Share

Chapter 9 Benih kecil

Author: Shoera_moon
last update Last Updated: 2025-10-03 13:09:52

Ketegangan setelah kunjungan bibinya masih menggantung di udara seperti sisa aroma parfum yang menusuk, tapi Felicity berusaha mengusirnya dengan menyeruput teh chamomilenya yang mulai dingin. Bea membersihkan nampan dengan diam-diam, matanya yang waspada terus mengawasi jendela-jendela manor yang seolah menyimpan seribu mata.

Tidak lama kemudian, Rowan muncul dari balik rumpun bunga mawar, wajahnya yang biasanya ceria kini tampak sedikit berkerut penuh arti. Di tangannya, tergenggam sepotong kertas yang dilipat sederhana tanpa sampul resmi, dan sebuah kantong kain kecil yang terikat pita.

"Ada kurir dari Istana, Lady Flick," ujarnya dengan suara rendah, mendekat seperti membagikan rahasia. "Bukan kurir berkuda dengan seragam megah. Tampaknya seperti... pelayan pribadi Lord Lysander. Dia menyuruhku menyampaikan ini padamu secara pribadi."

Felicity mengangkat alisnya, rasa penasaran mengalahkan kelelahan. Bea langsung mengambil posisi siaga, tubuhnya tegang seperti kucing yang mengendus bahaya. Dengan hati-hati, Felicity menerima surat dan kantong kecil itu. Kertasnya halus dan berkualitas, tetapi tak ada segel kebesaran keluarga—hanya lipatan rapi yang menunjukkan kerahasiaan. Tulisan tangannya elegan namun terburu-buru, seperti ditulis dalam kesempatan yang terbatas.

Dia membukanya dengan ujung jari yang sedikit gemetar.

***************

Untuk Lady Felicity,

Saya dengar "migrain"-nya masih betah berkunjung. Semoga kabar ini tidak mengganggu masa tenangnya. Saya hanya ingin memastikan bahwa tidak ada "urgensi kerajaan" yang benar-benar menunggu di meja saya. Semuanya baik-baik saja di sini—para menteri masih berdebat tentang anggaran, dan profesor-profesor tua masih menggerutu tentang perubahan. Tidak ada yang baru.

Sebagai tanda permintaan maaf karena telah mengacaukan ketenangan anda minggu lalu dengan kunjungan ke Istana, saya kirimkan sedikit sesuatu. Ini adalah biji dari tanaman yang disebut "Chamomile Kaisar" oleh para pedagang di negeri seberang. Konon, aromanya lebih menenangkan dari pada varietas biasa, dan bunganya berwarna keemasan seperti matahari terbenam. Mungkin bisa ditanam di sudut taman tertentu yang tenang, sebagai pengingat bahwa tidak semua hal dari Istana adalah berita buruk atau tuntutan. Atau, jika menanamnya terlalu merepotkan, bijinya bisa langsung diseduh sebagai teh—meski saya yakin anda akan dengan senang hati merawatnya. Pilihan ada di tangan ahlinya.

Tidak perlu membalas. Nikmati saja cuti yang berhasil anda dapatkan. Kadang, memenangkan pertempuran kecil untuk ketenangan adalah kemenangan terbesar.

— L.F.

******************

Felicity membaca surat itu dua kali, lalu tiga kali. Tidak ada satu pun pujian tentang kecerdasannya atau desain kincir air. Tidak ada pembicaraan tentang proyek kerajaan atau kewajiban. Hanya pengakuan halus akan kebutuhannya akan ketenangan, sebuah lelucon kecil tentang "migrain"-nya yang dibuat-buat, dan sebuah hadian yang sederhana, personal, dan... tepat sasaran.

Dia membuka kantong kain kecil itu. Di dalamnya, biji-biji coklat keemasan mengeluarkan aroma yang lembut namun dalam—seperti chamomile biasa namun dengan sentuhan madu dan vanilla. Aromanya memang menenangkan, menyentuh sesuatu yang dalam di jiwanya yang lelah.

"Orang yang aneh," ucapnya dengan suara rendah, hampir seperti gumaman. Tapi di sudut bibirnya, muncul senyum kecil yang tidak bisa ditahan. Bukan senyum lebar seperti saat bermain dengan Rowan, melainkan senyum hangat yang merambat pelan, seperti mentari pagi yang menyelinap melalui celah tirai.

Bea, yang tak tahan menahan rasa penasaran, mendekat. "Apa isinya, Flick? Bukan ancaman dari bibimu, kan?"

Felicity menyodorkan surat dan kantong biji itu. Bea membacanya dengan cepat, dan kerutan di dahinya pun merekah. "Lord Lysander ini... ternyata cukup pehatian. Dan cukup cerdik untuk tidak menggunakan segel kerajaan."

