Home / Fantasi / Ikatan Darah dan Giok Anora / Bagian 3, The Shadow Within

Share

Bagian 3, The Shadow Within

Author: qworamora
last update Last Updated: 2025-09-08 20:53:27

“Bangun. Ini pertama kalinya kau masuk sekolah... lagi.”

Suara itu terdengar bahkan sebelum kesadaran Anora sepenuhnya pulih.

“Kalau kau terlambat lagi, musuhmu tak akan ragu menghabisimu sebelum kau sempat melawan,” lanjut suara itu tajam.

Anora membuka matanya perlahan. Langit-langit abu-abu pucat menatapnya kembali. Apartemen itu sama seperti kemarin—dingin, rapi, dan terlalu sunyi. Tirai otomatis berwarna hitam legam menutup rapat jendela besar, menolak cahaya matahari yang mencoba menerobos. Hanya lampu LED redup di sudut ruangan yang hidup, memantulkan bayangan samar di dinding putih.

Heningnya apartemen hanya dipatahkan oleh dengungan halus mesin pendingin ruangan. Tak ada suara kota, seakan lantai tinggi ini sengaja dijadikan menara sunyi tempat Anora bersembunyi dari dunia luar. Bagi manusia, pagi berarti kehidupan baru. Bagi Anora, pagi hanyalah kelanjutan dari gelap yang dia pelihara.

“Cepat, kau akan terlambat nanti!” seru suara itu lagi, kali ini dengan sedikit lebih keras.

“Hmm, nanti!” gumam Anora yang memunggungi kucing hitam itu dan kembali memejamkan matanya.

“Pemalas! Cepat bangun dan mengapa apartemenmu gelap sekali!” ucap kucing hitam itu, dia melihat keseluruhan isi kamar Anora yang menurutnya gelap.

Interior apartemen itu minimalis—sofa abu-abu, meja kaca bening, rak buku hitam yang tersusun rapi. Namun, di antara semua kerapian itu, ada hal-hal yang menyimpan rahasia: sebuah kulkas kecil dengan kunci digital, botol-botol kaca berisi cairan merah pekat tersimpan di dalamnya; dan di meja dapur, segelas cairan sama masih meninggalkan noda di permukaan.

“Sederhana saja, karena aku vampir,” balas Anora.

“Kalau begitu, cepat bangun!” suara makhluk kecil yang imut, mengisi indera pendengaran Anora.

Anora meregangkan tubuhnya sambil berbaring, mengabaikan ucapan kucing hitam itu.

“Baru kali ini aku melihat vampir pemalas...” ucap kucing hitam itu sambil berjalan menaiki perut Anora

“Selamat kau beruntung...” gumam Anora dengan memejamkan mata.

“Yang ada aku sial, bukan beruntung!” sergah kucing itu sambil menekan perut Anora dengan kaki mungilnya.

“Aw—kukumu tajam sekali. Apa kau mau aku balas dengan taringku...” desis Anora dengan refleks mendudukan dirinya, membuat kucing hitam itu terjatuh di pangkuannya.

“Ingat peraturan. Tidak boleh menyakiti makhluk lain,” ucap kucing itu mengingatkan.

Anora memutar bola matanya malas, “Terserah, aku akan bolos sekolah!” gertak Anora kembali menidurkan dirinya di atas ranjang.

“Nona Draven!”

“Jangan ulangi kesalahanmu lagi, Anora. Musuhmu sudah bergerak.”

“Baiklah, baiklah, aku akan pergi...”

Anora dengan terpaksa bangun dari tidurnya dan kemudian melangkah menuju kamar mandi untuk berganti pakaian, seragam sekolah.

“Ayo, berangkat!” ajak Anora yang sudah selesai berganti pakaian.

“Kau jangan pakai kekuatan seperti ini di sekolah, ingat harus rahasia!” perintah kucing hitam itu dengan serius.

“Aku tahu... untuk bayanganku, bagaimana?” ucap Anora yang melihat tidak ada pantulan dirinya di kaca ruangannya.

Kucing hitam itu melihat kaca panjang yang pinggirnya berwarna hitam, terpasang di kamar Anora. “Kau buat apa membeli itu, kau saja tidak memiliki bayangan...”

“Entah, dahulu aku membelinya karena apa, ya?” ucap Anora yang juga bingung, dia tidak memiliki ingatan untuk hal ini.

Kucing itu menatap Anora sekilas kemudian berjalan ke arah pintu kamar,

“Kau bisa memunculkan bayangan dengan sihir.”

Anora melihat ke arah kucing hitam itu dengan mengangkat satu alisnya. “Bagaimana caranya?”

“Trik ilusi yang hanya vampir bangsawan saja yang bisa menggunakannya...”

