti seekor serigala yang menjaga kawanan.

Sydney tidak langsung merespons. Dia mengambil ponselnya, mengetik sesuatu, lalu membalikkan layar pada Gloria.

“Tante ingin bicara apa? Aku tidak bisa lama-lama.”

Gloria membaca kalimat itu pelan. Matanya menatap Sydney sejenak sebelum menghela napas, seolah tengah mempertimbangkan sesuatu.

Sydney tidak berbohong. Dia memang harus kembali ke mansion Ravenfell untuk mengurus Jade dan Jane. Waktu yang dihabiskan di sini seharusnya cukup untuk satu atau dua teguk kopi, bukan obrolan panjang dengan mantan ibu mertuanya.

Tatapan Gloria berubah nanar. Perlahan, matanya berkaca-kaca.

“Aku tidak tahu apa yang suda
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   66. Tradisi Bodoh

    "Sejak kapan Tante menyukai istri Lucas? Tante juga tidak menyukaiku." Sydney mengetik cepat, lalu membalikkan layar ponsel ke arah Gloria dengan senyum sinis. Matanya menatap wanita paruh baya itu tanpa sedikit pun emosi. Gloria terdiam, bibirnya sedikit terbuka seakan ingin menyangkal, tetapi tidak ada kata-kata yang keluar. Akhirnya, Gloria hanya menghela napas panjang sambil menggenggam gelas es kopi yang isinya sudah mencair. "Aku menyukaimu, Sydney," kata Gloria pelan. Sydney terdiam. Dia tetap menatap kosong Gloria sambil menunggu kelanjutan ucapannya. "Tapi kau dan Isaac datang di waktu yang tidak tepat." Suara Gloria melemah. "Saat Chester, kakak Lucas, belum menikah." Sydney mengerjapkan mata. Sepotong informasi yang dulu pernah Lucas singgung kembali muncul di kepalanya. "Di Highvale, keluarga kami mungkin bukan siapa-siapa. Tapi di Sevhastone …" Gloria melanjutkan sambil menegakkan punggungnya, "Keluarga kami adalah salah satu pilar negara itu. Dengan dua anak laki

    Last Updated : 2025-03-10
  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   67. Menangis Sepanjang Siang

    "Kau benar-benar nekat, Sydney!" Suara Ronald terdengar putus asa saat mobil melaju kencang di jalanan yang masih berkabut pagi itu. Sydney tetap diam, matanya terpaku pada layar ponsel yang terus dia periksa setiap lima detik. Tidak ada balasan dari Gloria. Tidak ada penjelasan apa pun. Semalam, setelah menerima pesan singkat berisi alamat makam Isaac, Sydney langsung membalas pesan Gloria tanpa ragu. "Aku tidak akan membiarkan Tante hidup tenang jika Tante melakukan sesuatu pada makam anakku." Namun, sejak saat itu, tidak ada satu pun pesan masuk. Sydney menggigit bibir dan jari-jarinya bergerak cepat di layar untuk mengetik satu pesan lagi. "Tante, jawab aku!” Masih tidak ada jawaban. Ketidakpastian ini menyiksa Sydney lebih dari apa pun. Dia tidak bisa hanya duduk diam dan menunggu. Itu sebabnya, pagi ini tanpa pikir panjang, Sydney langsung pergi ke pemakaman Isaac tanpa sempat meminta izin pada Morgan. Dan karena tidak ada pilihan lain, Sydney terpaksa membawa serta s

    Last Updated : 2025-03-11
  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   68. Mantan Ibu Mertua

    Sydney melangkah keluar dari kantor administrasi pemakaman, jemarinya sibuk mengetik pesan di layar ponsel. "Berikan aku nomor rekening Tante. Aku akan mengirimkan biaya renovasi makam Isaac dan kedua orang tuaku. Lain kali, jangan seperti ini, Tante.” Pesan terkirim. Namun, sebelum Sydney sempat menyimpan ponsel, langkahnya terhenti. Sepasang kaki berdiri tepat di hadapan Sydney. Lalu, suara notifikasi terdengar di sekitarnya, tetapi itu bukan dari ponsel wanita itu. Sydney mengangkat kepala dan menemukan Gloria yang sedang melihat layar ponsel. Sydney menduga wanita paruh baya itu sedang membaca pesan darinya. Angin berembus dan membawa hawa dingin yang menusuk hingga ke tulang. Sydney menunggu sambil berharap Gloria segera berbicara. Namun, yang terjadi justru di luar dugaannya. Gloria menatap Sydney dengan sendu, lalu tiba-tiba berlutut di atas tanah yang masih lembap akibat embun pagi. Sydney refleks mundur selangkah. Jantung Sydney mencelos melihat Gloria bertekuk

