Call Me Ka
“Yuhuuu, besok hari pertamaku jadi mahasiswa. Nggak pake seragam abu-abu lagi gue, bye, bye seragam abu-abu kesayangan yang penuh kenangan. Muachhh.”
Seorang gadis lompat-lompat tertawa bahagia, sambil mencium baju sekolah SMA.
“Seneng banget lo hari ini? Gue dulu aja masuk kuliah pertama nggak segitu senangnya, malah bodoh amat banget.”
Seorang laki-laki duduk sambil terheran-heran, melihat kelakuan gadis tersebut.
“Apaan sih kak, kan besok itu gue hari pertama dipanggil mahasiswa, gue kan sudah memimpikan ini sejak lama kak. Ingin segera lulus dan masuk kuliah dan dipanggil mahasiswa. Waw pasti Amazing rasanya.”
“Lebay lo, lo nggak tahu aja dunia perkuliahan. Ingat ya kalau lo udah ngerasain dunia perkuliahan udah lo pasang hati baja aja.”
“Hih, kakak ganggu saja, sana pergi ke kamar kakak sendiri!”
“Nih ya, gue ingetin lo nanti kalau di kampus ketemu gebetan hati-hati, jangan pacaran ama orang yang tinggi!”
“Orang tinggi, maksudnya apaan sih?”
“Nanti lo tahu sendiri, oke, bye, gue tidur dulu.”
“Kak beritahu gue dulu, hah emang ya suka banget tebak-tebakan. Untung kakak gue, kalau bukan gue hih. Ah bodoh amat, joget lagi ah.”
Gadis cantik dengan tubuh semampai, rambut panjang sebahu, kulit sawo matang dan dengan gigi kelinci yang khas.
Dia melanjutkan joget di depan cermin sambil memegang seragam abu-abu masa SMA yang masih putih bersih.
Seperti cacing kepanasan dia melambaikan tangan menggerakkan tubuhnya dan goyang-goyang tidak jelas. Padahal itu sudah malam, menunjukkan betapa excited dia menunggu hari esok yang tinggal menghitung jam. Gadis ini biasa disebut Aileen.
***
Di lain Lokasi,
“Nak, besok kuliah hari pertama, sudah siap-siap belum?”
“Sudah nek, sudah aku siapin semuanya.”
“Nyiapin apaan dari tadi nontonnya Lee Min Ho terus gitu, mau bohongin nenek?”
“Nek, ini bukan Lee Min Ho, ini Hyun Bin, Beda lagi. Nenek mah Lee Min Ho terus.”
“Bagi nenek, wajah mereka sama saja, sama-sama Lee Min Ho. Siapin sekarang kalau ngak nenek nyuruh Pak Boiman buat matiin Wifinya. Mau?”
“Ahhh, beda nek ini Hyun Bin. Ih nenek mah mainnya ngancam-ngancam matiin Wifi, matiin Wifi. Iya, ini aku siapin buat kuliah besok. Ih nenek kenapa selalu Lee Min Ho sih, padahal kemarin sudah aku ajak nonton ini drakor dan namanya udah aku beritahu namanya Hyun Bin bukan Lee Min Ho. Lupa lagi, lupa lagi.”
Sambil ngedumel sendiri seorang gadis yang sangat acuh dengan hari pertama kuliah besok. Dia sama sekali belum mulai menyiapkan perlengkapan apapun.
Gadis ini suka nonton drakor pas gabut dan hobi berfantasi lewat menulis. Baik Artikel, puisi, hingga cerpen.
Bagi gadis yang berperawakan rambut panjang sepunggung, berkulit sawo matang, dan identik dengan tatapan sinis plus bengis ini memang dikenal sebagai gadis yang paling masa bodoh seantero sekolahnya dulu.
Bahkan tiga tahun lamanya sekolah di SMA, dia selalu lupa siapa nama kepala sekolahnya. Tapi dia tidak pernah lupa dengan nama kucing-kucing ibu kantin. Gadis aneh ini adalah Daisha.
Persahabatan Aileen dan Daisha sudah terjalin selama sepuluh tahun lebih, sebab dari sekolah dasar mereka sudah satu sekolah sampai sekarang milih kampus pun samaan.
***
Kring, kring, kring
Handphone Daisha berdering ada panggilan video masuk dan ternyata dari Aileen.
