Share

BAB 215

Author: Fredy_
last update Last Updated: 2025-12-10 22:29:11

Suasana ruang rapat Graha Utama beberapa hari ini terasa berbeda—lebih hidup, lebih optimistis. Semenjak ucapan selamat berbahagia membanjiri Leo, pria itu memang seakan tak pernah kehabisan energi.

Diagram proyeksi keuntungan terpampang di layar pun menambah kebahagiaan bapak anak satu itu. Blueprint rencana pembangunan resort baru di Austria memenuhi meja, lengkap dengan catatan-catatan detail.

Leo berdiri di depan, rapi dengan kemeja putih dan setelan charcoal grey, memimpin jalannya presentasi dengan percaya diri tinggi.

“Dengan koneksi dari Tuan Borden, dan seluruh penjualan aset Berlin yang sudah resmi dialihkan ke proyek Austria, pembangunan resort akan berjalan sangat cepat—perkiraan saya hanya tiga bulan,” ucap Leo, nada suaranya mantap.

Beberapa manajer senior saling pandang—semua sama-sama melihat peluang besar di depan mata.

Leo melanjutkan, “Fase satu dimulai bulan depan. Saya minta semua tim siap dalam dua minggu. Putra, kamu pimpin koordinasi dengan tim arsitek. Meeting
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Ibu Susu Polos Pak Boss   BAB 217

    Ya, suasana di ruang tengah sore itu sebenarnya memang sudah sempurna. Nayla sudah segar, Matteo sudah kenyang, Surti sudah selesai masak untuk dirinya sendiri—sampai tamu tak diundang itu masuk lewat jalur dianter CEO Graha Utama.Surti yang sedang duduk bersila di karpet, memainkan crib toys yang berputar warna-warni bersama Matteo, sontak menoleh begitu mendengar suara gadis yang sudah ia tandai di telinganya. Dan... Emily berdiri di sana, tersenyum lebar seperti di rumahnya sendiri saja.“Hi… Matteo!” sapa Emily riang dengan aksen Inggrisnya yang kental.Matteo yang sedang mencoba menggapai mainannya berhenti sejenak, menoleh Emily sekilas—lalu langsung balik lagi menatap Surti, tangannya terjulur-ulur penasaran.Surti cuek saja, memutar lagi tuas mainan yang hampir berhenti berputar, sambilengambil Matteo, aambil tersenyum kecut."Lucu ya, Teo... berputar... berputar...” ucapnya singkat, tetap fokus pada Matteo tanpa sedikit pun niat untuk berbasa-basi dengan Emily.Emily berkedi

  • Ibu Susu Polos Pak Boss   BAB 216

    Aroma vanila dari diffuser di kamar menambah senyum lebar di wajah Nayla. Dia baru saja selesai mandi, lebih awal dari biasanya. Rambutnya sudah dikeringkan, sedikit disisir ke samping, dan kulitnya yang lembap setelah mandi membuat wajahnya tampak segar. Ia tersenyum kecil—malam ini, untuk pertama kalinya setelah resepsi, mereka akan makan malam sebagai suami–istri di luar rumah, tanpa perlu takut pada kamera dan sorotan.Maka ketika semalam Leo berkata, “Besok aku akan pulang cepat dari kantor. Kita dinner di tempat romantis, ya,” hatinya langsung melompat senang.Nayla meraih pouch make-up, hanya ingin menambahkan sedikit lip gloss dan blush tipis saja. Leo tidak pernah menuntutnya tampil berlebihan—hanya menjadi diri sendiri saja sudah cukup untuk membuat lelaki itu membolak-balik tubuhnya tiga kali sehari.Nayla sudah menunggu Leo di ruang tengah, bersama Matteo dan Surti, ketika suara pintu depan terbuka.“Aku pulang…”Suara maskulin itu... meski sudah sering mendengarnya, tetap

  • Ibu Susu Polos Pak Boss   BAB 215

    Suasana ruang rapat Graha Utama beberapa hari ini terasa berbeda—lebih hidup, lebih optimistis. Semenjak ucapan selamat berbahagia membanjiri Leo, pria itu memang seakan tak pernah kehabisan energi.Diagram proyeksi keuntungan terpampang di layar pun menambah kebahagiaan bapak anak satu itu. Blueprint rencana pembangunan resort baru di Austria memenuhi meja, lengkap dengan catatan-catatan detail.Leo berdiri di depan, rapi dengan kemeja putih dan setelan charcoal grey, memimpin jalannya presentasi dengan percaya diri tinggi.“Dengan koneksi dari Tuan Borden, dan seluruh penjualan aset Berlin yang sudah resmi dialihkan ke proyek Austria, pembangunan resort akan berjalan sangat cepat—perkiraan saya hanya tiga bulan,” ucap Leo, nada suaranya mantap.Beberapa manajer senior saling pandang—semua sama-sama melihat peluang besar di depan mata.Leo melanjutkan, “Fase satu dimulai bulan depan. Saya minta semua tim siap dalam dua minggu. Putra, kamu pimpin koordinasi dengan tim arsitek. Meeting

