Share

Bunga dan motor (04)

"Itu semua dari gue!"

Suara yang berasal dari pintu masuk, Lazia dan Dewi berbalik dan melihat seorang pria menggunakan jaket levis berjalan ke arah mereka.

"Jadi dia!" gumang Zia.

"Maaf kalau sederhana." ucap pria itu.

Boby Dirgantara, kelas 12 IPS 1. Pria yang sejak kelas 10 telah menyimpan cinta untuk Lazia. Tapi, Lazia tidak pernah membalas cinta darinya. Padahal Boby tidak termasuk pria jelek  di sekolah bahkan populer. Dia juga anak dari Jendral tentara AD. Mungkin ini yang ke 20 kalinya dia menembak Lazia.

"Lo mau enggak jadi pacar gue?"

Pria bersujud di hadapan Lazia sambil mengakat sebuah kotak kecil yang berisi cincin emas. Dewi yang melihatnya saja ikut terbawa suasana.

"Soswet deh!" ucap Dewi tersenyum.

Siswa-siswi yang berada di kelas itu berteriak keras mengucapkan kaliamat Terima berulang-ulang.

"Diam!" teriak Lazia.

Seketika semua siswa dan siswi terdiam saat mendengar perkataan Lazia.

"Lo berdiri," ucap Zia.

"Gue enggak akan berdiri sebelum lo kasih jawaban!" kata Boby.

"Oh ... Dari tadi lo nunggu jawaban?!" kata Lazia senyum miring.

Lazia mengambil bunga dan coklat yang berada di atas mejanya lalu menghempaskannya kuat ke arah Boby.

"Jawaban gue sama seperti biasa. Gue enggak mau jadi pacar lo"

"Udah ratusan kali gue bilang sama lo, kalau gue itu enggak cinta sama lo! Apa perlu gue beliin korek kuping buat lo? Biar lo bisa dengar jelas apa yang gue bilang!" bentak Zia.

Pria itu berdiri dengan raut wajah yang sedih, mengambil bunga mawar dan coklatnya itu.

"Tunggu apa lagi?"

"Per-gi!" ujar Zia dengan nada pelan menatap sinis ke arah Boby.

Menarik nafas dalam-dalam lalu pria itu berjalan pergi meninggalkan kelas Lazia.

"Yang tadi lo lakuin itu ..."

"Luar biasa!" ujar Dewi tersenyum.

"Siapa dulu ... Lazia." sahut Zia tersenyum.

Dring...

Jam pulang telah berbunyi. Lazia dan Dewi berjalan menuju tempat parkir. Sesampainya mereka disana, Lazia melihat ban belakang mobil Dewi kempes.

"Gue enggak bawa ban serep lagi!" ucap Dewi.

"Yah ... Kita enggak jadi dong pergi ke mall," ujar Zia.

"Ya gimana lagi?"

"Lo mau nunggu atau mau langsung pulang? Soalnya gue mau telepon supir bokap gue buat jemput gue," kata Dewi.

"Gue langsung pulang aja deh. Gue takut dimarihin bokap gue!" ucap Zia berbisik lalu berjalan pergi.

"Hati-hati." teriak Dewi.

Setelah Lazia berjalan keluar dari sekolah dan menunggu taxi. Tiba-tiba motor vespa bergaya clasik berhenti di depannya. Lazia menatap aneh ke arah motor itu.

"Ayo naik!"

Pemilik motor itu membuka helmnya setelah berkata itu pada Lazia. Membuat Lazia benar-benar kaget setelah mati, melihat pemilik motor itu ternyata Fabio.

"Kok lo malah bengong?" tanya Fabio.

"Gu-gue enggak mau. Lebih baik lo pergi sana! Gue enggak mau naik motor butut lo itu," jawab Zia.

"Hari ini semua kendaraan umum enggak ada yang lewat dari depan sekolah. Jadi gue saranin lo naik!" ujar Fabio sambil mengusap tempat duduk di belakangnya.

"Sotoy! Lo tau dari mana itu semua?!"

"Sampai kapanpun gue enggak mau naik motor lo, apa lagi harus di bonceng sama lo! Ih ... Najis!" sahut Zia dengan nada tinggi.

"Sombongnya ... Gadis ini. Ya udah gapapa, tapi ingat. Di sekitar sini katanya ada anjing liar yang hampir setiap korbannya meninggal dunia!" ucap Fabio dengan nada seram dan menyalakan motornya.

"Anjing? Kalau itu benar ada ..." batin Zia yang mulai ketakutan.

"Dahk." ucap Fabio.

Setelah menjalankan motornya sedikit jauh dari Lazia. Tiba-tiba suara teriak 'kan keras terdengar dari belakang, menyebut nama Fabio. Fabio menoleh kebelakang dan melihat Lazia sedang berlari ke arahnya.

"Tunggu. Gue ikut!" ujar Zia sambil mengatur nafas.

Fabio yang mendengar perkataannya itu langsung tersenyum gembira. Tak lama kemudian Lazia naik ke motor Fabio, Lazia juga membuat sedikit jarak di tempat duduknya dengan Fabio. Tanpa berpegangan kepada Fabio.

2 menit berlalu, tapi mereka tak kunjung berangkat. Membuat wajah Zia memerah.

"Tunggu apa lagi!" teriak Zia lalu memukul helm Fabio.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status