Hamidah begitu murka mendapatkan laporan dari anak buahnya yang terus dia perintahkan untuk mengikuti suaminya yang pergi bersama dengan Marissa. "Kurang ajar! Dia rupanya sudah memutuskan untuk memilih perempuan sundal itu dan meninggalkan keluarga ini. Ok! Fine! Aku akan mengabulkan keinginanmu dengan mengajukan gugatan perceraian dan menjadikanmu kembali miskin seperti dulu!" seng Hamidah yang benar-benar merasa murka dengan kelakuan suaminya yang sudah tidak bisa lagi di tolelir seperti sebelumnya.Hamidah kemudian menghubungi pengacaranya. Dia benar-benar sudah mantap akan berpisah dengan Hendry yang sudah membuat hatinya sangat kecewa. Dia tidak bisa lagi memaafkan lelaki itu ketika melihat semua foto-foto yang dikirimkan oleh detektif yang dia sewa melalui emailnya."Kurang ajar! Rupanya dia memang sudah tidak memandangku lagi sebagai istrinya. Buktinya dia bukannya pulang kemari malah pergi ke hotel bersama dengan perempuan kurang ajar itu!" monolog Hamidah kesal luar biasa.
Dani menatap nanar surat panggilan pengadilan yang ada di tangannya. Dani benar-benar tidak percaya kalau Diana benar-benar tega melakukan itu terhadapnya."Kenapa dia benar-benar mengunggatku ke pengadilan? Padahal aku sudah mengatakan padanya bahwa aku ingin mempertahankan rumah tangga kami." Monolog Dani yang merasakan tubuhnya begitu lemas ketika membayangkan dirinya akan kehilangan Diana untuk selamanya.Dani kemudian langsung bangkit dari tempat duduknya dia berniat untuk mencari Diana di ruangan direksi. Dani membeku di tempat saat melihat Diana yang begitu akrab dengan Bryan yang tampaknya sekarang sudah menjadi rekan bisnisnya. Kecemburuan sontak masuk ke dalam relung hati Dhani yang membuatnya menjadi gelap mata."Jadi karena ini, huh? Makanya kamu tetap saja melayangkan gugatan perceraian untukku? Walaupun aku sudah ribuan kali memohon padamu untuk memaafkanku!" sengit Dani dengan suara gemetar dan kedua tangan yang mengepal sempurna.Dani sudah tidak bisa berpikir jernih l
Dani kembali ke rumahnya dengan lesu. Dia kesal saat melihat ibunya yang langsung mencecar dirinya dengan begitu banyak pertanyaan yang membebani dirinya."Kenapa kamu jam segini sudah pulang? Bukankah seharusnya kamu masih sibuk bekerja di kantor?" Tanya sang Ibu sambil menatap wajah kusut Dani.Dani meletakkan barang-barang yang tadi telah dilemparkan oleh security kepadanya. Ketika dia meminta tolong kepada lelaki paruh baya itu. Dulu ketika dia masih bekerja di sana selalu menghormatinya dan menghargai dia. Tadi ketika berhadapan dengannya tampak begitu jijik dengan dirinya.Dani merasa kesal luar biasa atas perubahan nasibnya yang terlalu drastis. "Jawab Dani! Kenapa kamu dari tadi diam saja?" Tanya sang ibu dengan tidak sabar.Dani melotot ke arah ibunya karena benar-benar merasa terganggu dengan kecerewetannya."Sekarang mama puas melihat kehancuran hidupku?" tanya Dani dengan menatap mata sang ibu yang begitu terkejut melihat anaknya mengatakan hal-hal kasar terhadapnya dengan
Diana saat ini sedang ada di sebuah butik bersama putrinya yang besok akan ulang tahun. Kebetulan ulang tahun Raisa hampir sama waktunya dengan Andien, putri dari Marisa hasil pernikahannya bersama almarhum Mahesa yang sudah meninggal empat bulan yang lalu karena kecelakaan fatal saat dia pulang dari luar kota."Mah, kenapa Papa tidak ikut bersama kita untuk membeli gaun untuk pestaku besok?" tanya Raisa dengan raut wajah sedih."Raisa ingin sekali, Mah. Kita bertiga sibuk mengurus pesta ulang tahunku. Tapi, Papa jauh lebih sibuk untuk mengurus keluarga Tante Marisa dari pada kita berdua." Raisa menunjukkan kesedihan di wajahnya yang membuat Diana semakin kalut hatinya.Diana terhiris hatinya mendengar putrinya yang sedang merindukan ayahnya. Dani saat ini sedang mengadakan pesta ulang tahun Andien di mall dengan mertuanya dan juga Marisa.'Kamu jahat sekali, Mas. Kamu jauh lebih mementingkan Andien dari pada Raisa, anak kamu sendiri.' batin Diana merasakan perih.Hati siapa yang tak
