Share

Perasaan Apa Ini?

"Kita sudahi aja untuk hari ini ya Ra, nihil kita gak bisa nemu nama perusahaan itu"

"Iya deh Rara juga udah cape"

"Oke kita pulang"

"Kita makan dulu diluar yuk!"

"Boleh aja"

"Ayo!!"

Karna pencarian mereka tak membuahkan hasil jadi mereka memutuskan untuk makan diluar.

Riani melajukan mobilnya mencari restoran atau cafe yang disekitar lokasi mereka berada, setelah beberapa menit berputar akhirnya mereka menemukan sebuah cafe yang cukup bagus untuk mereka berehat dan makan siang.

"Nah udah nyampe nih, ayo turun!"

"Ayo!" Khairana berlari masuk duluan sedangkan Riani mengunci mobilnya dulu lalu menyusul Khairana.

"Riri!! Sini duduk disini!!" Khairana berteriak seperti anak kecil membuat pengunjung lain memperhatikan mereka.

"Kau ini jangan teriak-teriak begitu liat tuh kamu jadi bahan perhatian pengunjung disini"

"Hehe maaf habisnya Rara laper banget, langsung mesen aja ya... Maaf pelayan!!" Riani menggelengkan kepala dan membuka buku menu yang ada dimeja.

Tak lama kemudian pelayan yang Khairana panggil datang dan bertanya ingin pesan apa pada mereka.

"Saya mau pesan cheeseburger satu sama jus alpukat satu ya, kalau Riri mau pesan apa?"

"Smoothies sama jus alpukat satu"

"Baik, saya ulangi pesanannya ya.. cheeseburger satu smoothies satu dan jus alpukat dua ya, 10 menit kami aja akan antar pesanan anda"

"Makasih mbak"

Seraya menunggu pesanan mereka datang, Khairana terdiam dan memikirkan bagaimana cara agar kembaran Aldo ditemukan.

Jangankan kembarannya perusahaannya saja banyak orang yang tidak tau keberadaan perusahaan itu, jika dia mau dia bisa saja bertanya pada papanya tapi untuk mengurangi kecurigaan ia memutuskan untuk mencari dan memikirkannya sendiri dibantu temannya Riani.

Akhirnya setelah 10 menit menunggu pesanan mereka pun datang.

"Silahkan nikmati pesanan anda" ucap pelayan itu sembari membungkukkan badannya.

"Makasih ya mbak"

"Wahh enak nih, foto ah" Riani mengeluarkan ponselnya dan segera memotret makanan yang dia pesan.

Dia memotret dengan berbagai gaya sampai beberapa pengunjung lain memperhatikan tingkah Rianti.

Berbeda dengan Khairana yang sedari tadi diam tak bicara dan hanya menatap makanan pesanannya tanpa mau menyentuhnya sedikit pun, Riani yang sedari tadi sibuk memotret akhirnya sadar akan kejanggalan Khairana yang tiba-tiba diam.

"Ra? Kenapa? Kok gak dimakan?"

"Uhm..." Khairana hanya bergumam sendiri membuat Riani semakin khawatir ada apa dengan temannya ini? Beberapa menit lalu dia ceria seperti biasa kenapa sekarang mendadak diam dan menatap makanannya seolah makanan itu akan kabur darinya.

"Khairana!!" Riani mengguncang sedikit tubuh Khairana bermaksud agar dia bisa kembali fokus.

"Hah? Apa?"

"Kamu kenapa sih Ra?"

"Rara gak apa-apa kok"

"Masa? Sakit?" Tukas Riani sembari mengecek dahi serta leher Khairana panas atau tidak.

"Gak apa-apa Riri, maaf tadi cuma melamun aja kok"

"Beneran? Jangan bikin khawatir Ra kalau punya masalah bilang jangan dipendem sendiri"

"Iya Rara tau kok, cuma badan Rara kaya ada yang aneh aja gitu tapi gak apa-apa kok"

"Yakin? Yaudah deh makan cepet abis itu kita pulang"

"Iya" lirihnya seraya meraih makanan yang dia pesan sebelumnya.

***

"Makasih udah izinin aku kendarai mobil kamu ya Ra, disini aku minta dijemput aja"

"Gak masalah, mau kusuruh pak Iwan antar Riri gak? Udah lumayan sore nih"

"Gak apa Ra, kamu masuk aja gih istirahat besok kita ketemu lagi disekolah"

"Yakin nih? Rara bisa ikut pak Iwan buat antar Riri loh"

"Iya Ra, udah nih jemputanku udah nyampe by Ra see you tomorrow"

"See you" Khairana melambai dengan senang hati Rianti juga melambainya.

