Share

Part 2

Tokk..Tokk..

Suara ketukan pintu, membuat Dara berlari untuk membukanya.

Terlihat seorang laki-laki yang sedang berdiri didepan pintu, siapa lagi kalo bukan Bagas, sang kekasih yang sudah ia pacari selama 2 tahun terakhir ini.

Dara mempersilahkan Bagas masuk. Saat itu Dara hanya sendiri dirumah.

Bagas berjalan menuju ke minibar, sedangkan Dara berjalan ke dapur untuk membuat teh. Tanpa pikir panjang Bagas pun langsung duduk. Dara kemudian mendudukan dirinya sebelah Bagas sambil memberikan segelas teh hangat.

"Makasih ya." ucap Bagas. Kemudian Bagas pun mencicipi teh anget yang buatan Dara.

"Gimana teh nya enak?" tanya Dara.

"Enak lah kalo pacar yang bikin." balas Bagas.

"Enak lah, aku bikinnya pake cinta." Dara memperhatikan Bagas diam-diam.

"Apaan sih." Bagas mencolek hidung mancung Dara, kemudian ia beranjak dari tempat duduknya. Ia memandang di sekeliling rumah. "Kamu tinggal sama siapa aja?" tanya Bagas yang memasukkan tangan kanan nya di dalam saku. Meskipun mereka sudah pacar 2 tahun, baru kali ini Bagas berkesempatan bermain kerumah Dara.

"Sama ayah,bunda." balas Dara.

Bagas mengangguk pelan. "Ya udah kamu ganti baju gih, aku tunggu di luar." Bagas berjan meninggalkan Dara.

Bagas adalah laki-laki yang baik, santun dan juga sangat mencintai Dara.

Setelah mengganti pakaiannya, ia kembali menghampiri Bagas yang sedang menunggu di ruang tamu.

Dua puluh menit kemudian mereka sudah sampai di restoran favorit mereka. Setelah memarkir motor mereka masuk ke dalam restoran itu. Langkah Dara terhenti karena melihat pedagang Ice cream di seberang jalan, membuat langkah Bagas ikut terhenti

"Bagas." rengek Dara.

"Apa Ra?" Bagas memandang kearah pedagang itu. Ia mengiyakan kode dari Dara, seolah-olah ia sangat mengerti dengan maksud kekasihnya. "Oke..!!" Bagas berlari kecil menuju pedagang Ice Cream. "Mas Ice Cream nya satu ya, jangan lama-lama."

"Baik mas."

Bagas memperhatikan pedagang Ice Cream itu. "Jangan lupa dikasih susu ya mas."

Pedagang itu memberikan Ice Cream kepada Bagas.

"Makasih mas." Lalu Bagas bergegas kembali ke restoran itu.

"Mana?" tanya Dara yang sudah tak sabar.

"Udah nih." Bagas memberikan Ice Cream itu kepada Dara. " kamu belum pesen ya?" Bagas duduk di sebelah Dara.

"Belum hehe." jawabnya dengan cengiran lebarnya. "Kamu pesen apa?" tanya Dara.

Dara memanggil salah satu pelayan yang sedang membersihkan meja sebelah untuk mencatat pesanan.

"Kita pesen makanan kayak biasa mba. Kalo kamu mau pesen apa?"

"Ngikutin kamu aja sayang." ia sibuk menatap ponselnya

****

Bastian melirik jam tangannya menunjukan pukul 20:00. Saat itu Bianca baru pulang dari campingnya. Bianca adalah pacar Bastian, ia bersekolah ditempat yang berbeda dengannya.

Ia melajukan mobilnya dengan cepat. Sekitar 20 menit menghabiskan waktu diperjalanan, akhirnya sampai juga di sebuah terminal bis, ia memandangi di sekitarnya, masih banyak siswa/i yang juga menunggu jemputan dari orang tuanya. Disana ia menemukan Bianca yang sedang duduk menunggunya.

"Maaf ya aku telat." ujar Bastian.

"Kamu kemana aja sih, aku udah nunguin kamu dari tadi." Bianca bangkit dari duduknya ia berusaha mengangkat tasnya yang dipenuhi dengan perlengkapan camping. Tanpa pikir panjang Bastian menggendong tas itu. Mereka menuju mobil yang sedang di parkir dipinggir jalan.

