Share

Bab 4

Penulis: A mum to be
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-26 15:05:23

Alya berdiri di depan apartemen mewah milik Sean Alexander. Udara malam yang sejuk menerpa wajahnya, membawa serta rasa gugup yang semakin menguasai dirinya. Sejak pertemuan mereka di rumah sakit sore tadi, semuanya terasa begitu cepat. Kini, ia benar-benar akan tinggal di rumah seorang pria asing untuk merawat bayi yang bukan darah dagingnya.

Pintu besar itu terbuka secara otomatis setelah Sean mengetikkan kode pada panel di sampingnya. Ia melangkah masuk tanpa menoleh ke belakang, membuat Alya harus buru-buru mengikutinya. Begitu melewati ambang pintu, Alya tertegun.

Ruangan itu luas, dengan langit-langit tinggi dan interior modern yang didominasi warna hitam, putih, dan abu-abu. Setiap furnitur tampak mahal dan tertata rapi, memberikan kesan dingin dan formal, sangat mencerminkan pemiliknya.

"Ikut aku," kata Sean singkat, berjalan menuju sebuah ruangan di sudut apartemen. Alya mengikuti tanpa suara.

Ruangan itu adalah kamar bayi. Tidak seperti bagian apartemen lainnya yang terasa dingin, kamar ini justru terasa lebih hangat dan nyaman. Dindingnya dihiasi wallpaper bernuansa langit malam dengan bintang-bintang kecil yang bersinar lembut. Sebuah boks bayi berwarna putih berada di tengah ruangan, lengkap dengan pernak-pernik bayi yang tertata rapi di rak-rak.

Di dalam boks, Leon tidur dengan tenang, wajahnya yang mungil tampak damai dalam cahaya redup lampu malam. Hati Alya mencelos. Entah kenapa, melihat bayi itu membuatnya merasakan sesuatu yang aneh, sesuatu yang mirip dengan perasaan saat ia pertama kali melihat Rey.

"Mulai sekarang, ini kamarmu juga," suara Sean menariknya kembali ke kenyataan.

Alya menoleh ke arahnya, terkejut. "Saya akan tidur di sini?"

Sean mengangguk. "Leon masih bayi, dia perlu menyusu di malam hari. Aku tidak mau ada keterlambatan hanya karena kamu harus berjalan dari kamar lain. Semua kebutuhanmu ada di sini, termasuk kamar mandi pribadi. Kalau ada yang kurang, katakan pada kepala asisten yang sudah kutunjuk."

Alya mengalihkan pandangan ke sekeliling kamar. Meskipun tidak pernah membayangkan akan tinggal di tempat seperti ini, setidaknya ia punya ruang sendiri, tidak perlu merasa seperti tamu di rumah orang.

"Baik, Pak," jawab Alya akhirnya.

Sean mengangguk, lalu melirik ke arah Leon. "Jadwal menyusu Leon sudah tertulis di meja. Aku ingin semua berjalan sesuai aturan."

Alya mengernyit. "Saya mengerti, tapi bayi tidak selalu bisa mengikuti jadwal ketat. Mereka butuh kenyamanan, bukan hanya aturan."

Tatapan Sean menajam. "Itu bukan urusanmu. Tugasmu hanya memberikan ASI, bukan mengatur cara untuk membesarkan anakku."

Alya menggigit bibirnya, menahan komentar yang hampir meluncur dari mulutnya. Pria ini jelas memiliki kendali penuh atas segalanya, dan ia tidak ingin memulai konflik sejak awal.

"Baik, saya mengerti," katanya akhirnya, memilih untuk tidak memperpanjang argumen.

Sean menatapnya sesaat, seolah ingin memastikan tidak ada perlawanan lebih lanjut, lalu berkata, "Kalau begitu, aku serahkan Leon padamu." Tanpa menunggu jawaban, ia berbalik dan keluar dari ruangan.

Begitu pintu tertutup, Alya mengembuskan napas panjang. Ia mendekati boks bayi dan menatap Leon yang masih tertidur lelap. Wajah mungil itu tampak begitu polos dan rapuh. Dengan hati-hati, Alya mengulurkan tangan dan menyentuh pipi Leon yang lembut.

"Halo, Leon," bisiknya. "Mulai sekarang, aku akan merawatmu. Kita sama. Kamu kehilangan ibu. Aku pun kehilangan anakku. Tapi mungkin kamu yang lebih kasihan karena kalian sekarang sudah beda dunia. Sabar ya.”

Saat itu, Leon menggeliat sedikit, lalu mengeluarkan suara kecil sebelum kembali terlelap. Alya tersenyum tipis, merasakan sesuatu yang hangat mengalir dalam hatinya.

Alya mengamati Leon yang tertidur pulas di dalam boks bayi. Ruangan ini luas dan elegan, dengan dekorasi bernuansa biru lembut yang terasa menenangkan. Hanya suara napas kecil bayi itu yang terdengar di antara keheningan. Hatinya masih terasa berat, tapi setidaknya ada sesuatu yang bisa ia lakukan—memberikan ASI untuk bayi ini.