“Hai, besok lo pake baju apa? Gue pake style ini bagaimana?”
“Ih, lo apaan sih, gue lagi nonton drakor ganggu mulu lo.”
“Lo nggak nulis? Lo udah gabut makanya drakoran mulu, betah hidup Lo. Nih gue tanya bagus nggak?”
“Itu baju yang lo beli kemarin to? Kan gue yang milihin kalau gue yang milihin ya berarti baguslah. Masih lo tanyain juga.”
“Oh iya. Eh kira-kira enaknya besok kita pake make up yang bagaimana ya, yang natural ala-ala Korea gitu atau yang cetar ala-ala India?”
“Hey, lo mau kuliah apa mau fashion show ribet bener. Lo pake lipstik sama bedak udah, yang penting lo pake baju ama celana biar nggak malu-maluin.”
“Dasar Cunges lo, oke selamat malam, malam ini gue mau pake masker wajah dulu biar besok bangun wajah gue berkilau. Sampai jumpa besok Cungesku. Muach.”
“Hih, ini bocah kenapa yak? nggak pernah ditampol panci apa mulutnya?”
Setelah percakapan panjang mereka selesai, Aileen memakai masker wajah yang sudah dia siapkan. Setelah memakai dengan semangat, lama-lama dia tertegun entah apa yang dia pikirkan.
Dia memandang ke arah kaca rias besar yang ada di samping kanannya. Kemudian matanya berkaca-kaca, dia berusaha kuat untuk menahan air mata itu agar tidak tumpah.
Bibirnya berusaha menggerutu kemudian dia tersenyum dengan paksaan. Seakan menguatkan dirinya dari kegoyahan niat. Aileen menatap ke arah style baju yang dia pajang di gantungan lemari tepat di hadapan tempat tidurnya.
Aileen mengambil napas panjang, menahannya sebentar. Lalu menghembuskannya perlahan dan dia mulai meneruskan memakai masker yang belum selesai.
***
Daisha tahu arti senyuman dan excited Aileen menunggu kuliah besok. Baginya semua kegembiraan Aileen itu palsu.
Daisha menjeda drakor yang dia tonton, kemudian melihat tajam ke arah fotonya bersama Aileen yang terpampang di atas meja belajar yang ada di hadapannya.
“Aileen, Aileen, lo hanya menutupi apa yang lo rasakan sekarang dengan senyuman dan bahagia lo yang palsu.”
Tiba-tiba nenek Daisha, yakni Nenek Sumi yang sedari tadi ada di belakangnya menyahut.
“Sudahlah semua ada jalanNya, tunggu saja waktumya.” Nenek mengelus pundak Daisha tiba-tiba.
“Nenek mah, ngagetin mulu. Nek, ini udah malam kenapa nenek belum tidur?”
“Loh, seharusnya nenek yang tanya ngapain jam segini belum tidur masih sibuk ngedrakor aja. Tidur udah malam!”
“Siap Komandan.”
Daisha mengangkat tangan dengan memberi tanda hormat.
“Nek tunggu, ini siapa nek namanya?”
Cucu kurang ajar ini menunjukkan kembali video drakor yang tadi dia jeda.
“Lee Min Ho?”
“Nek, ini Hyun Bin. Nenek mah.”
Si nenek sudah on the way pergi ke kamarnya dan tidak merespon rengekan dari sang cucu.
***
Malam itu Aileen tidak bisa tidur dengan nyenyak, dia hanya berbaring ke kanan ke kiri menyematkan banyak pikiran yang sedang dia keluhkan.
Meski lampu kamarnya sudah dimatikan dan dalam keadaan gelap, dirinya tetap merasa penuh dan tidak bisa tidur.
Beberapa menit kemudian dia menyalakan kembali lampu kamar dan berdiri mengambil sesuatu dari rak buku paling bawah.
Dia membuka buku catatan yang dia taruh di beberapa kardus dan kresek berwarna hitam. Seolah dia sembunyikan kemudian dia buka kembali, ada aneka gambar yang unik dan warna-warni, bunga, pemandangan alam, dan yang lain. Itu bukan gambar, tapi lukisan di kertas ukuran mini yang bagus.
Aileen mengelus gambar itu kemudian air matanya menetes, dia memeluk gambar itu. Aileen menahan suara tangisannya supaya tidak terdengar oleh orang rumah. Sebab jam sudah menunjukkan pukul satu malam.