“Mantra atau benda yang bisa membuat bayangan kalian muncul, itu ada di bukumu kemarin!” lanjutnya saat melihat Anora yang bertambah kebingungan.

“Buku? Aaa aku lupa melanjutkan membacanya, tunggu sebentar...”

Anora berjalan menuju laci di samping tempat tidurnya, dia membuka lorong laci yang kedua dan mengambil buku rahasia kemarin.

Anora membukanya dan membaca buku itu dengan teliti,

“Di halaman berapa?” tanya Anora pada kucing hitam.

“Delapan puluh lima.”

Anora menatap kucing itu sekilas sambil berdecak dengan sinis. “Katanya sudah kau ringkas. Lihat ini, bukunya setebal hidupku yang tidak habis-habis!”

“Itu sudah paling ringkas...”

“Gila! Sebanyak apa sebelum ini?” gumam Anora, yang sudah menemukan bacaan yang dia cari. Dia membacanya dengan bergumam, sesekali mengerutkan dahinya bingung.

“Aku pakai kalung saja,” lanjutnya menutup buku itu dan berjalan ke arah lemari. Dia mengambil brankas yang berisi kalung peninggalan nenek moyangnya.

“Jaga kalung itu, jangan sampai hilang!” peringat kucing itu dengan serius.

“Aku tahu, ini penting kan agar aku ada bayangan,” ucap Anora. “Tetapi, apa ada hal penting lain?” lanjutnya, Anora penasaran saat melihat raut wajah kucing hitam itu yang serius.

“Karena kalung itu bukan sekadar perhiasan dan tidak sesederhana itu!” balas kucing itu dengan menatap mata Anora dalam.

Tepat setelah kata-kata itu, batu biru di kalungnya bergetar…

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ikatan Darah dan Giok Anora   Bagian 11, Night Shift Secrets

    Butuh puluhan menit dia berkendara di tengah keramaian kotanya yang padat itu, agar sampai ke tempat tujuannya.Saat sudah sampai di tempat tujuannya, Anora memarkirkan mobilnya. “Apakah dia mengikutiku?” gumam Anora melirik sekitar sebelum turun dari mobilnya. “Sepertinya–“Ucapan Anora terpotong saat mendapat telepati dari suara seseorang yang dia kenal. ‘Baiklah, tunggu sebentar!’Pintu mobil terbuka, dan Anora melangkah keluar dengan tenang. Jaket kulit hitam dia jinjing di lengan kiri, beriringan dengan tas selempangnya. Kaus putih yang melekat di tubuh rampingnya berpadu dengan celana kulit hitam, menonjolkan lekuk proporsional yang membuat setiap gerakannya tampak anggun sekaligus berwibawa.Anora melangkahkan kakinya dengan anggun memasuki bangunan yang bernuansa putih di luar maupun di dalam. Ada taman kecil yang sengaja dibuat di depan halaman bangunan ini, sehingga membuat nyaman untuk orang yang menginap atau sekada

  • Ikatan Darah dan Giok Anora   Bagian 10, Eyes in the Dark

    Langit sore membara jingga, awan tipis bagai kabut dari pertempuran lama. Angin membawa aroma tanah basah dan kehidupan yang mulai bersembunyi malam. Dari atas balkon, Anora dapat mendengar detak jantung bahkan aroma dari semua makhluk yang terdeteksi oleh radarnya. Saking banyaknya aroma makhluk lain dan suara detak jantung mereka membuat Anora tidak bisa fokus, keahliannya melemah, menjadi tidak setajam jika hanya mencium beberapa aroma saja. Dia tidak bisa menebak aroma makhluk apa yang berada dekat ataupun jauh dengannya. Hanya aroma yang familier saja yang dapat dengan kuat radarnya deteksi. Seperti, Ink... “Kau ingin terus di sana?” tanya Ink yang tengah bersantai di atas sofa, setelah menghabiskan dua kaleng tuna. Anora melirik sekilas Ink yang berwujud kucing itu, dia mengabaikan pertanyaan Ink dan terus menatap langit yang menurutnya indah, seperti darah. “Hey, aku berbicara denganmu, anak kecil!” Anora mengabaikan itu, dia bahkan bergumam sendiri dengan tidak jelas,