    Last Updated : 2025-03-11
  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   69. Pengasuh Bayi Kembar

    "Uwaa!" Tangisan Jade memenuhi mobil. Sydney segera menyibukkan jemarinya untuk melepaskan ritsleting bagian samping dan menutupi tubuhnya dengan apron menyusui. Dengan cekatan, Sydney mengangkat bayi itu ke dalam pelukannya dan membiarkan Jade menyusu. Mobil terus melaju dengan tenang, sesekali terdengar suara Ronald berbicara di telepon dengan seseorang. Sementara Jane masih tertidur lelap di car seat dan sesekali menggerakkan jemari mungilnya. Sydney menatap keluar jendela. Wanita itu masih memikirkan percakapannya dengan Gloria. Seberapa jauh Gloria bisa dia percaya? Sydney sudah cukup kenyang dikhianati oleh keluarga Lucas. Namun, jika Gloria benar-benar menyerahkan saham Lucas kepadanya, itu akan menjadi pukulan telak bagi pria itu. Jade mulai tenang setelah beberapa menit menyusu dan napasnya kembali teratur. Sydney mengusap punggung bayi itu, berusaha menidurkannya kembali. Namun, tiba-tiba mobil melambat dan menepi di depan sebuah minimarket kecil. “Ada apa?” Sydney me

    Last Updated : 2025-03-12
  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   70. Dibalas Kopi Panas

    “Minggir!” Ronald melompat turun dari mobil dan langsung berteriak memanggil para pekerja di mansion. Wajah pengawal Sydney itu penuh amarah dan panik hingga tidak menyadari kehadiran seseorang yang berdiri tak jauh darinya, yaitu Morgan. Morgan menatap Ronald dengan mata dingin dan kedua tangan mengepal di sisi tubuhnya. "Ambil si kembar! Bawa mereka ke kamar!" Ronald memberikan Jade dan Jane kepada dua pelayan yang segera menggendong mereka. "Jaga mereka baik-baik!" Setelah memastikan bayi-bayi itu aman, Ronald kembali ke mobil untuk membantu Sydney keluar. Wanita itu masih berusaha berdiri tegak, meskipun raut wajahnya jelas menunjukkan betapa nyeri yang Sydney rasakan. “Pegang aku.” Ronald menaruh tangan Sydney di bahunya, sementara tangannya yang lain memegang pinggang wanita itu dengan hati-hati. Morgan berjalan mendekati mereka. Saat itulah, Ronald akhirnya sadar. Ronald menundukkan kepala seketika, sementara Sydney membelalakkan mata sebelum buru-buru ikut menundu

    Last Updated : 2025-03-12
  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   71. Binatang Buas

    "Apa punggungnya bisa sembuh tanpa bekas?" Morgan bertanya sambil menatap dokter yang sedang merapikan peralatan dengan mata tajamnya. Dokter wanita itu menoleh sejenak sebelum menjawab, "Jika dirawat dengan baik, seharusnya tidak meninggalkan bekas yang terlalu mencolok." Morgan menghela napas panjang, menekan amarah yang masih bergejolak di dadanya. Dia baru saja pulang dari daerah yang jauh dan berharap bisa bertemu ketiga orang terpenting dalam hidupnya. Namun, begitu Morgan tiba di mansion, mereka justru pergi diam-diam. Sydney, Jade, dan Jane. Morgan ingin memaki siapa pun yang ada di depannya saat itu. Apalagi, setelah mendengar laporan dari anak buahnya bahwa Sydney pergi pagi tadi dalam keadaan menangis dan memohon kepada Ronald untuk mengantarnya. Lalu, belakangan Morgan tahu alasannya. Sydney tidak pergi karena ingin melawan atau mencari gara-gara, melainkan karena mantan ibu mertuanya mengintimidasi wanita itu dengan menggunakan makam keluarganya yang telah tiada.