***
Daisha mengambil handphonenya dan membuka nomor Aileen kemudian mengetikkan pesan dan mengirimkannya ke Aileen sambil ngedumel.
“Pasti sekarang dia sedang nangis sambil meluk buku itu. Coba kalau dia mau dengerin omongan gue sekali aja, nggak bakal jadi gini ceritanya. Tapi, gue ya nggak bisa nyalahin siapa pun sih. Oke, oke semoga Aileen baik-baik saja. Daisha lo tidur, kalau nggak tidur ya pokoknya harus tidur!”
Daisha membuka selimutnya lebar-lebar dan menenggelamkan badan ke dalam selimut.
Lo pasti sedang nangis sambil peluk-peluk itu buku? Udah tidur sana, besok awal masuk kuliah, lo mau mata lo kayak panda karena kurang tidur?
Aileen tersenyum setelah membaca di dalam hati pesan dari Daisha. Aileen tidak membalas pesan sahabatnya, dia paham setelah mengirim pesan itu pasti Daisha langsung tidur kembali.
Aileen mengangguk-angguk, dia melihat buku yang sedari tadi masih dia peluk. Lalu, dia kembalikan buku itu ke tempat semula. Mengunci kembali laci paling bawah meja belajarnya dan dia kembali masuk ke dalam selimut dan mematikan lampu kamarnya.
Tiba-tiba selimut Aileen kembali dia buka, dan dia menggerutu dengan bertanya kepada dirinya sendiri.
“Apa yang harus gue katakan nanti ke ayah, ibu dan kakak. Kalau sampai mereka bertanya? Benar sih apa yang dikatakan Daisha, andaikan gue dulu ikuti pesannya, pasti nggak akan seperti ini jadinya. Tapi, kalau retak dan bisa diperbaiki kenapa harus dirobohkan? Tapi, nggak mungkin juga segampang itu. Daisha juga pasti nggak setuju. Apalagi ayah, ibu sama kakak pastinya juga tidak akan setuju kalau tahu yang sebenarnya terjadi. Ah, bingung pikiran gue, bunuh diri gue takut sakit lagi. Belum mau gue mati sekarang. Tuhan aja masih ngasih gue waktu, masa iya gue habisin sendiri. Konyol banget.”
Tiba-tiba jam sudah menunjukkan pukul setengah empat pagi, dan suara ayam berkokok sudah terdengar. Aileen tidak bisa tidur semalaman dan benar apa yang dikatakan Daisha, Aileen kini memiliki mata panda dan wajah lelah dan lesu.
Aileen mencoba memejamkan mata kembali, sebab masuk kuliah untuk perkenalan mahasiswa baru di mulai jam tiga sore. Jadi masih ada waktu untuk istirahat.
Tiba-tiba setelah memejamkan mata beberapa menit, dia tersentak dari tempat tidurnya dan bangun melihat sekeliling sambil napasnya terengah-engah. Seolah baru saja melihat sesuatu yang menakutkan ada dihadapannya. Apa yang sebenarnya dia lihat?
