Share

Ibu Susu Untuk Bayi Tuan Sean
Ibu Susu Untuk Bayi Tuan Sean
Author: A mum to be

Bab 1

Author: A mum to be
last update Last Updated: 2025-06-26 15:03:23

"Jadi... selama ini kamu hanya mempermainkanku, Mas?" Suara Alya bergetar, matanya yang sembab masih menatap pria di hadapannya dengan penuh luka.

Adrian berdiri di sisi ranjang, mengancingkan kemejanya dengan wajah tanpa penyesalan. "Aku tidak pernah mempermainkanmu, Alya. Tapi aku memang sudah tidak mencintaimu lagi."

Dada Alya terasa sesak. Rasanya seperti dipukul berkali-kali tanpa bisa melawan. "Dan kamu memilih perempuan itu? Dia bahkan tahu kamu sudah beristri, tapi tetap mau tidur denganmu, Mas?"

Adrian menghela napas panjang. "Al, kita sudah tidak cocok lagi. Kamu terlalu sibuk dengan Rey, dengan rumah, dengan semua hal yang tidak lagi membuatku tertarik. Sementara Stella... dia mengerti aku."

"Lagi-lagi Stella!” Alya tertawa miris. "Kamu mengkhianati pernikahan kita demi perempuan yang bahkan tidak punya rasa malu? Demi seseorang yang masuk ke rumah ini di belakangku?"

Adrian menatap Alya dengan tatapan dingin. "Sudahlah, Al. Aku ingin bebas. Aku akan mengurus perceraian kita."

Alya menganga dengan mata yang terbelalak lebar. Tangannya mengepal di sisi tubuh, mencoba mengendalikan gemetar yang menjalari seluruh dirinya. "Tega kamu, Mas! Bagaimana dengan Rey? Putramu sendiri?"

"Hak asuhnya akan jatuh padaku," jawab Adrian enteng. "Kamu tahu sendiri keluargaku punya kuasa atas segalanya. Aku bisa memberikan Rey kehidupan yang lebih baik, sedangkan kamu? Apa yang bisa kamu berikan selain air mata dan kesedihan?"

Alya menggeleng, air matanya kembali jatuh. "Kamu enggak bisa mengambilnya dariku. Aku ibunya! Aku yang mengandungnya selama sembilan bulan! Aku yang menyusuinya! Aku yang begadang setiap malam untuknya!"

"Dan aku papanya," potong Adrian. "Jangan buat ini lebih sulit, Alya. Kamu harus pergi."

Alya jatuh terduduk di lantai. Ruang tidur mereka yang dulu hangat kini terasa seperti tempat asing yang mencekik. Hatinya tercabik-cabik melihat koper yang ternyata telah disiapkan oleh Adrian. Tanpa perasaan, tanpa empati.

"Aku tidak akan pergi tanpa Rey," gumamnya, berusaha bangkit.

Namun, sebelum dia sempat bergerak, dua orang penjaga masuk ke dalam kamar. Alya menatap mereka dengan bingung.

"Antar Nyonya Alya keluar," perintah Adrian dengan datar.

"TIDAK!!"

Alya berteriak, berusaha meraih ranjang tempat putranya tertidur. "Mas, kumohon! Jangan lakukan ini! Jangan pisahkan aku dari Rey!"

Namun, tangan kekar para penjaga menyeretnya keluar, sementara suara tangisan bayinya menggema di seluruh ruangan. Alya menjerit, berusaha melepaskan diri, tetapi kekuatannya tak cukup untuk melawan mereka.

Tangisan Rey semakin keras, seakan memahami bahwa sang ibu sedang diambil darinya.

"REY!" Alya menangis histeris. "MAS ADRIAN, KUMOHON! JANGAN PISAHKAN AKU DENGANNYA!"

Tapi Adrian tetap berdiri di ambang pintu, menatapnya tanpa belas kasihan.

"Selamat tinggal, Alya."

Pintu itu tertutup. Dan dengan itu, dunianya hancur.

Hujan turun deras saat Alya berjalan tanpa tujuan. Pakaian yang melekat di tubuhnya sudah basah kuyup, rambut berantakan, dan pandangan matanya kosong. Orang-orang yang berlalu-lalang di trotoar hanya melirik sekilas, lalu kembali sibuk dengan urusan masing-masing.