    Last Updated : 2025-03-13
  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   72. Mereka Anak-anakku Juga

    "Setelah kau menyusui si kembar, aku akan mengelap tubuhmu dan mengoleskan salep," kata Layla sambil menyerahkan Jade dan Jane ke dalam dekapan Sydney. Wanita paruh baya itu dengan sabar merawat Sydney sejak semalam hingga pagi ini. Sydney takjub dengan tenaga Layla yang seperti tidak ada habisnya. Sydney yang duduk di atas ranjang hanya mengangguk pelan. Sebuah senyum samar terbentuk di wajah Sydney saat kedua tangannya sibuk menggendong si kembar. Layla menatap Sydney sejenak sebelum beralih ke meja di kamar Morgan, mulai menata perlengkapan bayi yang dia bawa. Dia cukup terampil merapikan popok, botol susu, dan pakaian si kembar, memastikan Sydney bisa mengurus mereka dengan lebih mudah. "Kau tidak perlu sampai seperti ini," ucap Layla lagi tanpa menoleh. "Setelah menyusui, aku bisa membawa dan mengurus mereka sementara kau beristirahat." Layla sedikit kesal karena Sydney tetap ingin mengurus si kembar, bukan hanya menyusui. Padahal wanita muda itu masih butuh banyak istirahat

    Last Updated : 2025-03-13
  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   73. Rona Kemerahan Meresahkan

    “Apa kau siap bertanggung jawab?” Sydney membeku. Wanita itu membelalak menatap Morgan yang duduk di hadapannya. Morgan jelas tidak sedang bercanda, Sydney bisa membaca itu dari raut wajahnya yang tetap serius. Sydney mencoba mengatur napas, tetapi jantungnya berdetak semakin liar. Mata Sydney bergerak turun untuk menghindari tatapan Morgan, tetapi dia justru tidak sengaja menatap dada bidang pria itu. Di sana, tepat di atas jantung Morgan, tato huruf BP yang dulu pernah Sydney lihat sudah tidak ada. Kini hanya bekas samar hasil prosedur laser yang masih meninggalkan rona kemerahan di kulit Morgan. Sydney tidak bisa berkata apa-apa. Tanpa sadar, Sydney mengangkat tangan dan ujung jemarinya menyentuh bekas luka itu. Permukaan kulit Morgan terasa lebih kasar di area tersebut, tetapi yang lebih mengagetkan Sydney adalah detak jantung pria itu juga bergemuruh seperti dirinya. Morgan tidak menepis sentuhan Sydney. Sebaliknya, pria itu membiarkan Sydney mengeksplorasi luka itu dengan

    Last Updated : 2025-03-14

Latest chapter

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   210. Ruangan Baru di Mansion

    Jade dan Jane yang pagi itu mengenakan pakaian berwarna pastel, memaksa naik ke pelukan ibu susunya bersamaan. Sydney yang baru saja turun dari treadmill hanya bisa menghela napas pendek sebelum berjongkok, lalu mengangkat si kembar penuh usaha. “Waktunya angkat beban,” tukas Sydney sambil mengecup ubun-ubun kedua anak itu. Keringat Sydney belum benar-benar kering dan wajahnya masih kemerahan. Namun melihat Jade dan Jane menatapnya penuh harap, Sydney tidak bisa menolak. "Jangan terlalu banyak bergerak, Mami masih belum begitu kuat," instruksi Sydney sambil melangkah ke ruang utama. Kedua bayi itu langsung menyandarkan kepala mungil mereka ke bahu Sydney, tetapi mata mereka tetap waspada memandangi para pria berbadan besar yang sedang memindahkan sejumlah kotak kardus melewati lorong mansion. Sydney mengawasi mereka sambil menggoyang-goyangkan tubuhnya ringan agar Jade dan Jane nyaman di gendongannya. “Apa itu?” tanya Jade lirih dengan bibirnya yang basah sambil menunjuk para p

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   209. Menonton Drama

    “Morgan.” Sydney mengerjap gugup ketika pria itu menyelipkan jemari ke sela-sela rambutnya dan menyibakkan beberapa helai yang mengganggu wajah.“Ken menemani orang tuanya menonton drama saat dia cuti beberapa waktu lalu,” ucap Morgan dengan lebih lembut daripada beberapa saat lalu.“Mengapa tiba-tiba kau mengungkit Ken?” Sydney mengernyitkan dahi sambil menatap Morgan heran.Morgan tersenyum tipis. Amarah yang tadi menyala di matanya kini telah padam sepenuhnya, tergantikan oleh kelembutan yang jarang Morgan tunjukkan.“Drama yang ditonton oleh Ken dan orang tuanya menceritakan tokoh utama wanita yang ditinggal meninggal oleh anaknya,” ujar Morgan pelan seraya menatap wajah Sydney. “Ken bilang, jika tidak menonton drama itu, akan sulit rasanya berempati pada seorang ibu yang kehilangan anak untuk selama-lamanya. Namun setelah menonton, siapa sangka playboy gadungan itu juga menangis?”Sydney membuka mulut hendak menjawab, tetapi urung. A

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   208. Kenapa Kau Berbohong?