Call Me KaNostalgia ada karena kenangan, tapi kini Aileen tidak bisa membuat kenangan itu menjadi nostalgia. Dia melalang buana melupakan semuanya. Dia ingin berada dalam rasio yang jelas hingga tidak di temui lagi sesuatu yang membuatnya menangis.“Ayah, ibu, Kak Deon. Aileen minta izin mau ikut Kakek dan Nenek di Kalimantan. Di sana Aileen mau cari kerja dan nanti Aileen pastikan sering pulang untuk menjenguk ayah, ibu, dan kak Deon … dan untuk pekerjaan aku sekarang, aku mau keluar dan ini masih masa training belum teken kontrak. Jadi, Aileen bisa risent. Ayah, ibu, Kak Deon. Bagaimana?”“Masalahmu apa to nak? Bilang ke Ayah dan Ibu. Kenapa kamu tiba-tiba izin ikut Kakek dengan wajah ceria dan senyam-senyum seperti itu?” Ibu tahu jika senyum Aileen itu palsu.Kak Deon sudah bisa menebak apa yang terjadi dengan adik kesayangannya itu.“Lo nusul Kakek, karena ad
Call Me KaMelukiskan luka yang tidak pernah ada penghapusnya. Kini semua yang Aileen anggap sebagai kebahagiaan sudah musnah. Dia terlalu bersemangat dengan doanya, tapi setelah tahu semuanya. Dia meyakini doanya tidak pernah dikabulkan oleh Tuhan.Aileen melewati hari-hari seperti biasanya. Dia sudah pasrah dan tidak mau berhubungan lagi dengan Nevan. Apalagi sudah beberapa minggu ini Nevan juga jarang menghubunginya. Aileen tidak meminta penjelasan apapun juga. Intinya semuanya sudah jelas bagi Aileen.Ai, minggu sore lo sibuk nggak? Ke Café Mbok Jum yuks!Daisha mencoba mengirim pesan ke Aileen. Soalnya sejak kejadian itu mereka jarang bertemu, saking sibuk dengan kegiatan masing-masing.“Semoga Aileen besok nggak sibuk. Amin.” Doa Daisha.Aileen langsung membaca dan membalas pesan Daisha. Besok dia bisa bertemu dengan Daisha.Okke, aku besok free. Besok
Call Me KaMatahari sejak pagi tak pernah nongol, bahkan dunia seakan di penuhi dengan embun. Pandangan mata pun tidak bisa leluasa melihat , saking banyaknya embun yang turun. Entah, pagi ini pagi apa. Padahal jam sudah menunjukkan pukul sembilan.Daisha penasaran apa mereka akan jadi keluar di cuaca seperti ini. Layaknya tidak diizinkan untuk keluar dari rumah.“Ni orang jadi nggak sih keluar? Ini dah pukul 9 pagi di hubungi nggak ada balasan dari tadi.”Daisha menggerutu sambil sesekali mengintip pintu rumahnya.“Kenapa Nak?”Nenek heran sedari tadi cucunya kayak setrika.“Ini nek, Aileen kemarin ngajak keluar pagi dan dia bilang mau jemput aku. Eh ini dihubungi nggak nyaut dan ini cuacanya nggak mendukung banget buat keluar nek.”“Hems, mungkin Aileen sedang sibuk. Iya, kalau dia udah janji mau jemput kamu berarti nanti Aileen pasti kesini. Sa
Call Me KaNenek dan Agam kaget melihat Aileen langsung lari ke luar rumah. Mereka pikir Aileen akan pulang, tapi tidak berapa lama mereka mendengar teriakan Aileen dari dalam kamar Daisha.“Ai, lo ada di dalam kamar Daisha?”Tok tok tok.Agam dan nenek langsung bergantian mengetok kamar Daisha.“Ya Allah Nges, lo kenapa bisa kek gini. Kamar lo kunci, nggak keluar kamar segala, telepon nggak diangkat juga.”Setelah mengomeli Daisha. Aileen membuka pintu kamar yang ternyata ditutupi meja oleh Daisha. Setelah berhasil menggeser meja, pintu dibuka dan Agam serta nenek langsung masuk ke kamar Daisha.“Ya Allah…” Nenek syok.“Nges, lo kenapa?” Agam tambah syok.Posisi Daisha ada di pojok kamar. Dia merenung di pojokan sambil memegang lipstik merah. Wajah Daisha celemotan di mana-mana. dia menulis kalimat di lantai pakai lipsti
Call Me Ka“Nges bagaimana skripsi lo udah di ACC?”Karena Daisha susah di hubungi. Aileen memutuskan datang ke rumah Daisha. Ternyata benar kalau handphone Daisha sedang di cas dan dia sedang mengerjakan skripsi.“Kapan lo datang? Udah Alhamdulillah senang banget nih gue. Tinggal memenuhi persyaratan untuk ujian skripsi saja.”“Syukurlah … segera sat-set supaya lo bisa segera lulus.”“Iyah ni gue proses mengumpulkan persyaratan, lo tenang aja deh. Eh gimana interview lo kemarin?”“Nggak tahu Nges. Masa iya katanya jadi Admin eh ternyata disuruh jadi sales. Kan nggak cocok sama pengumumannya, kalau dari awal bilang jadi sales ya gue maklumin. Tapi ini pengumumannya admin eh di sana malah jadi sales, nggak jelas banget.”Memang setelah lulus Aileen hampir tiga bulan rajin melamar kerja sana-sini, meski sudah berkali-kali