Khairana menatap kepergian Riani dan kembali masuk kedalam rumah, seperti tadi di cafe dia terdiam sambil berjalan menuju kamarnya.

Bahkan panggilan dari pembantunya pun tak ia gubris sedikit pun, Khairana terus berjalan tanpa menoleh kemanapun hanya satu titik yaitu kebawah menatap kakinya yang sedang melangkah.

Sesampainya di kamar Khairana menutup pintu dan langsung menjatuhkan dirinya di kasur, ntah apa yang merasukinya badan Khairana terasa panas ada gejolak dalam dirinya yang meronta ingin dikeluarkan tapi tetap saja Khairana bingung dengan keadaan ini dia tak tau harus berbuat apa, apa yang harus dia lakukan agar hasrat ini berhenti, bukan libido yang membuatnya seperti ini tapi ada sesuatu yang ada didalam tubuhnya meronta ingin keluar.

"Apa-apaan ini, rasanya--"

"Non? Non ada didalam?"

"Eh.. i-iya bi masuk aja"

"Permisi non, sudah makan? Mau bibi buatkan makanan? Seoertinya non sedang berbeda dari hari biasanya, ada apa?"

"Tidak kok bi, nanti saja rara makannya tadi udah makan diluar bareng Riri, pengen susu hangat aja"

"Baiklah, kalau non merasa tidak enak cerita saja pada bibi ya"

"Iya Bi makasih" lirihnya seraya bangun dari kasur, dia kembali terdiam dan memikirkan bagaimana cara agar perasaan ini hilang.

"Ada apa denganku... Seperti ada yang mencoba memaksa untuk keluar dari tubuhku" ucapnya bermonolog sampai dia tak menyadari kalau dari tadi Aldo sudah berada disampingnya.

"Bisa-bisanya dia tak menyadari aku disini" pikirnya seraya melontarkan colekan kecil di pinggang Khairana yang membuatnya kaget.

"Huwa!!? Ish kak Aldo beri salam kek apa kek gitu jangan suka ngagetin orang mulu!"

"Gue udah dari tadi disini lo nya aja yang gak sadar gue ada disini"

"Masa sih?"

"Lah iya, gue nunggu lo pulang dari tadi keliling nih kamar bosen juga kalau aja gue bisa sentuh barang mungkin gak akan sebosan ini"

"Hmm..."

"Eh ngomong-ngomong kok aura lo terasa beda ya hari ini"

"Hah? Beda gimana?"

"Itu loh, hawa lo panas banget kaya ada sesuatu yang meronta ingin kau keluarkan"

"Itu juga yang Rara rasain kak, dari tadi siang Rara ngerasa ada bujukan untuk menggerakkan tangan ke depan tapi selalu Rara urungkan karna merasa akan ada hal buruk kalau Rara ikuti"

"Benarkah? Kenapa tidak kau coba?"

"Rara takut kak"

"Tenang aja kalau misalkan yang keluar demit beneran biar gue yang urus"

"Bukan masalah itunya tapi--"

"Non? Ini susu hangat dan biskuitnya"

"Eh? Oh iya masuk aja bi"

"Non kalau mau makan bilang ya sama bibi nanti bibi buatkan makanan kesukaan non Rara"

"Iya bi makasih"

"Oh iya ngomong-ngomong non, non lagi sakit?"

"Hah? Enggak kok bi, kenapa?"

"Kok hawa non Rara panas ya, gak seperti biasanya yang hangat"

"Ternyata bibi juga merasakannya, bagaimana ini" ucapnya dalam hati, Khairana mengalihkan topik dan dengan segera menyerbu susu hangat yang bi Ira bawa.

"Rara cuma kurang istirahat aja kok bi, btw Rara selalu suka susu buatan bibi takarannya pas biskuitnya juga enak" ucapnya sambil memakan biskuit itu dengan terburu-buru.

"Non ini bicara apa, itu kan biskuit dari warung haha ada ada aja non Rara ini, iya mungkin non Rara butuh istirahat sebaiknya non istirahat sekarang dan suruh dedemit itu untuk pulang jangan ganggu non Rara dulu"

"Lah bibi sadar rupanya"

"Tentu saja"

"Woy, pembantu lo aja lebih peka yang gak bisa ngeliat gue kok lo yang bisa liat gak peka amat sama keberadaan gue sih" tukas Aldo seraya melipat kedua tangannya di dada.

Khairana tak menggubris perkataan Aldo dan hanya fokus berbicara dengan bi Ira setelah semua dirasa cukup terkendali bi Ira keluar kamar dan membiarkan Khairana untuk beristirahat.

To be continue...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status