Hari pertama di rumah Sean Alexander terasa begitu canggung. Alya belum terbiasa dengan lingkungan baru ini, apalagi dengan aturan yang cukup ketat. Sean sendiri nyaris tidak berbicara dengannya setelah pertemuan kemarin. Pria itu hanya memberikan instruksi melalui kepala pengurus rumah tangganya, Bu Rina. Alya dihormati sebagai ibu susu Leon, tetapi juga tetap dianggap sebagai pekerja.

Sore itu, Alya duduk di kursi dekat jendela, menatap langit yang mulai berubah jingga. Ia belum melihat Sean lagi sejak pagi tadi. Pria itu selalu sibuk, seolah dunia ini hanya berputar di sekeliling bisnisnya. Tapi di balik sikap dinginnya, Alya tahu bahwa Sean peduli pada anaknya. Buktinya, ia tidak sembarangan memilih seseorang untuk merawat Leon.

Pintu terbuka pelan. Sean muncul, mengenakan kemeja putih dengan lengan yang digulung hingga siku. Tatapannya tajam seperti biasa, tetapi kali ini ada sedikit kelelahan di dalamnya. Ia berjalan mendekati boks bayi dan menatap Leon yang masih terlelap.

"Apa tidurnya nyenyak?" tanyanya tanpa menoleh ke arah Alya.

Alya mengangguk. "Ya, dia anak yang tenang."

Sean terdiam beberapa saat, lalu berbalik menghadapnya. "Kamu kesulitan menyesuaikan diri di sini?"

Alya tidak menyangka Sean akan menanyakan hal itu. "Tidak juga, Pak. Hanya... semuanya masih terasa baru. Saya masih belajar beradaptasi."

Sean mengangguk kecil. "Selama kamu mengikuti aturan dan menjaga Leon dengan baik, tidak akan ada masalah."

Alya mengerti maksudnya. Ia tahu Sean tidak ingin keterikatan emosional, dan ia mencoba membatasi diri. Ini memang hanya pekerjaan, dan ia telah berjanji untuk tidak terikat secara emosional. Namun, bagaimana mungkin ia bisa menjaga jarak dari bayi sekecil ini?

"Kenapa Anda begitu kaku soal batasan ini?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Ibu Susu Untuk Bayi Tuan Sean   Bab 7

    Alya duduk di kursi goyang di kamar bayi, mengayun pelan sambil menatap Leon yang tertidur dalam dekapan hangatnya. Nafas kecil bayi itu terdengar lembut, naik turun dalam irama yang menenangkan. Jari-jarinya yang mungil masih menggenggam erat jemari Alya, seolah takut kehilangan kehangatan yang ia berikan.Dari awal, Alya hanya berniat untuk merawat Leon sebagai bagian dari tugasnya. Tidak lebih. Tapi entah sejak kapan, perasaannya mulai berubah. Semakin lama ia menghabiskan waktu bersama Leon, semakin besar rasa sayangnya pada bayi itu. Setiap kali ia menenangkannya saat menangis, setiap kali Leon tertawa kecil dalam tidurnya, ada sesuatu di dalam dirinya yang perlahan terbuka.Kenangan lama yang sudah ia kubur dalam-dalam mulai menyeruak kembali. Alya menatap wajah mungil Leon dan untuk kesekian kalinya, ia mengingat anaknya sendiri. Anak yang tidak pernah bisa ia lihat tumbuh besar. Perasaan itu datang seperti gelombang besar yang menerjang hatinya tanpa ampun. Ia sudah mencoba me

  • Ibu Susu Untuk Bayi Tuan Sean   Bab 6

    "Saya hanya ingin membuat teh," jawab Alya pelan, mencoba mempertahankan ketenangannya.Sean mengamati ekspresinya dengan penuh selidik. Wajahnya masih menyiratkan ketegangan dari percakapan yang baru saja terjadi di telepon. Namun, alih-alih menegurnya lebih jauh, Sean menghela napas panjang lalu berjalan melewatinya."Sudah malam, sebaiknya kau kembali ke kamar," katanya tanpa menoleh.Alya mengangguk, memilih untuk tidak membalas. Ia tidak ingin memperkeruh suasana, terutama saat Sean sedang dalam keadaan emosional seperti ini. Namun, ia tidak bisa mengabaikan apa yang baru saja didengarnya. Ada sesuatu yang membuat Sean begitu marah—sesuatu yang berkaitan dengan bisnisnya.Saat ia kembali ke kamarnya, pikirannya masih dipenuhi oleh percakapan itu. Apa yang sebenarnya terjadi? Dan mengapa Sean terlihat begitu penuh amarah? Apakah ini ada hubungannya dengan masa lalunya? Alya tidak tahu, tapi satu hal yang pasti—pria itu menyimpan banyak luka yang belum sembuh.Keesokan paginya, Aly

