Share

Inheritance
Inheritance
Penulis: MerryZumer

Awal Mula

Seorang wanita berambut merah ikal panjang, memakai baju berwarna putih semata kaki dengan ciri khasnya dari abad 19. Dia duduk di teras sambil memandang kedua anak kembarnya. Mereka bermain di halaman rumahnya yang di penuhi bunga dengan rumput hijau yang lumayan lebat. Rumah indah milik mereka di tengah hutan yang dikelilingi pagar kayu dengan tanaman rambat dan buah plum.

Wanita itu tersenyum senang melihat kedua anaknya berlari-lari sambil tertawa. Mereka anak kembar laki-laki dan perempuan. Yang mencolok dari mereka adalah rambut mereka sama-sama merah menyala dan ikal. Dengan riang gembira mereka masih saja menikmati hari yang tampak cerah. Langkah mereka terhenti saat tiba-tiba awan biru yang tepat berada di atas rumah mereka berubah menjadi hitam. Suara guntur menggelegar dengan kerasnya. Anehnya awan hitam itu hanya berada di atas rumah mereka.

"Anak-anak kemarilah!" Wanita itu segera menarik mereka hingga berada dibelakangnya.

"Pasti ini ulah Ania. Keluar kau Ania! Kau tidak akan pernah bisa mendapatkan keinginannmu!" teriak wanita itu.

Dalam waktu singkat, muncul seorang wanita dengan tiba-tiba di depan mereka. Wanita yang dipanggil Ania itu, berambut putih panjang dengan kulit putih dan mata yang berwarna biru. Bajunya sangat indah menandakan dia seorang bangsawan.

"Hai, Dansi adikku tersayang. Kenapa kau terlihat ketakutan setiap kali melihatku? Aku hanya ingin mengunjungimu saja," ucap Ania dengan tersenyum, namun wajahnya kaku. Senyuman paksaan terlihat jelas di wajahnya.

"Aku tahu apa yang kau inginkan. Kau tidak akan pernah bisa mendapatkannya. Ini adalah warisanku, dan seperti ibu kita, aku hanya akan memberikannya kepada penerusku ,” katanya pelan namun tegas. Ania semakin menatapnya datar. Ania menahan amarah yang akhirnya di keluarkan.

"Diam kau! Seharusnya aku yang mendapatkan warisan itu, bukan kau. Aku anak pertama dan telah menjadi ratu di negeri ini menggantikan ibu. Kau, harus memberikannya kepadaku!" ucapnya tegas membuat Dansi mengernyit.

"Ibu memilihku dan bukan kau. Jika kau memilikinya, maka dunia akan hancur karena ketamakanmu. Kita sama-sama tahu bagaimana kau bisa menjadi ratu pengganti ibu. Yaitu dengan kelicikanmu.” Dansi mengarahkan telunjuknya tepat ke wajah Ania.

"Ibu adalah ratu sihir terkuat. Sudah jelas aku yang akan menjadi penerus kekuatannya, bukan kau. Berikan padaku!" perintah Ania tegas.

"Tidak akan pernah,” tolak Dansi dalam marah.

"Kalo begitu hanya ada satu cara. Kau harus mati ditanganku. Hiya!"

Ania menaikkan kedua tangannya dan membuat awan hitam semakin pekat sekaligus menggumpal. Suara halilintar menggema kemudian menyambar rumah Dansi hingga hancur.

"Duar, duar!"

Dansi menggunakan kekuatannya untuk membuat Ania tidak bisa bergerak untuk beberapa saat.

"Mematung,"

ucap Dansi pelan dan dengan cepat mengarahkan tangannya ke Ania  yang berjalan kearahnya. Jari Dansi mengeluarkan angin yang berhembus cepat. Ania yang tak mengetahui  kemajuan kesaktian adiknya menjadi terkejut saat tiba-tiba tubuhnya mematung.

Dansi segera menarik anak-anaknya berlari ke hutan. Mereka bersembunyi di balik pohon besar yang rindang.

"Ben, Jen, kalian harus pergi dari sini!" perintah Dansi. Kedua anak kembarnya menatapnya dengan gelisah.

"Ibu, apa kita akan ke kota?"

"Tidak Ben, kalian harus pergi dari jaman ini ke waktu yang lain. Ibu akan menggunakan magic book warisan dari nenek kalian. Kini buku ini ibu wariskan kepada Jen karena dia perempuan. Kau harus menjadi penjaganya. Ingatlah, dalam segala kehidupan kalian ditakdirkan bersama! Kelak, di kehidupan mendatang, keturunan kalian akan bertemu kembali dan menjadi penerus kalian. Jen, kau adalah pewaris. Ben, kau adalah pelindung.”

Jen bersama Ben mendengarkan penjelasan Dansi dengan serius.

“Saat Ibu membuka pintu portal, segera masuk dan hiduplah dengan baik!"

Dansi mengambil kalung yang dipakai Jen. Dia membuka gembok buku bersampul kulit bewarna coklat dengan lambang gambar ratu ditengahnya menggunakan bandul kalung itu. Dansi mengusapkan jarinya ke halaman buku yang pertama dan tiba-tiba muncul tulisan kuno. Dansi membacanya dengan lantang dalam bahasa kuno. Hembusan angin seolah berbalik mengarah padanya. Angin itu berputar-putar mengelilingi tubuhnya dan mengarah sesuai jari telunjuk Dansi. Kumpulan angin itu kembali berputar membentuk lingkaran api yang menyala.

"Ibu, kami tidak mau meninggalkan Ibu," rengek Jen.

