แชร์

Perasaan Apa Ini?

ผู้เขียน: Shimuramari
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2021-09-19 10:27:41

"Kita sudahi aja untuk hari ini ya Ra, nihil kita gak bisa nemu nama perusahaan itu"

"Iya deh Rara juga udah cape"

"Oke kita pulang"

"Kita makan dulu diluar yuk!"

"Boleh aja"

"Ayo!!"

Karna pencarian mereka tak membuahkan hasil jadi mereka memutuskan untuk makan diluar.

Riani melajukan mobilnya mencari restoran atau cafe yang disekitar lokasi mereka berada, setelah beberapa menit berputar akhirnya mereka menemukan sebuah cafe yang cukup bagus untuk mereka berehat dan makan siang.

"Nah udah nyampe nih, ayo turun!"

"Ayo!" Khairana berlari masuk duluan sedangkan Riani mengunci mobilnya dulu lalu menyusul Khairana.

"Riri!! Sini duduk disini!!" Khairana berteriak seperti anak kecil membuat pengunjung lain memperhatikan mereka.

"Kau ini jangan teriak-teriak begitu liat tuh kamu jadi bahan perhatian pengunjung disini"

"Hehe maaf habisnya Rara laper banget, langsung mesen aja ya... Maaf pelayan!!" Riani menggelengkan kepala dan membuka buku menu yang ada dimeja.

Tak lama kemudian pelayan yang Khairana panggil datang dan bertanya ingin pesan apa pada mereka.

"Saya mau pesan cheeseburger satu sama jus alpukat satu ya, kalau Riri mau pesan apa?"

"Smoothies sama jus alpukat satu"

"Baik, saya ulangi pesanannya ya.. cheeseburger satu smoothies satu dan jus alpukat dua ya, 10 menit kami aja akan antar pesanan anda"

"Makasih mbak"

Seraya menunggu pesanan mereka datang, Khairana terdiam dan memikirkan bagaimana cara agar kembaran Aldo ditemukan.

Jangankan kembarannya perusahaannya saja banyak orang yang tidak tau keberadaan perusahaan itu, jika dia mau dia bisa saja bertanya pada papanya tapi untuk mengurangi kecurigaan ia memutuskan untuk mencari dan memikirkannya sendiri dibantu temannya Riani.

Akhirnya setelah 10 menit menunggu pesanan mereka pun datang.

"Silahkan nikmati pesanan anda" ucap pelayan itu sembari membungkukkan badannya.

"Makasih ya mbak"

"Wahh enak nih, foto ah" Riani mengeluarkan ponselnya dan segera memotret makanan yang dia pesan.

Dia memotret dengan berbagai gaya sampai beberapa pengunjung lain memperhatikan tingkah Rianti.

Berbeda dengan Khairana yang sedari tadi diam tak bicara dan hanya menatap makanan pesanannya tanpa mau menyentuhnya sedikit pun, Riani yang sedari tadi sibuk memotret akhirnya sadar akan kejanggalan Khairana yang tiba-tiba diam.

"Ra? Kenapa? Kok gak dimakan?"

"Uhm..." Khairana hanya bergumam sendiri membuat Riani semakin khawatir ada apa dengan temannya ini? Beberapa menit lalu dia ceria seperti biasa kenapa sekarang mendadak diam dan menatap makanannya seolah makanan itu akan kabur darinya.

"Khairana!!" Riani mengguncang sedikit tubuh Khairana bermaksud agar dia bisa kembali fokus.

"Hah? Apa?"

"Kamu kenapa sih Ra?"

"Rara gak apa-apa kok"

"Masa? Sakit?" Tukas Riani sembari mengecek dahi serta leher Khairana panas atau tidak.

"Gak apa-apa Riri, maaf tadi cuma melamun aja kok"

"Beneran? Jangan bikin khawatir Ra kalau punya masalah bilang jangan dipendem sendiri"

"Iya Rara tau kok, cuma badan Rara kaya ada yang aneh aja gitu tapi gak apa-apa kok"

"Yakin? Yaudah deh makan cepet abis itu kita pulang"

"Iya" lirihnya seraya meraih makanan yang dia pesan sebelumnya.

***

"Makasih udah izinin aku kendarai mobil kamu ya Ra, disini aku minta dijemput aja"

"Gak masalah, mau kusuruh pak Iwan antar Riri gak? Udah lumayan sore nih"

"Gak apa Ra, kamu masuk aja gih istirahat besok kita ketemu lagi disekolah"

"Yakin nih? Rara bisa ikut pak Iwan buat antar Riri loh"

"Iya Ra, udah nih jemputanku udah nyampe by Ra see you tomorrow"

"See you" Khairana melambai dengan senang hati Rianti juga melambainya.