Telepon di tangannya bergetar. Nama yang muncul di layar membuat hatinya sedikit lebih tenang.

"Al, kamu di mana?" tanya sahabatnya yang terdengar cemas.

"Aku di Simpang Layang. Aku... diusir Mas Adrian," jawab Alya lirih, suaranya bergetar menahan tangis. “Maafin aku, Num. Aku enggak pernah dengerin kata-katamu selama ini.”

"Tunggu di sana, aku akan menjemputmu," ujar seseorang di seberang telepon sana tanpa ragu.

Tak lama kemudian, sebuah mobil berhenti di depan Alya. Seorang perempuan berlari ke arahnya, langsung memeluknya erat. "Alya... Aku di sini. Tenang ya. Kamu enggak sendirian."

Pelukan itu membuat benteng pertahanan Alya runtuh. Ia menangis tersedu-sedu di pelukan sahabatnya, menumpahkan semua luka yang selama ini tertahan. "Hanum... Aku kehilangan semuanya. Aku kehilangan Rey... Aku enggak punya apa-apa lagi..."

Hanum mengusap punggungnya lembut. "Tenang, kamu bisa tinggal denganku untuk sementara. Kita cari jalan keluar bareng-bareng, ya?"

Alya mengangguk pelan, merasa sedikit lebih kuat karena masih ada seseorang yang peduli padanya. Namun, dalam hatinya, ia bertanya-tanya—apa yang harus ia lakukan sekarang? Bagaimana ia bisa merebut kembali kehidupannya? Dan yang paling penting, bagaimana ia bisa bertahan dalam dunia yang seolah tak lagi memberinya tempat?

Alya menatap berkas perceraian di tangannya dengan tatapan kosong. Di ruang sidang yang begitu megah, keadilan terasa begitu jauh dari genggamannya.

"Hak asuh anak diberikan kepada pihak ayah dengan pertimbangan kestabilan finansial dan lingkungan yang lebih baik bagi anak," suara hakim menggema di ruangan.

Alya terhenyak. "Tidak... Pak Hakim, saya mohon! Saya ibunya! Saya yang melahirkan dan merawatnya! Tolong jangan pisahkan saya dari anak saya!"

Teriakannya tidak dipedulikan. Alya kalah. Sekali lagi dia tak berdaya menghadapi Adrian yang berkuasa di atas dirinya.

“Alya!!”

Suara Hanum menggema ke seisi ruangan persidangan. Namun, Alya tak menggubrisnya lantaran perempuan malang itu sudah terhuyung ke lantai.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ibu Susu Untuk Bayi Tuan Sean   Bab 143

    “Sayang, kau duluan masuk kamar saja ya.”“Kau yakin?” tanya Utari yang terdengar ragu.Adrian mengangguk sembari mengelus punggung tangan istrinya. “Kau harus istirahat karena bayi kita pasti kelelahan juga di dalam sana.” Adrian menegakkan badan untuk menyambut kedatangan orang tadi. Suara langkah berat memecah kesunyian di tepi jalan berbatu. Lampu taman di luar kafe itu berpendar lembut, menyorot dua sosok pria yang berdiri saling berhadapan di bawah langit malam yang nyaris tanpa bintang. Adrian menatap Sean dengan sorot mata lelah, seperti seseorang yang sudah terlalu lama dihantui masa lalu. Tangannya menggenggam erat ponsel di saku, sementara napasnya masih berat karena kejutan mendengar panggilan tadi. Sean

  • Ibu Susu Untuk Bayi Tuan Sean   Bab 142

    Langit malam menaburkan cahaya keperakan di atas halaman kecil kafe yang tenang.Udaranya terasa lembap, dan aroma cokelat hangat bercampur wangi tanah basah setelah hujan sore tadi. Adrian duduk di seberang meja, menatap perempuan yang kini tengah menikmati sendok terakhir es krim vanila di tangannya.“Bayinya aktif banget malam ini,” ujar perempuan itu pelan, menatap Adrian dengan mata berbinar. “Tiap kali aku makan yang manis, pasti dianya langsung nendang.”Adrian mengangkat alis, tersenyum sekilas. “Mungkin dia tahu ibunya terlalu suka gula, tapi jangan berlebihan ya. Ingatlah kata dokter, Utari Sayang.”“Eh, kau juga dulu yang nyuruh aku makan es krim biar gak stres, kan?” sergah perempuan bernama Utari tersebut menimpali, terkekeh pelan. “Lagipula dokter bila

