Share

Bab. 7

Louis merasa tidak nyaman mendengar apa yang dibicarakan Clara dengan rekan kerjanya barusan. Clara tidak bisa pergi ke kantor karena harus menjaganya. Louis benar-benar tidak mengerti kenapa gadis itu mau bersusah payah menjaganya seperti ini. Kecuali jika gadis itu memang memiliki integritas yang tinggi dan menepati semua kata-kata yang diucapkannya.

" Clara." Louis memanggil gadis itu.

Clara berbalik dan sedikit terkejut melihat Louis yang sudah bangun.

" Kau butuh sesuatu?" Tanya Clara seraya menghampiri Louis.

Louis menggeleng.

" Apakah kau berasal dari keluarga penegak hukum?" tanyanya.

Keterkejutan di mata Clara membenarkan dugaan Louis.

" Kau… dari mana kau tahu?" tanya Clara.

Louis mengedikkan bahu.

" Hanya menebak. Dari mana kau mewarisi sikap keras kepalamu itu? Sikap tegasmu, keputusan cepatmu yang sudah kau pikirkan dengan matang, instingmu, integritasmu…." Louis menyebutkan analisisnya.

" Ayah dan kakekku mengajarkanku itu semua," Clara mengakui.

" Mereka pasti sangat bangga padamu," ucap Louis.

Clara lalu berbalik badan.

" Ya, kuharap juga begitu," jawabnya.

Ada sesuatu yang disembunyikan Clara dalam suaranya ketika ia berbicara tadi. Tapi melihat sikap Clara ini, Louis bisa melihat bagaimana Clara sudah merasa cukup tertekan dengan semua yang diungkapnya tadi. Ada sesuatu yang terjadi antara Clara dan keluarganya. Dan suatu saat, Louis akan mengetahuinya.

***

Clara baru saja menyelesaikan finishing persiapan Skylight Company ketika mendadak pikirannya kembali pada kejadian pagi tadi. Dari mana Louis bisa tahu tentang ayah dan kakeknya? Jika berdasarkan apa yang dikatakan Louis tadi, dia menduga berdasarkan sikap Clara. Tapi siapa saja bisa memiliki sikap seperti Clara dan bukan merupakan keturunan penegak hukum.

Kenapa Louis menduga seperti itu, Clara masih tidak mengerti. Siapa Louis sebenarnya? Apakah dia seorang detektif? Atau, apakah sebenarnya Louis sudah menyelidiki asal-usul Clara? Tapi bagaimana? Dia bahkan belum meninggalkan tempat tidurnya. Bagaimana mungkin?

" Clara." Panggilan Louis menyentakkannya.

" Kau ini… mengejutkanku saja," dengus Clara.

" Kau sedang bekerja atau memikirkan sesuatu?" tanya Louis.

" Keduanya," jawab Clara seraya kembali fokus pada laptopnya untuk mengirim email pada Disha agar Disha bisa segera membereskan persiapan akhirnya hari ini.

Itu berarti… besok Clara harus meninggalkan rumah sakit untuk melakukan pengecekan akhir. Lalu Louis….

" Jika ada yang harus kau lakukan di luar sana, kau tidak perlu mencemaskanku," kata Louis.

Clara mendongak untuk menatap Louis.

" Kenapa kau berkata begitu?" tanyanya.

" Karena tampaknya kau memiliki pekerjaan yang penting untuk dilakukan di luar sana," jawab Louis enteng.

" Ya, memang. Tapi aku hanya perlu melakukan pengecekan akhir dan menghadiri pesta itu. Jadi sebenarnya, seharusnya aku berada di tempat lain, selain di sini, mulai besok hingga hari Senin," jelas Clara.

" Kau tidak pernah mengambil hari libur," duga Louis.

" Sesekali, jika aku benar-benar membutuhkannya," Clara menjawab.

" Kau benar-benar menyiksa tubuhmu," dengus Louis.

" Sejauh ini kurasa aku baik-baik saja," balas Clara.

" Bukan aku yang perlu kau cemaskan, Louis."

Selama beberapa saat keduanya saling menatap.

Lalu Louis mendengus. Dengan gerakan cepat ia duduk, melepas selang infusnya dengan kasar, lalu melompat turun dari tempat tidur. Clara hanya bisa terbelalak kaget menatap apa yang dilakukan Louis. Ketika Louis menghampirinya, berjalan seolah dia tidak terluka sedikitpun, Clara bergegas berdiri dan mendekat pada

Louis.

" Kau pikir apa yang kau lakukan?" kesalnya.

Louis menatap Clara selama beberapa saat, sebelum menjawab,

" Memberimu alasan untuk pergi." Seketika, hati Clara mencelos mendengarnya.

Ia tidak tahu harus membalas apa. Ketika ia hendak berbicara, lehernya tercekat. Clara terlalu terkejut dengan apa yang dilakukan Louis.

" Aku tidak ingin menjadi penghalang hidupmu, Clara. Kau sangat mencintai pekerjaan itu, entah dengan alasan apa. Lagipula, pekerjaanmu sudah membuatmu kelelahan tanpa perlu aku menambah bebanmu. Besok, aku mungkin sudah cukup sehat untuk meninggalkan tempat ini. Begitu kau keluar dari pintu itu besok, aku juga akan meninggalkan tempat ini," kata Louis.

Clara ternganga menatap pria itu.

" Apa kau sudah gila? Kau terluka parah dan kau harus.…"

" Aku sudah sangat baik-baik saja, Clara. Aku bahkan bisa menuruni gedung ini dengan memanjat dindingnya tanpa menggunakan alat bantuan apapun," sela Louis.

" Astaga, kau pasti sudah gila," ucap Clara takjub seraya menghampiri interkom dan memanggil perawat.

Clara menjelaskan keadaan Louis sekarang dan meminta mereka memberitahu Dokter Billy.

" Kau berlebihan, Clara," komentar Louis menanggapi sikap Clara.

" Kau ini benar-benar…," desis Clara seraya kembali menghampiri Louis dan mendorongnya ke tempat tidur.

" Aku baik-baik saja, berhentilah bersikap berlebihan tentang lukaku," kata Louis keras kepala.

" Jangan sesumbar. Kau harus memulihkan dirimu. Kepalamu terluka parah. Kau terluka sangat parah. Apa kau tidak merasakan sakit sama sekali?" sengit Clara.

" Lebih sakit lagi jika tidak kubiasakan untuk digunakan. Berdiam diri hanya akan membuat sakitku lebih lama," Louis tak mau kalah.

" Jangan keras kepala," kesal Clara.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status