  • Ikatan Darah dan Giok Anora   Bagian 9, Veil of Secrets

    Sudah dari beberapa menit yang lalu Anora meninggalkan perpustakaan. Kini, dia berada di taman sekolah, duduk termenung sendirian di bangku panjang yang berada tidak jauh dari rindangnya pohon flamboyan.Taman itu kontras dengan hiruk-pikuk sekolah. Dari kejauhan terdengar tawa siswa dan langkah tergesa di koridor, tapi di sudut taman, sunyi seolah hanya menyisakan dirinya. Angin sepoi menyapu kulitnya, mengibaskan anak rambut yang lolos dari ikatan. Daun-daun berguguran menari sebelum jatuh ke tanah, sementara udara sejuk membawa aroma rerumputan basah dan bunga mekar di tepi jalan.Anora memejamkan mata, menikmati kesejukan taman. Tak ada aroma makhluk lain, hanya harum pepohonan, bunga, dan kehidupan kecil di sekitarnya.“Jadi, mereka...” gumam Anora menggantungkan kalimatnya. Dia menatap hamparan di depannya dengan tatapan kosong. Anora masih mencerna dari apa yang dia ketahui baru-baru ini. “Sial! Aku kalah dengan serigala itu!” gumam Anora kesal setelah beberapa detik sudah me

  • Ikatan Darah dan Giok Anora   Bagian 8, Who’s the Main?

    Anora melangkah mantap ke perpustakaan, menelusuri rak demi rak. Matanya fokus, tapi hidungnya menangkap aroma makhluk-makhluk yang membingungkan sejak perjalanan tadi.Sepertinya dia akan mencari tahu tentang aroma makhluk-makhluk yang, sejak perjalanan tadi, beberapa di antaranya tidak bisa dia tebak.‘Benar kata Ink, aku harus belajar,’ batin Anora.‘Karena pengalaman hidupmu masih kurang, banyak makhluk yang tidak kau tahu,’ ucap Ink yang membaca pikiran Anora.‘Kau ikut campur sekali...’‘Rak kedua dari sini, buku yang kau cari,’ Ink menunjukkan buku yang Anora butuhkan.Anora yang mendengar Ink dengan malas menuruti perkataan Ink sekali lagi, saat sampai di rak yang dia inginkan. Tidak jauh dari sana ada 4 orang yang duduk di meja panjang untuk membaca buku di sana.Di sana ada Sebastian dan Alaric, di depan mereka ada dua perempuan yang aroma tubuhnya membuat Anora pusing. ‘Ugh, serigala bau. Makhluk itu lagi...’ ucap Anora memutar bola matanya malas, dia sangat anti dengan se

  • Ikatan Darah dan Giok Anora   Bagian 7, The Library’s Whisper

    Bel istirahat baru saja berbunyi. Suara kursi bergeser dan tawa siswa segera memenuhi ruangan.Anora menatap layar ponselnya dengan earphone di telinga—menyendiri di tengah keramaian. Di sampingnya, Sebastian masih sibuk menulis catatan dengan fokus berlebihan.‘Bener-bener my type,’ gumam Anora dalam hati, meliriknya diam-diam.‘Mulai lagi!’ Suara Ink menggema di pikirannya.‘Kenapa kau selalu masuk di pikiranku, aku jadi seperti tidak memeiliki privasi!’ keluh Anora yang merasa sedikit kesal dengan Ink.‘Agar aku bisa mengawasimu!’ ujar Ink dengan santai.Anora mendecak pelan—sayangnya cukup keras untuk menarik perhatian Sebastian. Dia merutuki kebodohannya sendiri, bisa-bisanya terulang lagi!Anora menatap Sebastian yang ternyata sedang menatapnya juga dengan wajah bingung,“Aaa... maaf, aku berbicara ke ponsel...” ucap Anora dengan menunjuk ponselnya sendiri.Sebastian hanya mengangguk tipis lalu kembali menulis.‘Apakah dia jodohku Ink?’ celetuk Anora sambil mencuri pandang ke a

  • Ikatan Darah dan Giok Anora   Bagian 6, The Vampire’s First Day

    Di saat yang sama, batu biru di kalungnya bergetar halus — nyaris tak terlihat, tapi cukup untuk membuat Anora menahan napas.Entah kenapa, setiap kali dia mendekati orang tertentu… kalung itu selalu bereaksi.“Sudah sampai, ayo masuk. Alaric kau bisa duduk di tempatmu. Untuk Anora ikut Ibu untuk memperkenalkan diri ya,” ucap Ibu itu dengan ramah, dia berjalan terlebih dahulu kemudian disusul Alaric yang langsung duduk di kursinya.Anora yang melihat Ibu guru itu menatapnya, dengan mantap berjalan masuk dan berdiri di samping guru itu.“Selamat pagi anak-anak...” ucap guru itu yang di balas sapaan juga dari murid di kelas.“Hari ini kelas kita kedatangan murid baru, ayo perkenalkan dirimu sayang,” ucap guru itu menatap Anora sambil mengangguk kecil.“Saya–“ ucap Anora terpotong.‘Ingat, jangan sebut marga keluargamu!’ peringat Ink yang mungkin sudah empat kali selama di perjalanan mengucapkan itu.Anora terdiam sebentar, dia jadi tidak fokus gara-gara Ink. ‘Ink sialan!’“Ayo, sayang.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status