Share

13 Perasaan Aneh Yang Tiba-tiba Muncul

Selesai makan malam Andrew akhirnya mengantar Alluna ke rumah sakit, mobilnya terlihat berhenti di halaman parkir namun Andrew tak kunjung keluar.

Ternyata Alluna tertidur di dalam mobilnya, perempuan itu sangat kelelahan, mulai dari pagi harus kuliah siangnya mengurus toko sendirian dan sorenya dia pergi ke rumah sakit lalu sampai malam dia harus belajar di tempat khusus pelatihan.

Tubuh Alluna benar-benar terasa remuk karena beberapa jam yang lalu harus terus menahan berat tubuhnya agar tetap tegak dan tak boleh membungkuk sedikitpun.

Andrew hanya diam melihat Alluna tidur di dalam mobil, tak tega rasanya untuk membangunkan Alluna karena terlihat sekali dari raut wajahnya bahwa dia benar benar sangat kelelahan.

Andrew hanya diam membiarkan Alluna tetap tidur di dalam mobilnya namun saat melihat Alluna usil seperti tak nyaman tidur di kursi, dia pun mulai kebingungan.

Ingin mengantar Alluna pulang ke rumahnya tapi Andrew tak tahu tempat tinggalnya sehingga dia akhirnya membawa Alluna pulang ke rumahnya.

                               ****************

Andrew meletakkan tubuh Alluna di atas ranjang tempat tidurnya dengan sangat perlahan dan hati hati agar Alluna tak terganggu tidurnya.

Setelahnya perlahan Andrew menegakkan tubuhnya setelah sesaat membungkuk di atas ranjang telat di atas tubuh Alluna.

Dia terlihat menghela nafas panjang kemudian melangkah menuju ke pintu namun langkahnya terhenti ketika mengingat tanpa sadar dia telah membiarkan Alluna tidur di ranjangnya.

"Tunggu! Sepertinya aku sudah kehilangan akal sehatku!!" umpatnya, lalu memutar tubuh dan berniat untuk memindahkan Alluna ke kamar lain namun dia tak sampai hati melakukannya.

"Owh... sial!! Aku tidak percaya membiarkan perempuan itu tidur di ranjangku!!" Andrew mengurungkan niatnya untuk memindahkan Alluna, dia memilih pergi keluar dari kamar dan tidur di sofa depan tv.

                               ****************

Matahari mulai terlihat Andrew yang terbaring di sofa mulai terbangun, seketika pandangan matanya yang sempat berbayang langsung bisa melihat jelas saat dia mengerjapkan matanya beberapa kali ketika mendengar suara aneh yang mengganggu telinganya.

Andrew beranjak bangun namun dia sempat terdiam saat mendapati selimut menutupi tubuhnya.

Pandangannya nampak menyelidik ke selimut itu dan berfikir kalau Alluna lah yang menyelimuti dirinya semalam ketika terlelap.

Tak hanya suara aneh namun kini dia juga mulai mencium aroma masakan yang sangat lezat menelusup masuk ke dalam hidungnya.

Alluna tengah sibuk memasak di pantry, entah apa yang dia masak karena dia tak menemukan banyak bahan yang bisa di masak di dalam kulkas.

Dia hanya menggunakan beberapa bahan yang bisa di masak.

Sepanjang memasak senyum manis selalu menghiasi wajahnya, tanpa dia sadari Andrew sejak dari tadi mengawasinya dengan tatapan dingin.

Dia merasa bahwa suasana pantry sedikit terasa aneh dengan keberadaan perempuan itu.

"Apa yang sedang kau lakukan?" suara bariton keluar dari mulut Andrew yang bediri bersandar di pintu seketika mengejutkan Alluna.

Tubuhnya terperanjat kaget hingga tanpa sengaja menjatuhkan gelas kristal dari tangannya.

"Astaga!!"

Pyarr!!

"Oh???!! ya ampun!" Alluna terkejut sampai gugup ketakutan hingga menggigit bibir bawahnya gelisah.

Alluna memutar tubuhnya melihat Andrew berdiri dengan tangan bersedekap menatap kearahnya membuat mulutnya menganga terkejut seketika.