Rowan, yang mengintip dari balik bahu Bea, ikut tersenyum. "Chamomile Kaisar, ya? Tanaman yang bagus. Tidak rewel. Akan tumbuh subur di sudut taman dekat pohon apel, di mana matahari pagi menyinarnya tapi teduh di siang hari." Ada sedikit nada persetujuan dalam suaranya, sebuah pengakuan dari ahli tanaman.

"Lihat?" ujar Bea, memandangi Felicity yang masih menatap biji-biji itu seperti harta karun. "Tidak semua bangsawan itu seperti gambaran bibimu. Ada yang bisa membedakan antara seorang jenius yang harus dimanfaatkan dan seorang wanita yang hanya butuh diakui kemanusiaannya."

Felicity mengangguk pelan, melipat surat itu dengan hati-hati dan menyimpannya di saku gaunnya, dekat dengan jantungnya yang berdebar. Ancaman bibinya masih nyata seperti bayangan di jendela. Tekanan kutukannya masih menggayuti pundaknya. Tapi untuk saat ini, di taman yang mulai disinari mentari senja, ada sebuah kehangatan yang berbeda yang mengisi dadanya—sebuah pengingat bahwa di balik tembok istana yang dingin, ada seseorang yang melihatnya bukan sebagai aset atau monster, tetapi sebagai Felicity, manusia yang lelah namun pantas diperhatikan.

"Dua hari," bisiknya pada diri sendiri, sambil menatap kantong biji di tangannya seolah itu adalah jimat. Mungkin, hanya mungkin, dua hari itu bisa terasa lebih panjang dan lebih damai berkat keanehan orang yang mengirimkan hadiah ini.

"Rowan," ujarnya, menoleh ke tukang kebunnya dengan mata berbinar. "Apakah kamu punya spot yang tepat untuk Chamomile Kaisar ini? Tempat di mana dia bisa tumbuh dengan bebas, tanpa harus mengikuti pola taman yang formal?"

Rowan tersenyum lebar, senyum yang memahami sepenuhnya. "Tentu, Lady Flick. Sudut paling tenang di taman, dekat dengan bangku kayu favoritmu. Di sana dia akan mendapatkan matahari yang cukup, dan yang paling penting—jauh dari keramaian dan pengawasan yang tidak diinginkan."

Kali ini, senyum Felicity tidak segera menghilang. Itu tetap ada, lembut dan penuh harap, seperti biji chamomile pertama yang siap tumbuh di tanah subur.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Insinyur Termalas Dari Dunia Lain   Chpter 110

    Lysander mendekapnya lebih erat, bingung tapi berusaha menenangkan. "Siapa, Flick? Siapa yang ada di sini?" tanyanya lembut sambil menatap sekeliling ruangan yang kosong."Dia... pria itu... dengan setelan abu-abu..." ucap Felicity tergagap, masih gemetar. "Selama ini... dia menghantuiku..."Sekarang Lysander memahami. Ini bukan sekadar kelelahan atau stres, ada sesuatu yang lebih dalam yang terjadi pada Felicity. Sesuatu yang membuatnya melihat hal-hal yang tidak bisa dilihat orang lain.Pelukan Lysander bagai menjadi dinding kokoh yang menahan semua sisa-sisa badai emosi dalam diri Felicity. Setelah amukannya yang meledak-ledak, setelah tangis histeris yang menguras habis tenaga terakhirnya, tubuhnya yang kelelahan akhirnya menyerah. Getaran di pundaknya perlahan mereda, napasnya yang tersengal-sengal berubah menjadi teratur dan dalam. Di dalam dekapan hangat Lysander, di antara rasa aman yang lama tidak dia rasakan, Felicity akhirnya tertidur lelap. Tid

  • Insinyur Termalas Dari Dunia Lain   Chaoter 109

    Dia menyandarkan tubuhnya yang gemetar pada sandaran kursi, kepalanya terasa ringan, tapi matanya membara dengan kombinasi ngeri dan kejengkelan yang mendidih. "Kau sudah mengambil tidurku. Kau sudah mengambil ketenanganku. Apa lagi? Apa lagi yang harus kau ambil sampai kau puas?"The Grey Gentleman berbalik sepenuhnya kini. Senyum tipisnya tidak berubah, tetapi matanya yang abu-abu itu seakan menyipit sedikit, seperti seorang ilmuwan yang mengamati reaksi menarik dari subjek eksperimennya. Dingin dan penuh perhitungan."Menghantui?" ujarnya perlahan, seolah mengeja kata itu dengan rasa penasaran. "Kau menyebutnya 'menghantui', Felicity? Itu adalah istilah yang... dramatis." Dia mengambil satu langkah mendekat, dan aroma besi tua serta debu perpustakaan seolah tergantikan oleh hawa dingin yang dibawanya."Aku hadir dalam mimpimu karena itu adalah bahasa yang paling mudah untuk jiwa yang sedang kebingungan seperti dirimu. Tapi kau, dengan keras kepalamu yan