    “Cepat, panggil ambulans! Ada wanita hamil besar pendarahan!” teriak seseorang yang tidak sengaja melihat.Beberapa pegawai yang masih berada di luar ruang rapat berlari menghampiri Vienna dan Lucas yang terduduk di lantai.Wajah Vienna sudah pucat, tetapi dia masih terlihat berusaha menekan perut sambil meringis menahan sakit.“Sabar, Ibu Vienna. Kami akan membantu Anda dan Pak Lucas,” kata salah satu staf sambil mengulurkan tangan.Lucas tidak sempat berkata apa-apa. Pria itu juga ikut panik melihat keadaan sang istri.Sementara itu, Sydney masih berdiri beberapa meter dari kerumunan itu. Dia hanya bisa melihat ketika lift terbuka dan kerumunan sudah membawa tubuh Vienna ke dalamnya.Sydney menunduk dan menyentuh dadanya yang berdebar hebat sekaligus merasa sesak.Perlahan, wanita itu melanjutkan langkahnya untuk menghindari beberapa orang yang masih ada di sana.‘Bagaimana bisa Vienna bertahan melakukan hal jahat selama ini? Apa dia tidak merasa bersalah seperti yang aku rasakan?’

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   207. Kau Membelanya?

    “Kami sudah bebas!” Vienna menatap seluruh ruangan dengan rahang mengeras dan tangan mengepal di atas meja rapat. Beberapa orang saling melirik dan berbisik-bisik. Namun Sydney hanya memutar bola matanya dan mengembuskan napas pendek, jelas merasa jengah. “Pak Dean bilang memiliki catatan kriminal, bukan seorang narapidana,” ucap Sydney membenarkan. “Kami semua tahu kalian sudah bebas dan dinyatakan tidak bersalah, Vienna. Jangan terlalu defensif, kita sedang bicara soal perusahaan, bukan memainkan sebuah drama keluarga.” Beberapa eksekutif tertawa kecil menahan geli, meskipun cepat-cepat menunduk agar tidak terlihat tidak sopan. Lalu Sydney menoleh ke arah pemimpin rapat. Wajahnya kembali serius. “Tolong, kondisikan, dan jangan mengulur waktu terlalu lama. Kita harus menghargai waktu Bapak dan Ibu di ruangan ini,” pinta Sydney dengan tegas. Vienna mendesis pelan, tetapi sebelum dia bisa membal

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   206. Pura-pura Peduli

    “Vienna, aku bersama Morgan. Kenapa aku harus merayu Lucas?” tanya Sydney tenang sambil menghela napas. “Aku hanya membersihkan noda di jas suamimu. Kau sedang sakit, jadi aku bisa maklum kalau Lucas agak tidak terurus.”Sydney bicara dengan santai, tetapi ucapannya sarat dengan sindiran yang menusuk tajam.Vienna menggertakkan rahang. Sorot mata wanita hamil itu menyala seperti ingin menerkam.“Hati-hati bicaranya, Sydney. Kandungan Vienna sedang lemah.” Lucas langsung melangkah maju untuk melerai.“Oh?” Vienna memutar badan menghadap Lucas sambil menatapnya tajam dan tanpa ampun. “Jangan pura-pura peduli padaku!”Lucas tampak kaget, tetapi dia tidak menjawab. Masalah akan lebih panjang jika saat ini dia bicara. Memang benar, bayi dalam kandungan Vienna melemahkannya.Lalu, Vienna kembali menatap Sydney dengan tatapan menantang.“Lalu mengapa kalian bisa pergi ke sini bersama?” tanyanya sambil mengangkat dagu.