Sekilas dia teringat akan pesan Bella bahwa dia tak boleh menyentuh barang apapun milik Andrew.

"Bagaimana ini?? aku benar benar lupa, tidak seharusnya aku masuk ke dalam sini... dan sekarang aku justru memecahkan gelas... aaah! Ya ampuuun bagaimana ini, astagaa ini semua karena aku benar benar tak bisa menahan lapar?? Apa aku membuatnya marah?" Ucapnya dalam hati.

Andrew hanya diam dengan tatapan yang semula terlihat dingin, namun perlahan kini mulai berubah menghangat.

"Maaf, aku... aku tidak bermaksud membuat dapurmu kotor dan... dan gelas ini" Alluna terbata sangat ketakutan.

"Maaf, Andrew aku akan membersihkannya" Alluna sempat membungkuk bermaksud ingin membersihkan pecahan gelas, namun Andrew berucap untuk menghentikannya.

"Tetap berada di tempatmu!" perintahnya dengan lembut.

"Ha?" Alluna mengangkat wajahnya kebingungan, kini Andrew sedang berjalan kearahnya.

Laki laki itu mengenakan sweater ketat berwarna hitam dengan potongan kerah tinggi menutupi bagian lehernya.

Sangat ketat hingga membentuk setiap lekukan otot di lengannya bisa terlihat jelas.

Andrew telah berdiri di depan Alluna, sempat menatap lekat ke wajahnya sebelum akhirnya Andrew melihat ke sekitar memastikan apa yang sedang di masak oleh Alluna.

"Apa aku menyuruhmu untuk masak?" ekspresi wajahnya benar-benar membuat Alluna bingung, kedua matanya terlihat seperti kesal dan menahan amarah namun ada guratan senyum tipis di raut wajahnya dan itu benar-benar sangat membingungkan.

"Ti, tidak...." Alluna sangat gelisah takut Andrew akan memarahinya.

"Lalu... kenapa kau berada di sini dan membuat pantry berantakan?" Andrew memang tidak marah, bahkan dia berucap dengan lembut namun ada guratan aneh di wajahnya yang menampakkan seperti kesal saat melihat pantru menjadi berantakan.

"Maaf, baiklah aku akan jujur" Alluna tertunduk ketakutan.

"Aku, aku tidak bisa menahan lapar... aku juga bermaksud memasak untukmu sebagai ucapan terimakasih karena semalam sudah menjaga dan membiarkanku tidur di kamarmu."

Andrew tak percaya, mendengar cerita receh dari Alluna yang ternyata mampu membuatnya terkekeh kecil kemudian menggerakkan tangannya meraih ujung kepala Alluna mengusapnya lembut.

"Kenapa?" Andrew menghela nafas panjang.

"Kenapa kau terlihat menggemaskan saat kau mengatakan kau sedang lapar?" Andrew tersenyum tipis kemudian.

"Wajahmu seperti kucing kecil yang sangat kelaparan saat ini!"

Alluna sempat ketakutan kalau Andrew akan marah namun sebaliknya laki-laki itu bereaksi berbeda dari bayangannya.

"Maaf."

"Tidak perlu minta maaf, kau duduklah aku yang akan membersihkan pecahan gelas ini"

"Tapi" Alluna berusaha menolak karena merasa tak enak hati namun sekilas Andrew melirik tajam membuatnya sangat ketakutan.

"Apa kau tidak mendengar apa yang aku katakan?" laki-laki itu berucap dengan lembut namun ekspresi wajahnya benar benar tak bisa di tebak, kadang hangat namun seketika bisa berubah dingin dan mengerikan.

"I.iya" Alluna melepas celemek dan menggantungkannya di tempat semula, sementara Andrew mulai membersihkan pecahan gelas yang tercecer di lantai.

"Ah! ssssshhh! sial!!" desisnya ketika tanpa sengaja jarinya tergores pecahan gelas.

"Oh, An.andrew kau terluka?" Alluna belum sempat duduk, ketika melihat jari Andrew terluka dengan sedikit darah di sana Alluna pun langsung kembali mendekat.

