“Aku sebenarnya menerima pekerjaan lepas waktu sebagai penerjemah sejak setahun yang lalu. Aku enggak pernah bilang soalnya aku takut Mas Nur tersinggung. Aku takut kalau Mas Nur merasa kecil karena berpikir uang yang diberikan Mas Nur kurang. Oleh sebab itu, aku tidak pernah bilang soal ini. Oleh sebab itu pula, pekerjaan rumah banyak yang terbengkalai. Aku minta maaf soal itu.”
Dara melihat Mas Nur menutupi mukanya denga kedua telapak tangannya. Mas Nur sepertinya menangis. Dara tadi sebenarnya melihat ada bekas-bekas tangisan di wajah Mas Nur, namun Dara diam saja. Dara tidak pernah tahu dan tidak mau tahu alasan Mas Nur menangis.
“Aku minta maaf juga Sayang, gara-gara itu, aku menyangka Sayang berselingkuh. Aku berpikiran buruk ketika laptop Sayang itu menyala dan setiap kali laptop itu menyala, semua pekerjaan rumah terbengkalai.”
“Aku minta maaf Mas, aku sudah menyimpan rahasia di hubungan kita.”
“Sayang, ak
Nur menutup pintu ruangan Dara. Di luar ruangan itu, dia bersandar pada tembok dan kembali menangis. Air mata deras membasahi pipinya. Penyesalan yang dalam. Dada yang sesak. Hati yang berlubang.Kedua kalinya, dia membuat perempuan yang dia cintai menangis.Dia segera cepat menguasai dirinya. Nur tidak ingin ada orang yang lewat di lorong itu dan melihatnya menangis. Dia mengambil nafas dalam-dalam dan menghembuskannya kuat-kuat. Dipandanginya pintu kamar Celo yang ada di seberang lorong, tepat di sebelah kamarnya.“Aku harus kesana. Aku mau melihat Celo dan aku harus mengakhiri ini dengan baik-baik. Aku mengenal dia dengan baik. Tidak ada alasan bagiku untuk tidak mengakhirinya dengan baik-baik pula. Meski semalam dia sudah secara aktif mau membunuhku, tapi rasaku tetap sama. Semua kata cinta itu adalah jujur. Aku tidak bohong semalam ketika aku bilang aku mencintainya.” batin Nur.Dengan langkah yang masih pelan-pelan, Nur menyeberangi loro
Sekitar tiga setengah tahun kemudian.Nur sedang duduk di food court sebuah mall besar di kota itu. Di hadapannya terhidang makanan mie dan es teh. Makanan itu sama sekali belum dia sentuh, mie itu sudah dingin. Dia hanya dari tadi minum es teh itu terus-menerus, hingga es itu sudah habis, dan hanya tersisa es batu saja di dalamnya. Meski begitu, dia masih menyeruput sisa-sisa teh yang tertinggal.Dia menyandarkan tubuhnya di kursi. Dia pandangi orang-orang yang berlalu lalang hiruk-pikuk disekitarnya. Hampir mereka semua membawa teman, pasangan, dan ada anak-anak. Nur mencelos hatinya. Hatinya berlubang. Rasa kehilangan masih terasa di hatinya.Nur ingat dulu, Dara selalu mengajaknya ke mall ini, dan makan mie ini, es teh ini pula dulu yang menjadi minuman favorit mereka berdua.Hari ini, entah mengapa, ada dorongan yang sangat kuat dari dalam hatinya untuk pergi ke mall ini dan makan mie, juga minum es teh ini. Kerinduan yang
“Kamu kemarin diajak Bu Celo kemana, Nur? Semakin sering kamu diajak pergi sama beliau,” tanya Gun tanpa tedeng aling-aling.Nur menarik nafas dalam-dalam, menghembuskannya kuat-kuat. Lalu dia menjawab, “Diajak ke Surabaya, ketemu orang bengkel resmi. Katanya mau kerjasama. Jadi nanti kalau jadi, mobil-mobil yang agak lama, yang biasanya mereka tidak mau menangani atau kewalahan, dikasih ke kita.” Ia berusaha keras agar nada suaranya tidak terdengar sombong.Gun mendengus, tersenyum sinis lalu berkata, “Kok sama kamu? Bukannya Bu Celo punya sopir sendiri? Bengkel punya sopir kan? Kalau kaya gini, sopir-sopir itu makan gaji buta. kita punya dua sopir, dan dua mobil operasional. Bukankah kerjasama itu hasil jerih payah Pak Anwar, kenapa enggak sama Pak Anwar?”“Bu Celo bilang kalau Pak Anwar kemarin lagi ada pekerjaan yang enggak bisa ditinggal. Bu Celo ngajak aku bukan sopir karena beliau butuh sesorang buat pertimbangan.