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   205. Pas Sekali

    “Aku ingin mengambil hati Lucas.” Kalimat itu terus berputar dalam kepala Sydney saat mobil melaju di parkiran basement Zahlee Entertainment. Kalimat yang dulu Sydney bisikkan ke telinga Morgan dengan penuh amarah, luka, dan tekad. Bukan karena Sydney masih mencintai Lucas, perasaannya pada pria itu sudah mati. Sudah dikubur bersama peti kecil putih bertuliskan nama Isaac Ryder hampir dua tahun lalu. Yang tersisa di hati Sydney untuk Lucas kini hanya dendam. ‘Kalau aku bisa membuat Vienna merasakan apa yang pernah aku rasakan dulu,’ batin Sydney, ‘mungkin luka ini sedikit sembuh.’ Mendapat pengkhianatan saat berjuang mengobati anak yang sakit, apalagi Vienna juga mengompori Lucas untuk membenci Isaac. Sydney melirik ke arah Lucas yang tengah menempelkan kartu parkir ke mesin otomatis. Suara bip terdengar. Lalu palang parkir pun terangkat. ‘Seand

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   204. Aku Mual

    “Apa yang kau katakan, Jalang?” bentak Lucas lantang dengan napas memburu. Sydney menunduk untuk menyembunyikan wajahnya. ‘Sial! Aku mual!’ batin Sydney. Bahkan udara di kamar ini terasa menyesakkan. Sydney kembali mengangkat wajah dan mengukir senyum. Bersikap seolah umpatan Lucas bukanlah apa-apa, padahal hati Sydney sedang meraung-raung karena pria itu mengatainya jalang berulang kali. “Ah, maaf!” jawab Sydney pura-pura merasa bersalah. “Karena melihat kamar ini dan sadar bahwa tidak banyak yang berubah, aku jadi mengenang masa lalu.” Lucas menyipitkan mata dan menatap Sydney dengan curiga seakan wanita itu sedang melakukan hal yang tidak masuk akal di depan wajahnya. Sydney mengangkat bahu pelan sambil tetap tersenyum. “Apalagi aku juga baru melihat kamar Isaac,” lanjut Sydney setelah menghela napas. “Aku pasti sudah gila karena mendadak merinduk

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   203. Berhenti, Sydney!

    Mata wanita itu melebar saat melihat ke arah pintu yang sedikit terbuka, entah karena dorongan angin atau Lucas yang lupa menutupnya rapat. Sydney tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan. Tanpa pikir panjang, wanita itu melesat ke arah pintu dengan langkah cepat. Rasa sakit di bahu dan sikunya tidak lagi Sydney rasakan, tertutup oleh adrenalin yang membanjiri seluruh tubuh wanita itu. “Berhenti, Sydney!” teriak Lucas dari belakang. Sydney tidak menoleh. Napas wanita itu memburu dan jantungnya berdetak kencang seperti genderang perang. Dia mengintai pintu utama. Namun langkah Sydney mendadak terhenti. Ben tiba-tiba muncul dari arah tujuan Sydney. Pria itu menatap Sydney dengan tajam. “Oh, sial!” maki Sydney. Sydney menoleh ke belakang. Lucas semakin dekat. Pria itu berlari cepat seperti banteng lepas kendali. Spontan, Sydney berbelok ke kiri dan menabrak pintu pertama yang bisa dia raih. Dia hanya bisa mempercayai instingnya untuk melindungi diri. Jika tetap berada di sana, satu

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   202. Seperti Kekasihmu

    “Maaf, Nona. Saya hanya menjalankan perintah dari Tuan Lucas.” Pelayan itu menjawab dengan suara bergetar. “Sialan! Panggil pria brengsek itu ke sini sekarang juga!” Sydney menggedor keras pintu kayu itu dengan kedua tangannya. Tidak ada jawaban. Suara langkah kaki pelayan itu terdengar menjauh, membiarkan Sydney sendirian dengan amarah yang sudah mendidih. “Sial! Pantas saja Ben bersikap aneh dari tadi!” teriak Sydney seraya menghantam pintu sekali lagi, kali ini dengan bahunya. Satpam itu bersikap seolah tidak menerima dirinya, tetapi tetap membukakan gerbang. Gelagatnya pun mencurigakan. Sydney mengatupkan rahang, menahan gejolak yang terus naik hingga ke ubun-ubun. Napas wanita itu memburu. Dia memejamkan mata sebentar, berusaha mengatur napas sambil menyapu pandangan ke sekeliling kamar Isaac. Lucas sengaja menggunakan sesuatu yang berhubungan dengan Isaac untuk memerangkap

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status