"Kalian harus saling menjaga! Ibu akan menuntun di setiap mimpimu." Dansi mengembalikan kalung ke leher Jen. Dia memberikan buku itu. Jen memasukkannya ke dalam bajunya sambil menangis.

"Kelak kau juga harus memberikan warisan Ibu kepada keturunanmu yang perempuan. Buku itu yang akan memilih sendiri ratunya. Jagalah selalu warisan ibu dengan aman atau dunia dimanapun kalian berada nanti akan binasa jika buku itu berada ditangan yang salah! Sekarang pergilah kalian!"

Ben bersama Jen masuk ke dalam lingkaran portal dengan tangisan perpisahan. Dansi, pun menangis dan terus menatap kedua anaknya hingga portal hendak menutup.

Ania akhirnya bisa kembali menggerakkan tubuhnya dan menuju hutan. Ania melihat Dansi mencoba membuat anak-anaknya kabur.

"Tidak akan kubiarkan."

Pisau emas terlempar sangat cepat dengan tiba-tiba di belakang Dansi yang sama sekali tidak dia duga. Pisau itu mengarah ke tubuh Jen. Ben yang melihat pisau hendak mengenai adiknya, dengan segera menghalanginya. Dia melompat dari portal hingga pisau itu menancap ke jantungnya.

"Argh!" teriak Ben.

"Tidak. Ben!" Dansi berlari kearah Ben dan mengarahkan kekuatannya untuk membuat pelindung di depan portal hingga tidak ada yang bisa menembusnya.

"Tameng," ucap Dansi kembali mengarahkan tangannya ke arah portal. Tiba-tiba angin mengumpul dan menjadi tameng di depan pintu portal. Angin itu menghembus siapa saja yang berusaha menembusnya tak terkecuali Ania.

Pintu portal tertutup dengan meninggalkan kenangan wajah Jen yang menangis. Jen berada di jaman yang hanya berbeda beberapa tahun dari yang sebelumnya. Dansi sengaja tak membuka dimensi waktu terlalu jauh agar Jen mudah beradaptasi.

"Sial. Akan aku hancurkan kau Dansi."

Ania sangat marah. Kedua matanya menatap tajam, mengeluarkan seluruh kekuatannya untuk melawan Dansi. Dansi meletakkan tubuh Ben untuk melawan Ania. Kekuatan Dansi adalah pengendali angin. Seluruh angin tertarik ke kedua tangannya, menjadi cahaya putih yang menyilaukan. Dansi melirik ke arah tubuh Ben yang tidak bergerak.

"Ibu akan segera menyusulmu, Ben."

Dansi mengeluarkan seluruh kekuatannya dan mengarahkan ke Ania. Ania yang telah menyalakan kedua tangannya dengan kekuatan petir, segera mengarahkan ke Dansi sehingga kedua kekuatan hebat itu saling bertemu dan mengadu. Kedua tangan mereka saling menahan serangan masing-masing.

"Hiya!" Mata Dansi yang coklat menjadi abu-abu menandakan kekuatannya keluar dengan sempurna.

"Kenapa dia menjadi semakin kuat? Apa karena buku itu? Aku tidak boleh kalah." Ania semakin mengeluarkan halilintarnya yang terus mengarah ke tubuh Dansi. Namun, angin disekitar tubuh Dansi menghalanginya hingga halilintar itu meledak di udara.

"Duar, duar!"

"Aku harus membuat Ania tak lagi bisa mengejar Jen. Dia harus kalah. Dansi menutup matanya dan melepaskan senjata terkuatnya yang bisa mengakhiri nyawanya.

"Ini untukmu, Ben. Dan untuk keselamatanmu, Jen."

Dansi melompat ke udara dan mengeluarkan cahaya putih yang sinarnya mengalahkan kekuatan petir dari Ania.

"Tidak!" teriak Ania saat terlempar ke atas. Masih melayang di udara, Dansi menepuk kedua tangannya hingga suaranya seperti ledakan menggema.

"Duar!"

Tepukan tangannya mengeluarkan sinar yang membuat Ania hancur menjadi kerikil-kerikil.

"Argh!" jeritan Ania semakin lama semakin memudar.

Dansi terlihat lemas di udara dan terjatuh ke tanah tepat di sebelah Ben.

Dengan sisa tenaga, Dansi menyentuh tangan Ben dan akhirnya menutup mata untuk selamanya.

Diantara semak-semak, muncul pelayan Ania yang segera mengumpulkan kerikil-kerikil tubuhnya dan membawanya pergi dari tempat itu.

"Aku akan membangkitkanmu kembali, Ratu Ania," ucap pelayan wanita itu yang segera pergi menjauh.

Setelah beberapa menit, tubuh Dansi memudar menjadi debu. Debu itu berputar-putar menjadi angin yang bersinar. Nampak arwah Dansi melayang memandang arwah Ben yang berdiri sebelah tubuhnya.

"Ben, kau harus hidup! Ibu akan memberikan kekuatan ruh ibu kepadamu. Ingatlah, kau sang penjaga! Tugasmu adalah melindungi pewaris magic book. Carilah dia di segala kehidupan! Ibu akan menuntunmu nanti."

Dansi meniupkan angin berkerlip ke tubuh Ben dan ruh Ben segera kembali masuk ke dalam tubuhnya. Pisau berukiran emas yang menancap di jantungnya tiba-tiba terlepas.

"Ibu," ucap Ben tersedu. Ben mengambil pisau disampingnya dan berdiri.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
ci panda
awalnya aku pingin baca gara2 sinopsisnya yang menarik,dan chapter 1 nya ga kalah menarik! ga sabar pingin baca semuanya 😊 btw author gaada sosmed kah? aku pingin follow~
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status