Khairana menatap kepergian Riani dan kembali masuk kedalam rumah, seperti tadi di cafe dia terdiam sambil berjalan menuju kamarnya.

Bahkan panggilan dari pembantunya pun tak ia gubris sedikit pun, Khairana terus berjalan tanpa menoleh kemanapun hanya satu titik yaitu kebawah menatap kakinya yang sedang melangkah.

Sesampainya di kamar Khairana menutup pintu dan langsung menjatuhkan dirinya di kasur, ntah apa yang merasukinya badan Khairana terasa panas ada gejolak dalam dirinya yang meronta ingin dikeluarkan tapi tetap saja Khairana bingung dengan keadaan ini dia tak tau harus berbuat apa, apa yang harus dia lakukan agar hasrat ini berhenti, bukan libido yang membuatnya seperti ini tapi ada sesuatu yang ada didalam tubuhnya meronta ingin keluar.

"Apa-apaan ini, rasanya--"

"Non? Non ada didalam?"

"Eh.. i-iya bi masuk aja"

"Permisi non, sudah makan? Mau bibi buatkan makanan? Seoertinya non sedang berbeda dari hari biasanya, ada apa?"

"Tidak kok bi, nanti saja rara makannya tadi udah makan diluar bareng Riri, pengen susu hangat aja"

"Baiklah, kalau non merasa tidak enak cerita saja pada bibi ya"

"Iya Bi makasih" lirihnya seraya bangun dari kasur, dia kembali terdiam dan memikirkan bagaimana cara agar perasaan ini hilang.

"Ada apa denganku... Seperti ada yang mencoba memaksa untuk keluar dari tubuhku" ucapnya bermonolog sampai dia tak menyadari kalau dari tadi Aldo sudah berada disampingnya.

"Bisa-bisanya dia tak menyadari aku disini" pikirnya seraya melontarkan colekan kecil di pinggang Khairana yang membuatnya kaget.

"Huwa!!? Ish kak Aldo beri salam kek apa kek gitu jangan suka ngagetin orang mulu!"

"Gue udah dari tadi disini lo nya aja yang gak sadar gue ada disini"

"Masa sih?"

"Lah iya, gue nunggu lo pulang dari tadi keliling nih kamar bosen juga kalau aja gue bisa sentuh barang mungkin gak akan sebosan ini"

"Hmm..."

"Eh ngomong-ngomong kok aura lo terasa beda ya hari ini"

"Hah? Beda gimana?"

"Itu loh, hawa lo panas banget kaya ada sesuatu yang meronta ingin kau keluarkan"

"Itu juga yang Rara rasain kak, dari tadi siang Rara ngerasa ada bujukan untuk menggerakkan tangan ke depan tapi selalu Rara urungkan karna merasa akan ada hal buruk kalau Rara ikuti"

"Benarkah? Kenapa tidak kau coba?"

"Rara takut kak"

"Tenang aja kalau misalkan yang keluar demit beneran biar gue yang urus"

"Bukan masalah itunya tapi--"

"Non? Ini susu hangat dan biskuitnya"

"Eh? Oh iya masuk aja bi"

"Non kalau mau makan bilang ya sama bibi nanti bibi buatkan makanan kesukaan non Rara"

"Iya bi makasih"

"Oh iya ngomong-ngomong non, non lagi sakit?"

"Hah? Enggak kok bi, kenapa?"

"Kok hawa non Rara panas ya, gak seperti biasanya yang hangat"

"Ternyata bibi juga merasakannya, bagaimana ini" ucapnya dalam hati, Khairana mengalihkan topik dan dengan segera menyerbu susu hangat yang bi Ira bawa.

"Rara cuma kurang istirahat aja kok bi, btw Rara selalu suka susu buatan bibi takarannya pas biskuitnya juga enak" ucapnya sambil memakan biskuit itu dengan terburu-buru.

"Non ini bicara apa, itu kan biskuit dari warung haha ada ada aja non Rara ini, iya mungkin non Rara butuh istirahat sebaiknya non istirahat sekarang dan suruh dedemit itu untuk pulang jangan ganggu non Rara dulu"

"Lah bibi sadar rupanya"

"Tentu saja"

"Woy, pembantu lo aja lebih peka yang gak bisa ngeliat gue kok lo yang bisa liat gak peka amat sama keberadaan gue sih" tukas Aldo seraya melipat kedua tangannya di dada.

Khairana tak menggubris perkataan Aldo dan hanya fokus berbicara dengan bi Ira setelah semua dirasa cukup terkendali bi Ira keluar kamar dan membiarkan Khairana untuk beristirahat.

To be continue...

