Beranda / Romansa / Im Sorry Mama! / Bab 7 : Hari Pernikahan dan Penyesalan

Share

Bab 7 : Hari Pernikahan dan Penyesalan

Penulis: Marjani Jani
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-08 16:09:25

Alya sang putri kecil sedang berdandan dengan bahagia di dalam kamarnya di bantu oleh sang nenek. “Alya seneng kan, punya mama baru?”tanya Erna mertua Zara yang sangat picik dan jahat dengan segala tipu muslihatnya.

“Senang dong, nek! Nanti Alya bisa punya adik kan?”dia bertanya dengan begitu polosnya. Tanpa mengetahui apa makna semua itu. Yang dia tahu hanya yang di katakan oleh sang nenek.

“Benar sayang. Bunda Syifa bisa kasih kamu adik. Tidak seperti mama kamu yang enggak bisa kasih adik.”sinisnya. Namun anak malang itu sama sekali tidak menyadari hal itu.

Dia hanya bisa beriang gembira. Melompat-lompat dengan sangat senang seolah itu semua adalah kebahagiaan semua orang dan dia juga tidak menyadari bahwa semua orang itu tidaklah termasuk mamanya.

Erna memasangkan kerudung kecil Alya. Dengan duduk beralaskan lantai marmer Erna mengangkat tubuh kecil Alya dan mendudukannya kedalam pangkuannya.

“Alya mau denger nenek, kan?”

Alya menatap neneknya dan mengangguk semangat. “Mau, nek!”serunya.

Erna tersenyum puas, dia berhasil menguasai Alya dan membuat anak itu yang perlahan menghancurkan Zara dengan sendirinya. Yang dia inginkan hanyalah kehancuran Zara!

“Alya dengar nenek,ya? pokoknya Alya harus jaga bunda Syifa baik-baik supaya bunda cepet hamil. Nanti kalau bunda hamil, Alya harus jaga baik-baik dan sayang sama bunda biar dedek bayinya juga sayang sama Alya.”

Alya mengangguk,menurut, “Begitu ya,nek? Jadi Alya gak boleh nakal sama bunda?”

“Iya, sayang. Pokoknya harus sayang sama bunda. Buat supaya bunda nyaman tinggal disini. Dan buat mamamu menderita hingga dia sendiri yang akan pergi!”lanjutnya tertawa puas dalam hati.

Persis seperti penyihir jahat yang memanfaatkan kepolosan seorang anak untuk menghancurkan mamanya sendiri. Sangat kejam!

“Yasudah, sekarang kita turun dan kita tunggu bunda sampai di depan rumah, yuk?”

“Ayuk,nek!”seru Alya girang. Erna mengendong Alya dan membawanya turun menemui para keluarga yang sedang menunggu sang mempelai wanita beserta keluarganya sampai.

****

Semua orang sedang sibuk bercengkrama ria dengan mempelai wanita waktu itu Zara manfaatkan untuk diam-diam dia mencuri kesempatan untuk bertemu dengan Yusuf yang masih berada di dalam kamarnya.

Dengan mengendap-endap serta matanya yang mengawasi semoga para keluarga tak ada yang melihatnya. Zara berhasil menaiki tangga menuju kamar mereka. “Sungguh miris, aku ingin menemui suamiku. Tapi, aku seperti seorang wanita pencuri. Bukan aku yang mencuri suamiku.”batinya meringis perih.

Saat sudah berada di depan pintu kamar. Dia tak tahu harus melakukan apa? kakinya merasa terpaku,tangganya gemetaran. Seolah dia tak bisa melihat kenyataanya jika saat dia membuka pintu itu dia akan melihat pria yang dia cintai sedang memakai jas pengantin. Maka apalagi yang bisa dia lakukan?

Zara membuka pintu dan semua gelap. Ruangan itu sangat gelap, lampu yang mati serta tirai jendela yang seolah tak diizinkan untuk dimasuki cahaya surya. “Mas?”panggil Zara lirih. Dia menyalakan stop kontak lampu.

Betapa terkejut dan hancurnya ia saat melihat Yusuf terduduk tak berdaya seolah raga tanpa nyawa dengan jas pengantinya. “Mas...?!”

Zara berlari menghampir Yusuf yang tak berdaya. Zara memeluk setengah badan Yusuf menelusupkan kepala Yusuf keperutnya. Dia memeluk Yusuf dengan posisi berdiri.

Tangisan pilu terdengar, “Maaf,...maafkan aku.”Zara tertegun. Hatinya terasa sesak mendengar tangisan pilu suami yang sangat dia cintai. “Ma-mas,jangan seperti ini. semua orang sudah menunggu.”ucap Zara bergetar menahan tangis.

