Home / Romansa / Ibu Susu Jadi Ibu Sambung Anak CEO / Bab 62. Rintih yang Tak Sengaja Didengar

Share

Bab 62. Rintih yang Tak Sengaja Didengar

Author: Ucing Ucay
last update Last Updated: 2025-08-10 08:48:41

Lampu tidur menyala redup. Jam di dinding menunjuk pukul sebelas malam, dan udara dalam kamar VVIP itu terasa lebih hening dari biasanya. Hannan menyandarkan tubuh dengan malas di ranjang, memandangi langit-langit kamar sambil sesekali mencuri pandang ke arah Andini yang duduk di sofa, sibuk dengan ponselnya.

"Masih lama?" tanya Hannan datar, suaranya berat dan malas-malasan.

Andini tidak mengalihkan pandangan. "Apanya?"

"Tidurnya," sahut Hannan, lalu dengan santai menepuk sisi ranjang yang kosong. "Saya nggak gigit. Kalau takut, bawa bantal sebagai tameng."

Andini tidak membalas, sedang sibuk dengan tumpukan bantal dan selimut tambahan di ranjang baru. Tidak seperti malam sebelumnya, malam ini dia bersikap lebih acuh. Hannan sadar betul akan perubahan itu.

"Saya nggak maksa, tapi kalau kamu mau tidur di sini juga—boleh," ucap Hannan tiba-tiba, tanpa menoleh. Tenang, tapi terdengar seperti kode.

Andini pura-pura tidak dengar. Dia menyalakan lampu baca kecil dan memeluk bantal tanpa me
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Ibu Susu Jadi Ibu Sambung Anak CEO   Bab 75. Perang Sunyi

    Hujan tipis menggerimis di luar jendela gedung kosong sebelah proyek pembangunan milik Alfaruq Group. Lantai berderit, lampu remang, dan aroma alkohol menyatu dalam atmosfer gelap yang mencurigakan. Tempat itu jauh dari kesan profesional, namun sore itu, Dirga justru tampak duduk nyaman di sudut ruangan bersama seorang perempuan bermata tajam."Kukira kita sudah terlalu tua untuk bermain pekerjaan kotor seperti ini," ucap Dirga sambil menyalakan rokok. Asap mengepul perlahan, membentuk pola-pola samar yang langsung larut oleh embusan kipas angin berdebu.Dhira duduk di seberangnya, menyilangkan kaki dan menyentuh bibir gelas wine dengan jari. "Tapi kita belum terlalu tua untuk balas dendam."Mereka saling berpandangan. Tidak ada senyum. Hanya rasa puas yang muncul dari sudut bibir keduanya. Sebuah pesan singkat yang masuk ke ponsel Dirga beberapa menit lalu menjadi pemantik senyum lebar itu—pesan dari seseorang dalam sistem keamanan Alfaruq Group yang melaporkan ketegangan setelah ins

  • Ibu Susu Jadi Ibu Sambung Anak CEO   Bab 74. Tidak akan Kalah

    Senja jatuh pelan di balik kaca jendela ruang kerja keluarga Alfaruq. Warna jingga menelusup masuk, menabrak perabot mewah yang serba gelap. Di tengahnya, duduk dua sosok yang sedang tenggelam dalam percakapan: Lena Alfaruq, matriark penuh wibawa, dan Hannan Alfaruq, lelaki yang dunia hormati karena ketegasan dan ketepatan langkahnya.Meski damai dari luar, hawa di dalam ruangan terasa padat. Ada ketegangan halus yang mengendap, menyusup pelan ke dalam setiap jeda pembicaraan.Lena duduk di hadapan putranya, menyilangkan kaki anggun dengan elegansi khas seorang perempuan yang sudah terlalu sering bersentuhan dengan dunia kekuasaan. Wajahnya tenang, tapi matanya penuh isi."Mereka mencium desas–desus tentang kedekatanmu. Sesuatu yang tidak kamu sukai," ujarnya, membuka percakapan dengan nada hati-hati.Hannan yang sedari tadi menatap layar laptop lantas menutupnya pelan. Lelaki beralis tebal itu mendongak, menatap ibunya tanpa senyum."Sesuatu yang tidak saya suka?" ulangnya datar. Mat