“Pak Nur.” sapa Salama.Nur menoleh, memperlihatkan wajah antusias dan tersenyum, “Ya Bu, ada apa?”“Pak Nas kan jadi wakil ketua di cabang Surabaya ya, terus, terus siapa yang mau menggantikan Pak?”“Wah Bu Salama, kok tanya saya. Saya tidak tahu,” jawab Nur.“Ayolah Pak Nur, Pak Nur kan sering pergi sama Bu Celo, masak Bu Celo ndak kasih bocoran? Sedikit saja. Pak Anwar ya?”Nur memejamkan matanya sambil terkekeh, “Haduh Bu Salama ini, memangnya saya ini siapa ko Bu Celo mau bocorin hal penting begitu ke saya?”“Pak Anwar” tukas Gun. “Siapa saja kandidatnya? Enggak ada kan? Tinggal Beliau saja. Pak Anwar punya insting bisnis kuat, disiplin, pekerja keras. Patut untuk jadi seorang wakil ketua. Ini kerjasama dengan bengkel resmi kan dari beliau juga pencetusnya.”“Idih, amit-amit jabang bayi.” tukas Salama menyanggah.&ld
Jantung Nur masih berdetak dengan kencang. Hatinya membuncah membawanya terbang kegirangan namun otaknya memaksa untuk mengingkari, memandang semua berdasar logika dan tetap berpijak di bumi. Pikirannya, pada akhirnya, mau tidak mau melayang layang dan berangan-angan. Dengan kedudukannya sekarang ini dia akan mendapat gaji yang lebih besar daripada sebelumnya. Gaji seorang wakil ketua berada pada level dua digit jutaan daripada seorang kepala divisi yang hanya satu digit jutaan saja. Dia tak sabar ingin segera sampai di rumah dan memberi tahu istrinya. Dengan gaji sebesar itu dan bonus yang juga naik, dia bisa memberikan fasilitas kesehatan yang lebih baik pada anaknya. Akhirnya dia kan bisa mendaftarkan anaknya untuk mendapatkan donor ginjal seperti yang dia dan istrinya inginkan selama ini. Dengan ginjal donor yang sehat, anaknya akan tumbuh sehat seperti anak-anak lainya. Tidak akan ada cuci darah minimal 2 minggu sekali yang menghabiskan sebagian besar gaji dan bonus-bon
Dilepasnya sepatu di depan pintu dan ditaruh di rak sepatu sebelah pintu. “Assalamualaikum, Sayang?” katanya sambil membuka pintu. Hening, tidak ada jawaban.“Jam segini masa sudah tidur?” pikirnya. Terbersit perasaan kecewa di hatinya. Pelan-pelan dia berjalan menuju kamar depan agar tidak membangunkan istri dan anaknya. Dilihatnya lewat pintu yang terbuka, istrinya dengan mata terbuka baru bangun tidur disamping anaknya yang tetap terlelap.Dilambaikanlah tangan kirinya dan menjunjung tas kresek hitam di tangan kanannya sambil berbicara tanpa suara, “Maaf.” Nur berharap istrinya tidak sebal karena telah membuatnya terbangun. Nur pernah membuat istrinya sebal karena dia secara sengaja membangunkan istrinya yang sedang tidur untuk makan malam. Istrinya bilang saat itu, dengan suasana hati yang buruk dan bersungut-sungut, berbicara pada Nur, dia lebih memilih untuk tidur daripada makan. Istrinya juga bilang bahwa dia sakit kepala kare
Nur memarkir motornya di bawah pohon keres yang berdaun jarang. Lalu dia berjalan ke dalam warung, diliriknya tempat favoritnya, seperti biasa belum ada yang menduduki. Di dalam warung, Nur melihat tidak ada antrian, maka dia langsung menuju ke meja yang terdapat laci kaca dan berisi bermacam-macam lauk pauk. Nur berkata, “Mak, pecel satu kayak biasanya ya.”“Nggeh Mas Nur.” Jawab Mak Nem.Nur menunggu sebentar. Sesaat kemudian Mak Nem memberikan piring yang sudah berisi nasi pecel pesanannya. Dia teringat sesuatu lalu berkata lagi pada Mak Nem, “Sama kopi Mak, nggeh?”Mak Nem mengangguk sambil berteriak pelan ke arah dapur, “Kopi siji.”Nur tidak menunggu kopi tersebut, dia langsung berjalan menuju pintu keluar yang hanya beberapa langkah dari meja. Dia duduk di kursi panjang tanpa sandaran di teras warung tersebut. Piringnya ditaruh di meja panjang di depannya. Dikeluarkannya ponsel, roko
Dia memarkir motornya di tempat parkir yang berada di belakang bengkel. Parkir itu luas dan berkanopi, berkonsep semi-indoor. Biasanya, hanya ada empat mobil yang parkir disana, mobil Aston Martin DB5 biru langit milik Bu Celo, Honda Civic hitam 2018 milik Pak Anwar, dan dua mobil Avanza tipe G putih 2018 yang menjadi mobil operasional bengkel. Hanya ada mobil operasional yang terparkir. Selain itu, semua pegawai menggunakan motor ataupun menggunakan transportasi umum.Lalu dia berjalan beriringan dengan Gun menuju pintu utama bengkel. Bengkel itu berpagar tinggi bercat putih dengan kawat berduri di atasnya. Tepat disamping pagar itu, ada tempat duduk panjang di bawah kanopi seng untuk para pegawai yang istirahat. Para mekanik yang biasanya duduk di sana sambil merokok.“Hari pertama masuk sebagai wakil ketua.” suara hati Nur dengan diselimuti rasa bangga dan senang. Dilihatnya di dalam pagar sebelah pintu masuk bengkel, ada tulisan berwarna putih dengan wa