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Impossible Love   Selamat Tinggal Khairana

    Kejadian yang menguras tenaga dan emosi itu pu berakhir, begitu juga dengan Khairana yang sudah mengorbankan dirinya hanya untuk menyelamatkan adik dari orang yang selama ini dia sukai.Rianti dan yang lainnya membawa jasad Khairana pulang kerumah untuk dikebumikan, ibunda Khairana menangis histeris saat melihat anak satu-satunya terbujur kaku. Rianti tidak bisa berkata apa-apa saat itu, ia hanya bisa terdiam sembari menahan rasa ingin menangis saat melihat ibunya Khairana menangis meraung-raung."Ada apa ini Rianti?! mengapa Khairana bisa sampai seperti ini?! apa yag terjadi?!" tanya ibu Khairana seraya menangis sesenggukkan."Maat tante... Riri gak bisa jaga Khairana dengan baik.. saat itu kami sedang berada di cafe dan mobil kami terparkir jauh dari cafe sehingga kami harus menyebrang jalan untuk sampai disana. Tapi saat kami hendak pulang, sebuah mobil melaju dengan sangat kencang dan menabrak Khairana... pelakunya k

  • Impossible Love   Selamatkan Aldi

    "Itu dia disana!!" Rianti menunjuk kearah Aldi yang sedang melakukan sebuah ritual.Cahaya yang dihasilkannya sangat terang hingga membuat mata mereka silau, Khairana sekilas dapat melihat bagaimana jiwa Aldi yang asli mencoba untuk melawan arwah jahat itu."Kita harus segera menyelamatkan kak Aldi! Berikan semua kristal kalian padaku, cepat!" Titah Khairana dan mereka semua menurut terkecuali Rianti yang ragu untuk memberikan kristalnya pada Khairana.Seakan tau apa yang dipikirkan oleh Rianti, Khairana mencoba untuk meyakinkannya kalau semua akan baik-baik saja."Tenanglah, semua akan baik-baik saja" bisik Khairana dengan lembut membuat Rianti justru merasa sesak karena mungkin ini adalah yang terakhir kalinya ia mendengar suara lembut Khairana.&n

  • Impossible Love   Kebenaran

    "Sentuh dia, Rianti!" Teriak Khairana dan Rianti langsung menyentuh lengan Aldi.Seketika itu juga Rianti dibawa ke masa lalu dari ingatan Aldi, terlihat suasana masa itu masih terbilang cukup kuno dan Rianti merasa heran kenapa Aldi bisa hidup lebih dulu dari pada Aldo bahkan pada zaman dimana mereka belum dilahirkan."Apa ini, ingatan arwah jahat itu atau ingatan Aldi? Tidak mungkin jika ini ingatan Aldi, dia saudara kembar Aldo dan mungkin kedua orang tuanya belum menikah" ucap Rianti heran lalu ia melihat seseorang yang mirip sekali dengan Aldi tapi lebih tinggi dan terlihat lebih berwibawa.Pria itu tersenyum ramah pada seorang pedagang tua yang menjual beberapa sayuran, sepertinya ia sedang membeli bahan makanan batin Rianti."Te

  • Impossible Love   Ruang Rahasia

    "Berapa jam lagi sekolah bubar?" Tanya Sunny yang merasa bosan menunggu di mobil berharap bisa langsung beraksi tanpa harus menunggu sekolah bubar."Sebentar lagi, jam 13:45 bell sekolah akan berbunyi dan seluruh siswa akan dipulangkan. Bersabarlah, Sunny" jawab Aldo yang juga merasa tidak sabar ingin segera masuk dan menyelamatkan Khairana."Waktu cepatlah berlalu, aku mohon. Bertahanlah sebentar lagi, Rianti" batin Ethan yang sudah merasa gelisah.Mereka bertiga sama gelisahnya berharap Khairana dan Rianti baik-baik saja sampai mereka datang menyelamatkan keduanya.Sudah pukul 13:40, hanya tinggal beberapa menit lagi bell pulang akan segera berbunyi."Sedikit lagi" gumam Aldo seraya melirik kearah jam tangan yang selalu ia pakai.Setelah menunggu 5 menit akhirnya bell pulang pun berbunyi, mereka

  • Impossible Love   Menghilang

    "Bagaimana keadaan di sekolah? Apa ada sesuatu yang mencurigakan darinya?" Tanya Sunny seraya memegang ponselnya di telinga kanannya."Tidak, sejauh ini masih normal" jawab Rianti yang memakai earphone wireless agar tidak selalu memegang ponsel ke telinganya."Baguslah, jika dia keluar beritahu aku" ucap Sunny seraya menutup telponnya sepihak.Khairana dan Rianti tetap mengikuti pembelajaran seperti biasa agar Aldi yang sedang mereka mata-matai tidak curiga dengan tingkah laku mereka begitu juga Aldo yang sudah jelas cuek jadi tidak perlu terlalu khawatir soal tingkahnya.Berjam-jam berlalu, hari ini tidak ada mata pelajaran olahraga di kelas Khairana, hal ini menyulitkan mereka untuk mengawasi Aldi karna salah tindakan saja bisa-bisa Aldi akan curiga."Kita harus berpencar, jangan terlihat mencolok" ucap Khairana yang dibalas anggukan oleh Rianti dan Aldo.&

  • Impossible Love   Janji?