"Kamu udah makan belum?" tanya Bastian sambil menjinjing tas masuk ke dalam bagasi.

"Belum." jawab Bianca.

"Ya udah kita mampir dulu ntar." ia menutup bagasi kembali, dan bergegas membuka pintu mobil yang akan di masuki oleh Bianca.

Kini mobil mereka berhenti tepat di dekat pedagang nasi goreng. Mereka turun, Bianca menduduki dirinya di tempat duduk yang sudah disediakan oleh pedagang, sedangkan Bastian berdiri disamping pedagang itu memesan nasi goreng.

****

Bastian, Gerry dan Danu berjalan menuju kantin, sesampainya dikantin sudah di penuhi oleh siswa/i yang sudah menyantap makanan mereka masing-masing. Diantara mereka ada Dara, Sarah yang sudah berada di kantin.

"Kalian mau pesen apa?" tanya Gerry.

"Gue kayak biasa." balas Bastian.

"Gue bakso sama es teh manis nya." timpal Danu.

Gerry bangkit menuju ibu kantin untuk memesan makanan.

Setelah kepergian Gerry. "Gue denger loh kemaren bareng sama Dara ya kesekolah?" celetukan Danu.

"Tau darimana loh?" tanya Bastian balik.

"Gue tau dari Gerry. Bener itu?" tanya Danu lagi, yang sangat penasaran menunggu jawaban dari Bastian.

"Iya." jawab Bastian singkat.

"Loh serius. Kok bisa?"

"Iya kemaren mobilnya mogok, jadi kebetulan gue lewat di depan rumahnya dia."

"Cielah loh. Ternyata loh masih peduli juga sama Dara." celetukan Danu.

"Gue awalnya nolak, tapi anaknya mohon-mohon, dengan sangat terpaksa gue kasih tumpangan."

Tiba-tiba fokus Danu berbeda, membuat Bastian menaikkan alisnya. "Loh lagi liatin siapa sih?" Bastian menoleh kebelakang, terlihat Dara dan kedua sahabat nya sedang mengobrol di meja sudut kantin. Karena ia belun mengetahui keberadaan Dara.

Gerry yang baru saja sampai dengan beberapa makanan di tangannya, ia melihat tingkah kedua sahabatnya itu yang sedang berbisik-bisik, sesekali memandang ke arah Dara.

Dara tidak nyaman melihat Danu dan Bastian yang terus memandangnya sambil berbisik-bisik, akhirnya ia menghampiri meja Bastian.

"Ada apa loh liatin gue kayak gitu?" tanya Dara ketus, ia melotot ke arah Bastian.

"Apaan sih loh, siapa juga yang liatin loh. GR banget sih." Bastian terkekeh.

"Loh salah paham Dar, kita itu ngeliat cewek yang ada dibelakang loh.

Seorang siswi yang sedang makan tepat di meja belakang Dara.

Dara mendesis kesal, alhasil ia menginjak sepatu Bastian dengan keras.

"Aaaghhhh." pekik Bastian, ia menggangkat kakinya lalu di kibas-kibas, seperti nya injakan Dara membuat kaki nya keram.

Bukan pertama kali gadis itu melakukan itu padanya, tapi sudah puluhan kali. Membuat rasa kesabaran itu habis. Ia bangkit dari tempat duduk nya dan menghampiri meja Dara.

Terjadi lah perdebatan di antara Bastian dan juga Dara.

Semua teman keduanya hanya menatap keduanya, mereka tak tahu cara untuk menghentikan perdebatan mereka.

Clara mengambil ponsel dari saku bajunya, mengirim pesan singkat. Jelang beberapa menit Bagas pun datang di tengah perdebatan itu. Bagas berusaha menenangkan Dara yang terus nyerocos, akhirnya Bagas membawa Dara pergi dari kantin itu.

Semua pasang mata di sekitar memandang ke arah Bastian. Bastian menatap mereka tajam, membuat siswa/i kembali duduk.

Tak terasa tangannya mengepal dengan keras. Ia berusaha untuk bersabar menghadapi gadis itu.. Akhirnya ia meninggalkan kantin, disusul oleh Gerry dan Danu.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status