Call Me Ka“Ini jam berapa sih? Ganggu orang tidur aja.”Aileen bangun dan melihat jam yang masih menunjukkan setengah lima pagi. Dia lalu mengecek dering di handphonenya dan mengagetkannya yang menelpon sepagi itu adalah Nevan. Entah ada angin apa, Nevan yang hampir satu bulan menghilang bak ditelan bumi kini bangkit lagi dan menghubungi Aileen.“Assalamualaikum Ai, bagaimana kabarmu?”“Wa'alaikumussalam, sehat. Kabar kakak sendiri bagaimana?”Ingin sekali Aileen menanyakan selama ini Nevan di mana saja dan sedang apa, namun dia mengurungkan niatnya. Dia khawatir Nevan tersinggung atas pertanyaan itu. Akhirnya dia hanya berbasa-basi, bagi Aileen apa yang dia tanyakan dan apa yang ditanyakan Nevan kepadanya tidak berguna.“Kak, saya lulus Sempro beberapa hari yang lalu. Ini sudah mulai revisi dan kemungkinan minggu depan saya daftar wisuda gelombang ini. Apakah
Call Me Ka“Doain gue ya! Sumpah rasanya jantung gue mau copot kurang 30 menit lagi gue masuk ruang ujian.”Aileen akhirnya bisa berada di tahap ujian skripsi atau biasa disebut Sempro. Hadir juga Ghina, Iva, Daisha, Genta kecuali Brian yang sedang sibuk mengurus narasumber skripsinya.Banyak sahabat menemani Aileen ujian. Tapi meski sahabatnya ada di sana, tetap saja Aileen merasa ada yang kurang. Nevan hingga saat ini belum pernah menghubungi Aileen, bahkan Aileen belum mendapat ucapan selamat dari Nevan. Meski demikian, Aileen berusaha tidak memperdulikan, rasa gugup saat menghadapi ujian skripsi ternyata lebih besar dari rasa penasarannya tentang Nevan.“Lo nggak usah mikirin macam-macam! Lo harus fokus sama ujian ini, kalau fokus lo terpecah-pecah yang ada elo kena skak dosen penguji, habis lo.” Nasehat Daisha.“Kak Nevan?” tanya Aileen kepada Daisha.“Mana
Call Me Ka“Cublak Cublak suweng, suwenge teng gelenter ….”“Ngesss. Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh.”Daisha yang sibuk menyapu teras sambil mengikuti adiknya yang sedang latihan menyanyi di dalam rumah kaget saat ada yang memanggilnya dan ternyata itu Agam.Siang itu tanpa memberi kabar Agam datang ke begitu saja ke rumah Daisha.“Ngapain lo kesini?”“Ya Allah, salam gue juga belum lo jawab kali. Udah pedes aja pertanyaannya.”“Wa'alaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh … ngapain lo kesini?”“Udah tiga hari kenapa lo nggak ngabarin gue sih? Gue telfon nggak lo angkat, gue kirim pesan nggak lo bales. Heran.”“Sebentar!”Daisha berjalan menuju halaman depan dan tidak menyuruh Agam duduk dulu. Akhirnya Agam sendiri yang duduk di kursi teras dan minum air mineral
Call Me Ka“Alhamdulillah, skripsi gue di ACC gaes.”Aileen jingkrak-jingkrak bahagia di depan Daisha, Iva, dan Ghina yang menunggu di lobi kampus.Memang akhir-akhir ini Aileen lebih fokus menyelesaikan skripsinya dan dia berusaha keras melupakan Nevan. Iya, meski sebenarnya dia masih terus mengharapkan Nevan menemuinya dan merajut kisah seperti dulu.Terlepas itu semua Aileen sadar, hati Nevan bukan hanya untuknya saja, ada banyak wanita yang berada di sampingnya. Aileen tidak pernah berhenti untuk berharap, tapi semakin dalam dia berharap semakin sakit juga dia rasakan.Semenjak itulah Aileen berusaha santai tentang hubungannya dengan Nevan. Dia fokus menyelesaikan skripsi sampai mendapatkan ACC dari dosen pembimbing. Ucapan selamat diperoleh Aileen dari sahabat dekatnya. Namun tidak dengan Nevan, dia tidak pernah menghubungi Aileen sama sekali meski hanya sekedar mengucapkan