    "Maaf Riri, aku rahasiakan karna tidak ingin kau menangis sebelum aku benar-benar pergi, itu semakin membuatku ragu untuk melakukan semua pengorbanan ini" ucap Khairana seraya tertunduk dan memainkan kuku jarinya."Sudah jelas bukan?! Aku jelas lebih tidak rela lagi jika kau harus diambil oleh arwah jahat itu!" Bentak Rianti dengan suara yang masih sesenggukan karna menangis.Khairana hanya bisa terdiam, jauh didalam hatinya pun ia ragu untuk melakukan semua ini karna jika ia lakukan maka dirinya tidak akan bisa bersama Aldo lagi."Kau sudah menceritakannya ya? Aku mendengar suara Rianti yang berteriak" sahut Iriana seraya berjalan mendekati mereka berdua."Ini gelangmu""Terima kasih mami ana" Khairana senang mendapatkan gelangnya kembali dan dengan segera ia memakainya lagi."Ini me

  • Impossible Love   Lepas Kendali

    “Ra! Berhenti! Kendalikan dirimu” Rianti memegang tangan Khairanamembuat sang empu sadar dan menghentikan aksinya pada Aldi seketikaAldi pun terjatuh dan terbatuk-batuk.“Lihat, kristalmu retak Ra. Pasti kristalnya tidak kuat menahan luapankekuatanmu” ucap Rianti seraya mengangkat tangan Khairana agar Khairanabisa melihat dengan jelas.Sontak Khairana terkejut dengan apa yang ia lakukan membuat kristalmiliknya rusak, apa jadinya kalau cenayang Iriana mengetahui kalau kristalKhairana tidak mampu menahan luapan kekuatannya.“Seharusnya kau cepat hubungi kami, punya ponsel kan?” tanya Aldo dengannada agak sedikit menekan karna kesal dengan tindakan Khairana yanggegabah.Aldi dibiarkan begitu saja bahkan oleh Aldo sekalipun, ia sudah bisamenerima kalau yang ada dihadapannya ini adalah arwah j

  • Impossible Love   Pengakuan

    Sebulan sejak kematian Gerald, kini Khairana mencoba untuk beraktifitas seperti biasa lagi tanpa kehadiran seorang ayah disampingnya."Mama yakin gak mau Rara bantu ngurus perusahaan papa? Mama juga kan harus segera balik ke luar negeri""Kamu fokus aja dulu sama sekolah kamu sayang, jangan pikirkan soal bisnis. Mama masih bisa mengatasinya sendirian, kalau kamu sudah lulus nanti kamu bisa ambil alih perusahaan papamu" jawab beliau seraya mengelus pucuk kepala Khairana.Khairana hanya pasrah dan menghela nafas saat mendengar jawaban dari ibunda tercintanya itu, seraya mengambil tas sekolah dia menyalami mamanya dan berpamitan sebelum pergi ke sekolah."Kalau gitu Rara pergi dulu ya ma, assalamu

  • Impossible Love   Kenapa?

    “Kau yakin melihat siapa pelaku pembunuhan papaku, Riri?!” tanya Khairana dengan tatapan berharap kalau Rianti bisa memberitahu gambaran tentang orang yang sudah membunuh papanya.Rianti tidak tega melihat tatapan Khairana yang saat ini tengah dilanda sebuah ujian yang benar-benar tidak bisa ia bayangkan sama sekali.“Tenang dulu Ra, aku akan ceritakan semua yang aku lihat. Oke?” ucap Rianti mencoba menenangkan Khairana dan ia pun mencoba untuk tetap terkendali..“Saat aku diberitahu oleh Sunny untuk menggunakan kekuatanku agar masalah ini terpecahkan, aku memegang lengan papamu. Disana aku melihat ia sedang berjalan menuju ruang kantornya setelah sebelumnya kau bilang beliau mampir sebentar untuk memeriksamu kan?” Khairana mengangguk seraya menyusut air matanya yang terus saja menetes tanpa permisi.“Dia melewati setiap lorong perusahaan itu, s

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status