Dani akhirnya memutuskan untuk pergi bersama dengan Marisa. Karena Marisa terus saja merajut dan tidak mau di tinggalkan olehnya.Sepanjang kegiatan berbelanja, hati Dani amat kalut. Dia terus memikirkan kata-kata yang diucapkan oleh Diana sebelum meninggalkan tempat parkiran. Marisa tahu kalau Dani saat ini sedang memikirkan soal Diana, tetapi Marisa tidak peduli dengan itu semua baginya yang penting Dani saat ini bersamanya.Marisa ingin Dani hanya menjadi miliknya saja. Tanpa sepengetahuan Diana, Dani dan Marisa ternyata sudah menikah siri dengan disaksikan oleh ibu mertuanya. Selepas masa iddahnya selesai beberapa waktu yang lalu."Mas, Kamu kenapa sih melamun terus dari tadi? Aku juga istri kamu, Mas! Andien itu juga anak kandungmu. Pantas kalau kamu mengutamakan dia. Andien itu anak pertama kamu, Mas! Jadi kamu tidak boleh berat sebelah begitu. Selama bertahun-tahun Raisa menerima semua cinta yang begitu besar darimu. Sementara Andien? Dia harus selalu menanggung kebencian dari
Diana saat ini masih di sibukkan dengan pesta ulang tahun Raisa. Diana sejak tadi terus melihat jam yang ada di dinding. Acara pesta ulang tahun Raisa sebentar lagi akan dimulai. Teman-teman Raisa dari TK bahkan sudah banyak yang berdatangan. Mereka akan memulai acara karena sedang menunggu Dani yang katanya akan datang. Tetapi sampai jam 15.00 Dani masih juga belum menampakkan batang hidungnya di rumah mereka. Diana mulai kehabisan kesabaran dengan kelakuan suaminya. Saat Diana mencari ponselnya dan hendak menghubungi suaminya terlihat ada beberapa pesan dari Marissa. "Mba, aku pinjam suamimu dulu ya, karena Andien terus menangis ketika Mas Dani meminta untuk pulang. Maaf ya, Mba!" pesan dari Marisa yang disertai dengan video dan foto saat pelaksanaan acara pesta ulang tahun untuk Andien di rumah ibu mertuanya. Diana merasa geram sekali dengan kelakuan suaminya yang tampaknya benar-benar sudah tidak memperdulikan lagi mereka berdua. "Ambil saja!" setelah mengetikkan pesan itu ke
Diana menatap putrinya yang telah terlelap. Hatinya sakit melihat Dani yang lebih mementingkan Andien daripada Raisa, putri mereka. Ketika Diana mendengar suara mobil, Diana memilih untuk memejamkan matanya dan memeluk putrinya. Diana malas untuk ribut dengan suaminya untuk hal yang sama setiap waktu. Diana memilih untuk diam dan tidak memperdulikan suaminya. Diana sudah sampai pada titik terlelah hidupnya bersama Dani. "Sayang? Kalian sudah tidur?" Dani membuka pintu kamar Raisa. Dia melihat Diana yang terlihat memejamkan matanya sambil memeluk putri kesayangan, ya. Dulu sebelum dia tahu kalau Andien juga anaknya, Dani begitu sayang pada Raisa dan selalu memanjakan Putri kecilnya dengan cinta yang melimpah. Dani mencium kening kedua wanita yang telah banyak dia sakiti untuk membahagiakan Marisa dan Andien. Wanita yang pernah hadir di masa lalunya, namun kini memaksa masuk kembali ke hidupnya dan mengacaukan segalanya."Maafkan Papa, sayang! Papa janji, setelah menyelesaikan masalah
"Apa maksud kamu, Yang?" tanya Dani tak paham dengan apa yang dikatakan oleh Diana. Diana memilih meninggalkan Dani yang sedang sarapan dan bersiap-siap untuk pergi ke kantor. Diana bisa melihat raut wajah frustasi yang diperlihatkan oleh Dani. Seketika terbit senyum penuh kemenangan di wajah cantiknya. Sepintas lalu Diana bisa mendengarkan suara Marisa sedang mengomel panjang lebar ditelepon saat Dani menelpon dia dan meminta maaf karena tidak menjemputnya. "Dasar perempuan aneh! Sungguh di luar nurul dan fikri, wanita kurang ajar! Aku istri sahnya saja tidak pernah memarahi suamiku seperti itu. Wanita lancang!" monolog Diana yang mulai merasa terganggu dengan kelakuan Marisa di pagi hari. Marisa sukses merusak mood Diana pagi itu yang susah payah dia bangun sejak tadi. "Maafkan aku! Tadi malam aku terlalu banyak minum sehingga aku bangun kesiangan. Tidak tahu ada apa dengan Diana, dia tidak mau membangunkanku." terdengar Dhani yang mengeluhkan Diana pada Marisa. Marisa terdengar