  • Ibu Susu Untuk Bayi Tuan Sean   Bab 141

    Malam merambat pelan, membungkus villa yang mereka tempati dalam selimut keheningan yang berat. Hanya suara detak jam di ruang tamu yang terdengar berulang, mengisi sela-sela napas orang-orang yang menunggu tanpa kepastian. Rey tertidur di gendongan Sean—atau lebih tepatnya, memejamkan mata tanpa benar-benar tidur. Bahunya yang kecil tersandar di dada sang ayah, sementara jemarinya menggenggam ujung kemeja Sean seolah takut kehilangan pegangan terakhir di dunia. Alya berjalan di sisi mereka, langkahnya pelan namun penuh gundah. Mereka baru saja kembali dari pencarian panjang—menyusuri jalanan yang dingin dan sunyi, berbekal harapan tipis bahwa Adrian masih berada di sekitar. Tapi hasilnya nihil. Seolah pria itu menelan dirinya sendiri dalam kegelapan malam.

  • Ibu Susu Untuk Bayi Tuan Sean   Bab 140

    Alya berdiri di balkon kamar vila, menatap laut sore yang mulai berubah warna. Ombak berdebur perlahan, seakan membisikkan sesuatu yang tak bisa ia pahami. Sejak pagi tadi, hatinya tak tenang. Ada firasat aneh yang terus menggelayut di dada—halus, tapi menusuk.“Kenapa rasanya seperti ada yang akan terjadi?” gumamnya pelan. Dari jauh, suara tawa anak-anak terdengar samar. Renzo dan Ruelle masih sibuk dengan ember dan sekop pasir mereka, Leon membantu Tuan Agusta mengambil foto, sementara Sean berbincang dengan Alex di sisi barat pantai. Semua tampak damai… tapi batin Alya tetap gelisah.Ia meremas jemari sendiri, mencoba menepis pikiran-pikiran buruk. Sementara itu, di tepi pantai, Rey berdiri mematung. Pandangannya tak lepas dari so

  • Ibu Susu Untuk Bayi Tuan Sean   Bab 139

    Langit Bali siang itu berwarna biru pucat, seolah ikut menyambut kedatangan keluarga besar Sean dengan kelembutan yang menenangkan. Angin laut berembus lembut, membawa aroma asin dan suara deburan ombak yang menenangkan hati. Alya berdiri di balkon vila tepi pantai yang mereka sewa, memandang ke arah laut dengan mata yang dipenuhi syukur. Sudah sebulan lebih sejak hari-hari berat itu berlalu. Waktu penuh kedamaian yang ia pikir tak akan datang secepat ini. Selena kini lebih hangat, lebih terbuka, bahkan sering datang ke dapur untuk membantunya menyiapkan sarapan. Tak ada lagi tatapan dingin atau kalimat yang menyayat. Semua luka perlahan sembuh, digantikan dengan tawa dan percakapan ringan. Suara tawa kecil terdengar dari ruang tengah. Alya menoleh dan tersenyum—di

  • Ibu Susu Untuk Bayi Tuan Sean   Bab 138

    Sudah dua minggu berlalu sejak sore hujan yang menyatukan dua hati perempuan di bawah atap yang sama. Waktu terasa melambat, tapi dengan cara yang menenangkan. Tak ada lagi suara pintu dibanting, tak ada lagi tatapan tajam atau kata-kata yang menusuk. Rumah itu kini bernafas dalam ritme baru — lembut, teratur, dan hangat. Pagi itu, aroma roti panggang dan kopi hitam memenuhi udara. Suara tawa anak-anak menggema dari ruang keluarga, bersahut-sahutan dengan musik lembut dari radio yang menyala setengah pelan. Alya berdiri di dapur, mengenakan apron biru muda, mengoleskan selai stroberi ke roti panggang sambil tersenyum.“Jangan rebutan! Semua dapat bagian ya,” serunya, setengah tertawa.“Ruelle ambil duluan!” protes Leon dengan pipi menggembung.“Karena aku yang bantu Tante Selena kepang ra

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status