  • Ibu Susu Jadi Ibu Sambung Anak CEO   Bab 73. Insiden Di Makam

    Udara terasa lembab, namun bukan karena hujan. Ada hawa ganjil yang Andini sendiri tak bisa jelaskan. Tangannya masih sedikit bergetar, sisa dari kejadian yang baru saja terjadi—kejadian yang nyaris merenggut nyawanya.Hannan berjalan setengah langkah lebih cepat dari Andini, menggendong Lingga yang masih tertidur di dadanya. Wajah pria itu nyaris tanpa ekspresi. Hening. Tapi mata tajamnya terus menelusuri sekitar. Sekilas, Hannan menoleh ke titik tempat motor berjaket hitam itu melintas, lalu lenyap. Tak ada suara kemarahan keluar dari mulutnya, tapi aura tubuhnya berbicara banyak—gelap, penuh tekanan.Andini memperhatikan langkah Hannan yang terasa lebih berat dari biasa. Pria itu memang tidak berkata apapun sejak menyelamatkannya. Tapi justru karena itu, dia tahu: sesuatu sedang bergerak di dalam kepala Hannan. Bukan sekadar marah. Melainkan lebih dari itu."Ada yang luka?" Hannan bertanya tanpa menoleh.Andini menggeleng pelan. "Enggak, Mas.""Masih shock? Yakin kuat jalan, atau m

  • Ibu Susu Jadi Ibu Sambung Anak CEO   Bab 72. Lamaran Sederhana

    Pagi itu, matahari belum tinggi ketika Hannan mengetuk pintu kamar. Ketukan pelan, tapi cukup untuk membangunkan Andini yang masih tidur sambil mendekap Lingga. Mata perempuan itu terbuka perlahan, melihat Hannan berdiri di ambang pintu dengan pakaian santai—kaus hitam, celana panjang kain, dan sepasang sepatu hitam yang tampak baru."Mas Hannan?""Selamat pagi.""Pagi. Tumben sekali rapi.""Kamu juga harus siap–siap. Kita mau pergi."Andini bangkit pelan dari tempat tidur, mengerjap. "Pergi? Masih jam enam. Mau pergi ke mana?""Nanti kamu tahu," jawab Hannan singkat. "Saya mau bawa kamu ke tempat penting."Andini ingin protes, tapi mengenal Hannan, dia tahu itu sia-sia. Beberapa puluh menit kemudian, mereka sudah berada dalam mobil. Hannan menyetir sendiri, dengan satu tangan menggenggam stir, sementara tangan lainnya meremas pelan jemari Andini. Lingga tertidur di kursi belakang dalam dekapan hangat selimut.Beberapa kali Andini mencuri pandang. Wajah Hannan terlihat tegang, tapi da

  • Ibu Susu Jadi Ibu Sambung Anak CEO   Bab 71. Hujan Hangat di Balik Pintu Kaca

    Andini menggeliat pelan di bawah selimut ketika merasakan matanya mulai terbuka. Ruangan masih dalam nuansa lembut—dinding bercat hangat, jendela terbuka menyuguhkan bias cahaya pagi yang baru saja menyentuh permukaan lantai kayu.Di sebelahnya, Hannan masih lelap. Napas pria itu teratur, lengan panjangnya masih melingkar di pinggang Andini dengan posesif yang khas. Seolah dunia tak boleh menyentuh calon istrinya—selain dia.Andini menyentuh pipi Hannan pelan, kemudian bangkit hati-hati. Namun, belum juga dia berdiri, jemari Hannan menangkap pergelangan tangannya."Mau kemana?" suara itu berat, baru bangun, tapi tetap terdengar dominan. "Mau mandi. Badanku lengket banget, Mas. Kamu masa nggak ngerasa?""Saya juga mau mandi," jawabnya sambil membuka satu matanya.Andini tertawa pelan, menepis tangan Hannan. "Kalau gitu kamu mandi duluan, aku mau cek Lingga. Gantian."Namun Hannan malah menarik selimut, dan dalam satu tarikan lembut namun pasti, Andini sudah kembali bersandar di dadany

  • Ibu Susu Jadi Ibu Sambung Anak CEO   Bab 70. Janji Tidak Pergi

    Udara kamar menyisakan keheningan yang nyaris sempurna. Aromanya lembut—campuran lavender dari diffuser di sudut ruangan dan sisa aroma mint yang tertinggal di kulit pria itu. Andini menarik selimut hingga ke dada, mengira malam itu akan berakhir tenang, tanpa drama. Tapi hidup bersama Hannan Alfaruq tidak pernah sesederhana itu.Baru saja matanya mengatup, sebuah tangan berat meraih pinggangnya dan menarik tubuhnya perlahan. Hangat. Kuat. Dan sangat familiar. Punggung Andini bertemu dada bidang Hannan, lalu dagu lelaki itu mendarat santai di atas bahunya.“Mas ...,” desis Andini, matanya setengah terbuka. “Katanya mau tidur.”“Tidur, iya. Tapi peluk dulu,” balas Hannan dengan suara malas, berat, dan ... manja.Andini mengerucutkan bibir, menahan tawa. “Lho, dari tadi ini apa kalau bukan dipeluk?”“Pelukan biasa. Aku maunya yang spesial. Yang lengket. Yang lama.”Andini terkekeh pelan. “Kamu tuh ... bayi besar. Nggak ada capeknya.”Tawa kecil mengisi ruang. Tapi keheningan kembali men

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status