  • Insinyur Termalas Dari Dunia Lain   Chapter 108

    Malam-malam itu adalah siksaan yang tiada henti. Beatrice tidak pernah meninggalkan sisi ranjang Felicity. Dia menyaksikan bagaimana wanita muda yang biasanya begitu tangguh itu terpelintir dalam selimut keringat dingin, matanya terpejam rapat namun bola matanya bergerak-gerak cepat di balik kelopak, mengejar sesuatu yang tidak bisa Bea lihat.Felicity tidak lagi berteriak. Tenaganya habis. Yang tersisa adalah tangisan yang nyaris tanpa suara. Desisan napas tersendat dan tetesan air mata yang membasahi bantal. Tubuhnya gemetar, tetapi jeritannya tertahan di dalam, seolah bahkan suara pun telah dikhianati oleh pikirannya sendiri. Tidur terlama yang berhasil diraihnya tidak lebih dari tiga jam, dan itu pun dipenuhi oleh kegelisahan yang membuatnya bangun lebih lelah daripada ketika ia memejamkan mata."Sudah, Flick, sudah... aku di sini," bisik Beatrice berulang kali, menepuk punggung Felicity dengan gerakan lembut dan stabil, sebuah jangkar di tengah badai yang tak

  • Insinyur Termalas Dari Dunia Lain   Chapter 107 Kembali mengejar

    - DI RUANG KERJA PUTRA MAHKOTA -Lysander memegang erat laporan yang baru saja diterimanya, jari-jemarinya hampir membuat kertas itu kusut. "Chamomile Kaisar milik Lady Felicity mengalami kelayuan tanpa sebab yang jelas," ucapnya keras-keras. Suaranya rendah, mengandung rasa rindu dan kekhawatiran yang dalam. "Oh, Flick..."Dia berjalan ke jendela dan memandang taman pribadinya, seolah mencari jawaban di antara hamparan bunga. "Chamomile Kaisar... bunga yang kupilih khusus untuknya. Karena kelopaknya yang putih dan sederhana, tapi memiliki ketahanan dan kekuatan penyembuh yang luar biasa. Persis seperti dia."Seorang ajudan yang setia berdiri di dekat pintu, memberanikan diri bertanya, "Apakah Yang Mulia sedang mengenang sesuatu?"Wajah Lysander berbinar dengan kenangan manis yang sekaligus terasa pedih. "Ya. Aku masih ingat betul ekspresinya saat pertama kali kuberikan benih itu. Dia tertawa ringan, lalu berkata, 'Lysander, kau tahu aku tidak pan

  • Insinyur Termalas Dari Dunia Lain   chaoter 106 Bunga kenangan

    Bea dengan sabar menuntun Felicity berjalan-jalan di taman, berharap udara pagi yang segar bisa sedikit menyegarkan pikiran gadis itu. Felicity berjalan dengan langkah lambat, matanya masih redup, tapi setidaknya dia mau mengikuti ajakan Bea."Lihat, Flick," ucap Bea sambil menunjuk ke arah bunga mawar yang baru mekar, "Bunga-bunga mulai bermekaran. Musim semi benar-benar tiba."Felicity hanya mengangguk lemah, tidak merespons lebih dari itu. Namun, saat mereka melewati sudut taman di mana Rowan sedang bekerja, sesuatu menarik perhatian Felicity."Rowan, apa yang kau lakukan?" tanya Bea, memperhatikan Rowan yang sedang berlutut dengan wajah khawatir.Rowan mengangkat kepalanya, wajahnya tampak frustrasi. "Aku mencoba menyelamatkan tanaman chamomile Kaisar dari Yang Mulia Putra Mahkota, tapi lihat..." Dia menunjuk tanaman yang mulai layu. "Mereka semakin lemah tanpa alasan yang jelas. Padahal aku sudah merawatnya dengan sangat hati-hati."

  • Insinyur Termalas Dari Dunia Lain   chaoter 105 Teror yang berulang

    Bea telah menyiapkan segala sesuatu dengan penuh perhatian. Teh chamomile yang diseduh dengan madu, bantal-bantal disusun nyaman, minyak lavender diteteskan di setiap sudut ruangan, bahkan dia telah mengganti seprai dengan yang terbaru dan terlembut. Ruangan yang biasanya dipenuhi sketsa mesin dan diagram teknik kini berubah menjadi semacam kapsul pelindung, sebuah benteng melawan teror malam."Minum ini dulu," ucap Bea sambil menyuapi Felicity teh hangat seperti menyuapi anak kecil. Tangannya yang gemetar membuat sendok sedikit bergetar.Felicity patuh membuka mulutnya, menyeruput teh dengan gerakan mekanis. Matanya yang biasanya berbinar penuh kecerdasan kini bagai kolam yang keruh, memantulkan bayangan ketakutan yang tak terucapkan.Setelah memastikan Felicity sudah mengenakan gaun tidur yang nyaman, Bea dengan hati-hati membimbingnya ke tempat tidur. Prosesi ini terasa seperti ritual suci, setiap gerakan penuh dengan makna dan doa."Kau lihat

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status