Tubuh Yusuf merosot turun kebawah. Kakinya berlutut di hadapan Zara membuat Zara tersentak. “Apa yang kamu lakukan,mas?!”

Yusuf mendongak menatap mata Zara seketika hati Zara tercubit melihat betapa derasnya air mata Yusuf. Dia mengatupkan tangan memohon kepada Zara. “Kumohon,maafkan aku. Aku tidak ingin menikah dengan wanita lain.”

“Kamu mengatakan itu sekarang, lantas dulu kamu yang mulai bermain di belakangku,mas?!”sentak Zara.

Yusuf menggeleng, “Maaf, maafkan aku! Aku menyesal Zara, aku sangat menyesal!”tangisnya pilu.

Zara menutup matanya, deru nafasnya terasa semakin berat. Jantungnya terasa teremas dari dalam. “Sudahlah,mas. Semua sudah terlambat!”lirihnya.

Bahu Yusuf merosot lemas. Pupus sudah harapannya, tak ada lagi kesempatan baginya untuk menghentikan pernikahan ini.

Zara benar,semua ini adalah salahnya. Jika saja dia menolak dan menutup hati agar tak tergoda oleh wanita lain. Nasi sudah menjadi bubur, kini hanya penyesalan saja yang tersisa pada akhirnya.

Zara mengangkat kedua bahu Yusuf, dan membawanya kembali berdiri. Berhadapan, dengan mata basah yang saling menatap sangat dalam. Kedua insan manusia yang terjebak oleh permainan seseorang.

Hati mereka yang sama-sama hancur, siapa yang akan bertanggung jawab?

“Pergilah, pengantinmu sudah menunggu.”

Yusuf diam, dia tetap menatap setiap inci wajah istrinya. Istri yang sudah dia sakiti dengan sebuah penghianatan. “Kamu tidak akan meninggalkanku, kan?”tanya Yusuf dengan suara bergetar.

Zara tersenyum getir. “Tidak, jika bukan kamu yang memintaku pergi.”

“Aku tak akan pernah membiarkanmu pergi. Tidak akan pernah!”ucap Yusuf tegas.

Wanita itu hanya bisa mengangguk pasrah. “Semoga,mas. Tidak akan ada yang tahu apa yang terjadi di masa depan. Aku hanya takut kamu akan membuangku setelah mendapat anak dari wanita lain. Jika 8 tahun pernikahan kita saja dengan mudah kamu khianati. Tak mustahil itu terjadi di masa depan.”batinya,nelangsa.

****

“Saya terima nikah dan kawinnya Syifa Humairah binti Ahmad dengan mas kawin emas 10gram dan seperangkat alat sholat di bayar tunai!” suara Yusuf mengucap ijab qobul mengelegar di seluruh penjuru rumah.

Sahutan para saksi pernikahan membuat seorang istri yang tadinya satu-satunya kini menjadi seorang istri pertama.

Tangis Zara pecah namun segera dia bungkam mulutnya dengan kedua tangannya. Hatinya terkoyak, luka dan darah yang tak bisa terlihat namun sangat sakit dirasa.

Dia meraup wajahnya dengan tangisan dalam diam yang begitu pilu.

Dilihatnya suaminya mencium kening wanita lain. Istri mana yang tak akan hancur dan remuk hatinya. Dia terduduk lemas di balik tembok yang membatasi ruang tamu. Bahunya bergetar hebat hingga tersengal dia terus menangis.

Putrinya juga yang tak di sangka dengan nyaman duduk di pangkuan wanita yang baru menjadi ibunya.

Apa putrinya juga telah melupakannya? Permainan apa yang sedang diberikan takdir padanya.

“Sudah puas menangis?”suara sinis itu membuat Zara terdiam membatu. Erna sang mertua tiba-tiba saja muncul di belakangnya. Berdiri dengan kedua tangan melipat didada. Menatap Zara penuh dengan kebencian.

“Kau tahu, aku merasa sangat senang melihatmu menangis tak bedaya seperti ini!”cibirnya.

Zara mengusap air matanya dengan kasar.

Berusaha untuk berdiri tegak walau kakinya gemetaran, hingga akhirnya dia harus memegang dinding untuk membantunya berdiri tegak.

Dia menatap mertuanya dengan pilu. “Kenapa mama begitu membenci Zara? Apa salah Zara ma?”tanya Zara lirih dan memohon.

Erna berdecih, “Aku punya alasan kuat untuk membencimu. Yang kuinginkan hanyalah membuatmu menderita. Hancur, dan perlahan meninggalkan dunia ini selamanya!”