  • Ibu Susu Untuk Bayi Tuan Sean   Bab 5

    Alya bertanya secara tiba-tiba, tanpa sadar suara hatinya keluar.Sean menatapnya, ekspresinya mengeras. "Karena aku tidak ingin membuat kesalahan yang sama. Leon hanya butuh seseorang untuk menyusuinya, bukan sosok ibu pengganti. Aku tidak ingin dia tumbuh dengan harapan yang tidak nyata."Ada kepedihan dalam suara barusan, meskipun ia berusaha menyembunyikannya. Alya tidak bertanya lebih jauh. Ia tahu ada sesuatu di masa lalu Sean yang membuatnya seperti ini. Namun, ia juga tidak ingin memaksakan diri untuk mengetahuinya.Saat itu, suara tangis Leon memenuhi ruangan. Alya segera mengambil bayi itu dan menggendongnya dengan lembut. Ia bisa merasakan tubuh kecil itu bergerak gelisah, mencari kenyamanan. Perlahan, Alya mulai menyusuinya dengan posisi berbalik badan.Sean memperhatikan tanpa berkata apa-apa. Matanya tidak lagi sekadar menilai, tetapi ada sesuatu yang lebih dalam di sana. Sesuatu yang hampir menyerupai kekaguman.Alya menunduk, fokus pada Leon. Ia tidak tahu ke mana arah

  • Ibu Susu Untuk Bayi Tuan Sean   Bab 4

    Alya berdiri di depan apartemen mewah milik Sean Alexander. Udara malam yang sejuk menerpa wajahnya, membawa serta rasa gugup yang semakin menguasai dirinya. Sejak pertemuan mereka di rumah sakit sore tadi, semuanya terasa begitu cepat. Kini, ia benar-benar akan tinggal di rumah seorang pria asing untuk merawat bayi yang bukan darah dagingnya.Pintu besar itu terbuka secara otomatis setelah Sean mengetikkan kode pada panel di sampingnya. Ia melangkah masuk tanpa menoleh ke belakang, membuat Alya harus buru-buru mengikutinya. Begitu melewati ambang pintu, Alya tertegun.Ruangan itu luas, dengan langit-langit tinggi dan interior modern yang didominasi warna hitam, putih, dan abu-abu. Setiap furnitur tampak mahal dan tertata rapi, memberikan kesan dingin dan formal, sangat mencerminkan pemiliknya."Ikut aku," kata Sean singkat, berjalan menuju sebuah ruangan di sudut apartemen. Alya mengikuti tanpa suara.Ruangan itu adalah kamar bayi. Tidak seperti bagian apartemen lainnya yang terasa d

  • Ibu Susu Untuk Bayi Tuan Sean   Bab 3

    “Alya, aku tahu ini nggak mudah," kata Dinda pelan, penuh kehati-hatian. "Tapi di sini, di rumah sakit ini, ada bayi kecil yang sangat membutuhkan ASI. Ibunya meninggal saat melahirkannya, dan dia belum mendapatkan cukup asupan susu."Alya menatap Dinda dengan mata berkabut. "Bayi itu... tidak punya ibu?"Dinda mengangguk. "Ya. Dia kehilangan ibu yang melahirkannya. Seperti kamu yang sedang kehilangan Rey, bayi itu juga kehilangan ibunya."Air mata Alya mulai menggenang. Ia meremas selimutnya erat-erat, merasakan gelombang perasaan yang tak bisa dijelaskan. Sakit karena kehilangan Rey masih menggerogoti hati, tetapi ada sesuatu dalam kata-kata Dinda yang menyentuh sisi terdalam jiwanya.Dinda kembali melanjutkan kata-katanya. "Kamu sedang dalam kondisi menyusui, dan aku tahu kamu pasti merasa kesakitan karena ASI-mu enggak keluar. Bayi itu butuh ASI, dan kamu butuh cara untuk mengatasinya. Ini bisa jadi solusi untukmu."Alya menunduk, pikirannya berkecamuk. Ia tidak pernah membayangka

  • Ibu Susu Untuk Bayi Tuan Sean   Bab 2

    Alya tak sadarkan diri sejak keputusan hakim menghancurkan harapannya. Tubuhnya limbung, lalu jatuh begitu saja di lantai ruang sidang yang dingin. Sementara itu suara panik Hanum menggema, memanggil namanya berulang kali."Alya! Astaga! Tolong!" Hanum lantas berlutut, menepuk-nepuk pipi sahabatnya yang pucat pasi. Panik dan tak tahu harus berbuat apa, ia menoleh ke arah petugas keamanan yang berjaga. "Tolong panggil ambulans! Dia butuh pertolongan!"Tak lama kemudian, sirene ambulans meraung di luar gedung pengadilan. Para petugas medis dengan sigap mengangkat tubuh Alya ke atas tandu dan membawanya ke rumah sakit terdekat. Hanum mengekor, tangannya menggenggam erat jari sahabatnya yang lemah.Setibanya di Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit, Alya segera diperiksa oleh dokter. Hanum berdiri di sudut ruangan, menggigit bibirnya, berusaha menahan tangis. Ia tak pernah melihat Alya sejatuh ini. Kehilangan Rey telah menghabiskan semangat hidup perempuan malang tersebut.Saat itulah

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status