  • Ibu Susu Polos Pak Boss   BAB 214

    Hari-hari setelah resepsi berlalu secepat gosip tetangga yang baru mampir lima menit tapi sudah tersebar ke seluruh kompleks. Rutinitas kembali seperti semula—atau setidaknya, kembali ke versi 'baru' setelah pesta besar mereka.Leo berangkat kerja setiap pagi, tapi sedikit berbeda dari sebelumnya, kini ada dua orang yang menunggunya dipeluk lama-lama sebelum ia pergi. Nayla, dengan rambut digulung asal-asalan dan piyama kusut minta dikoyak, selalu menjadi tujuan pertama.Setelah itu, Matteo—yang kini semakin lincah—merengek protes kalau belum mendapat jatah pelukan ayahnya.“Papa kerja dulu, ya. Papa sayang kalian,” ujar Leo sambil memeluk dua orang kesayangannya—menciumi pipi Nayla, kening Matteo, lalu kembali ke pipi Nayla lagi seakan belum puas.“Dadaaaah Papa… pulang bawa oleh-oleh, yaaa…” ujar Nayla menirukan suara bayi, lengkap dengan ekspresi menggemaskan."Hei..." Leo tertawa sambil menempelkan wajahnya ke leher Nayla, enggan melepaskan. “Aku cuma ke kantor, bukan ke luar nege

  • Ibu Susu Polos Pak Boss   BAB 213

    "Aahhh... aahh.... Leo... aaahhh....""Maaf, Sayang... aku nggak tahan... semalem nggak tega sama kamu...""Subuh... ini masih subuh, kan?""Ja... jam lima, Nay. Nggak subuh-subuh banget...""Aahhh... pelan... kamu nggak pemanasan dulu.""A... aku udah kebakaran. Nggak perlu pemanasan lagi...""Aduuhhh... udah masuk semua, ya?""Udah. Enaakk kan, Baby?" cengir Leo.Leo terus memompa di bawah tubuh Nayla. Sumpah demi apapun, Leo sungguh tidak tega melihat Nayla yang kelelahan dan tertidur pulas di pelukannya. Tapi, semakin lama memeluk Nayla, menyentuh kulitnya yang wangi dan lembut… Leo makin tidak tenang.Jadi saja, sebelum ayam jago berkokok, Leo sudah mengguncang tubuh Nayla di bawah sana. Nayla yang masih setengah terlelap hanya sanggup mendesah-desah saja tanpa perlawanan berarti. Berharap desahan dan rintihannya bisa mempercepat Leo mencapai puncak, tetapi yang ada suaminya itu malah makin bersemangat menggenjot. Dan sekarang tubuh Nayla sudah menelungkup rata dengan ranjang.Le

  • Ibu Susu Polos Pak Boss   BAB 212

    Gaun pengantin Nayla yang begitu indah itu masih menempel di tubuh Nayla. Setelah makeup wanita itu selesai dibersihkan, sekarang giliran Leo melucuti gaunnya. Leo berdiri di belakang Nayla, kedua tangannya sibuk memegang resleting panjang yang membentang dari punggung hingga pinggang Nayla. Pria itu menarik napas seolah hendak melakukan operasi skoliosis. "Aku buka ya, Nay..." gumamnya sambil merenggangkan jari-jari. Nayla berdiri tegak dan tak bergerak, hingga ia terlihat seperti manekin toko yang baru ditaruh di etalase. Leo menarik resleting itu sedikit. Macet… “Eh, kok seret gini?” Leo mendekatkan mata ke kain gaun. “Ini resletingnya bandel atau aku yang grogi ya?” Nayla tidak menjawab. Dia hampir terlelap dalam posisi berdiri. Leo menahan tawa sambil terus berkutat dengan resleting. “Nay... Nay, gimana nih? Resleting-nya nggak mau turun. Aku robek aja kali ya?" Nayla menggumam lirih, “Jangan bercanda… aku capeeeek…” “Iya, aku juga capek, Nay,” sahut Leo sambil m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status