“Maa! Kenapa mama begitu kejam!”sungut Zara tak terima.

Erna berjalan mendekat, berdiri dengan angkuh di hadapan Zara. “Kejam! Ahahahha.. aku memang kejam! Lalu, kau mau apa, huh?”

Zara diam tak berkutik, “Biar ku lakukan satu hal yang lebih kejam. Aku akan menantangmu!”desis Erna menatap Zara tajam dan kebencian yang membara dalam hatinya.

“Apa maksud mama? Apa tidak cukup kekejaman ini mama berikan padaku!”Zara menggeleng tak percaya.

“Tidak! Tidak akan pernah cukup!” dia mencondongkan badanya ke samping wajah Zara. Lalu berbisik tajam.

“Aku menantangmu. Jika dalam waktu satu tahun ini Yusuf masih mempertahankamu. Itu artinya kamu menang, Zaara. Tapi, jika selama waktu itu Yusuf yang mengusirmu dari kehidupannya. Itu artinya wanita kejam ini yang menang!” bisiknya semakin mengoyak luka sayatan hati semakin melebar.

****

#Bersambung....

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Im Sorry Mama!    Bab 32 : Pria Misterius?

    "Kenapa?" Tanya Amar saat melihat raut kebingungan di wajah Zara. Wanita itu menoleh ke kanan dan kiri melihat ke luar jendela. "Kamu nyari apa sih, Za?" Ulang Amar heran."Nggak, tadi kayak ada yang manggil aku deh. Tapi di luar orang-orang udah pada bubar," gumam Zara."Perasaan kamu aja kali. Yang penting temen kamu yang namanya Rose itu sudah ketemukan?"Zara mengangguk singkat. "Sudah sih,""Sekarang kamu mau ke mana? Mau langsung pulang atau ke suatu tempat?" "Hmmm, enaknya kemana ya. Males banget kalau langsung pulang. Masih siang juga," "Ke supermarket? Ke Mekdi?" Saran Amar.Zara mengangguk setuju. "Boleh deh, ke mall aja. Sekalian belanja, kebetulan tadi bibi titip bahan belanjaan yang udah habis,""Oke deh!" Amar memutar kemudinya ke arah yang berbeda menuju mall yang akan mereka datangi. "Oh, iya ngomong-ngomong. Selama kamu di Indonesia, kebutuhan dan biaya mansion di sini siapa yang tanggung?" Tanya Amar."Aku, cuman pakai rekening yang berbeda. Rekening yang atas nama

  • Im Sorry Mama!    Bab 31 : Jangan lakukan apapun!

    Kening Amar mengeryit melihat wajah Zara yang terlihat kebingungan. "Zara, ada apa?" panggil Amar lagi sedikit menaikan suaranya membuat Zara tersadar dari lamunannya."A-Amar, A-aku...ti.."Amar berdecak kesal melihat Zara terbata, "Kau ini bicara apa? Aku tidak mengerti! Apa kau habis dapat pesan dari malaikat maut huh?"degus Amar."Aku tidak tahu harus meresepon bagaimana..."ucapan Zara membuat Amar memandangnya serius."Apakah ini masalah serius?"Zara tak menjawab perkataan Amar. Dia hanya mengulurkan ponselnya pada Amar.Amar mengambil ponsel Zara dengan rasa penasaran. Dia membuka pesan yang baru Zara baca. Membacanya begitu serius hingga...Pffttt...."BAHHAHAHAHAHAHAHHAHA...APA INI?! HAHAHHAHAHA....MAM*US" tawa Amar pecah dengan umpatan di akhirnya. Wajahnya terlihat berseri bahagia."Amar, kau ini! Kenapa kau tertawa!"pekik Zara kesal menampol tangan Amar kesal."Buahahhaha... Maaf...maaf. Ini sangat lucu Zara.""Lucu bagaimana? Bagaimana kabar duka kau anggap lucu!"ketus Zar

  • Im Sorry Mama!    Bab 30 : Kebodohan Syifa

    Tak lama setelah itu dua betina yang di tunggu akhirnya pulang dengan banyak kantung belanjaan. Yusuf hanya acuh melihat mereka masuk dan meletakan banyak paper back di atas meja makan. Pria itu yang kini sudah berganti pakaian dengan kaos rumahan. Memeriksa satu persatu bungkusan itu.“Mas, Alya kemana? Aku membelikanya banyak boneka.” Suara Syifa terdengar manja yang di buat-buat membuat Yusuf kesal hingga tak sadar mengepalkan tanganya. "Apa pedulimu? Kalian berdua hanya senang menghamburkan uang saja!" sinis Yusuf.Matanya menangkap satu bungkusan ganji di atas meja. Tangannya menggapai itu. "Apa ini?" tanya Yusuf menuntut."It-itu makanan kesukanku, mas." jawab Syifa gugup memilin ujung jilbabnya.“Bukankah kau punya riwayat alergi kacang?! Lalu kenapa kau tetap membelinya!” geram Yusuf tertahan."Cukup…Cukup! Menyebalkan harus mendengar kalian tiap hari bertengkar. " sinis Erna berlalu pergi meninggalkan dua manusia yang masih terus berseteru.Erna pergi menuju kamarnya dengan m

  • Im Sorry Mama!    Bab 29 : Berusaha Kuat!

    Kota London...."Ada apa denganmu, Zara?"Wanita yang di panggil itu terlonjak kaget akan sebuah suara dari belakangnya. Ponselnya nyaris saja jatuh karena pangilaan mendadak itu.Zara berbalik dan menatap orang itu. Dia hanya memandanya dalam diam dan tak sadar kembali melamun."Zara!"panggil orang itu kedua kalinya dengan setengah berteriak. "Apa pria brengsek itu meneleponmu lagi?""A-Amar, aku..."Zara mendadak gugup dan bingung harus berkata apa pada Amar.Amar berdecak kesal melihat Zara seperti itu. "Ckk, benar - benar laki-laki tidak tahu diri!""Kalau kamu selalu menjawab panggilan darinya, dia akan selalu menganggap kamu lemah dan mudah di takhlukan!"kesal Amar mulai mengomeli Zara. Sedang Zara seperti anak kecil yang hanya bisa menunduk menatap lantai ketika di marahi.Tunggu! Tiba-tiba Amar menghentikan omelnya. Tersadar akan di mana posisi mereka berdua. "Astaga, bagaimana aku bisa berdua saja dengan Zara di kamarnya!" rutuk Amar dalam hatinya.Sedikit berdehem, sembari

  • Im Sorry Mama!    Bab 28 : Maaf Papa!

    ***Selama dalam perjalanan Alya terus diam dengan wajah yang di tekuk lesu. "Kenapa? Tidak senang berangkat sama papa?""Seneng kok." jawabnya singkat. Sembari fokus menyetir Yusuf terus bertanya pada Alya. Hanya saja dia ingin bertanya hal yang sangat penting pada Alya."Kalau seneng kenapa murung terus, hmmm?"Alya menggeleng, enggan menjawab. "Papa perhatikan 3 hari ini kamu banyak diam dan murung. Ada apa sayang? Cerita sama papa."bujuk Yusuf dengan satu tanganya mengelus lembut kepala Alya yang tetutup jilbab.“Hmm, Papa…”“Iya?"Alya meremas roknya gugup, "Mama, kapan pulang?"Ckiittt....Mendadak Yusuf menginjak rem sangkit terkejutnya mendengar pertanyaan Alya. Beruntung jalanan sedang sunyi, kalau tidak ntah bahaya apa yang akan terjadi.Secepat kilat dia menatap Alya, "Kamu tanya apa tadi?" tanyanya dengan menuntut.Alya menoleh ke arah Yusuf yang kini sedang menunggu kelanjutan ucapan Alya. Putri kecil itu mengerjab dengan polos, lalu berkata. "Apa mama tidak akan pulang ke

  • Im Sorry Mama!    Bab 27 : Dukungan?

    ***Seorang pria kini duduk termenung di kursi kerjanya. Tangannya mengetuk-ngetukan pena ke meja. Mata pria itu terpejam dengan jejak air mata yang mengering.Kesepian dan rasa rindu menyiksa dirinya. Dia terus memikirkan, apa yang harus dia lakukan untuk membuat wanita itu kembali.Brakkk...Pintu ruang kerjanya di buka dengan kasar oleh seseorang. Mata Yusuf terbuka mendengar suara itu. Secepat kilat dia tak tahu apapun namun kini ada seseorang yang menarik kemeja.Menatap dirinnya dengan marah. “Katakan padaku! Kemana Istrimu membawa istriku?!” Dia adalah Bram suami dari Ayu. Pria itu juga sama halnya dengan Yusuf. Dia merasa frutrasi saat tak menemukan Ayu di rumah maupun di restorannya. Dia juga begitu terkejut saaf melihat ada orang lain yang mengantikan posisi istrinya di restoran. Para pegawai Ayu juga mengatakan bahwa Ayu izin untuk tidak datang untuk waktu yang tak bisa di pastikan.Bram juga sama menyesalnya dengan Yusuf. Kedua pria itu kini menyadari kebodohan diri merek

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status