Dia meraih tangan Andrew membuat laki laki itu terkejut dan langsung menajamkan matanya.

Andrew reflek dengan cepat menarik tangannya menepis tangan Alluna yang sempat menyentuh tangannya, bersamaan dengan itu kedua matanya kembali terbuka perlahan.

"Reaksimu berlebihan Alluna!!"

"Tidak Andrew!" Alluna meraih tangannya sekali lagi, kali ini cengkeramannya terasa sangat kuat menahan tangan Andrew agar tak bisa menepisnya lagi.

Tanpa di duga Alluna melakukan hal di luar nalarnya, perempuan itu memasukkan jari Andrew yang terluka ke dalam mulut.

Sejenak mengulum dan lidahnya di dalam sana menyentuh seperti mengusap tepat di bagian yang terluka agar menghentikan darahnya.

Raut wajah Andrew berubah seketika dia sangat terkejut saat Alluna menggerakkan lidahnya di dalam sana.

Andrew dibuat terbelalak, saat itu seperti ada aliran listrik yang tiba tiba menjalar ke seluruh tubuhnya setelah jarinya masuk ke dalam mulut Alluna.

Terlebih lagi saat Andrew melihat bagian leher Alluna bergerak seperti sedang menelan sesuatu di dalam sana itu sungguh sungguh membuatnya semakin terkejut dan tak mengira.

Dia hanya berfikir apakah Alluna membersihkan darah dan menelannya masuk ke dalam tenggorokan.

Andrew berusaha menarik tangannya namun entah kenapa tubuhnya terasa sangat lemas seperti tak memiliki tenaga sedikitpun untuk melakukannya.

Dia pun dibuat kebingungan bagaimana bisa hal itu terjadi, bahkan bisa dibilang mendorong tubuh Alluna agar menjauh darinya saja dia sangat mampu namun saat itu dia benar-benar tak memiliki tenaga untuk melakukan hal itu.

Alluna menarik tangan Andrew dengan begitu jarinya keluar dari mulutnya, Andrew terpana merasakan sensasi aneh saat jarinya dicabut dari dalam mulutnya.

Pandangannya kini terpaku pada bibir Alluna, dia sempat merasakan seperti ada rasa hangat dan lembut di dalam mulutnya membuat bulu kuduknya merinding dan dadanya berdebar kencang seketika.

"Sudah!" Alluna tersenyum dengan tangan masih menggenggam erat tangan Andrew.

"Sudah tidak ada darahnya, kan? dengan begini lukanya akan segera sembuh... dulu Ibuku sering malakukan hal ini padaku saat aku masih kecil."

Andrew tersadar dia langsung beranjak berdiri menarik tangannya.

"Darah itu kotor, dan... kau kemanakan darah di jariku?" Andrew masih tak percaya.

"Mmm, sudah tidak ada... aaaa" Alluna mendekat sambil membuka mulutnya tepat di depan mata Andrew, membuat jantungnya seperti meloncat keluar dari dadanya.

Alluna memperlihatkan kepada Andrew bahwa darahnya sudah tak ada di dalam mulutnya.

Saat mulutnya terbuka tepat di depan mata, wajah Alluna terlihat sangat imut. Andrew gugup hingga hampir kehilangan kesadarannya.

Dibayangannya terlintas wajah Tad yang sedang menggodanya namun bayangan wajah itu tiba-tiba berubah menjadi wajah Alluna.

"Sial!!" umpatnya dalam hati.

Andrew terpaku menelan ludahnya dengan susah payah ketika mengingat bahwa Alluna benar benar menelan darahnya.

Dia tak habis pikir bagaimana bisa Alluna melakukan hal itu padanya seperti tak ada beban, itu justru membuat Andrew seperti terserang psikisnya ketika dihadapkan dengan Alluna yang bersikap diluar nalar baginya.

"Andrew, kau baik baik saja?" Alluna melihat bahwa Andrew sempat mematung dengan pandangan kosong.

"Kembalilah ke kursimu aku akan menyelesaikan ini sendiri" Andrew berusaha keras mengendalikan dirinya.

"Oo, baiklah"

"Dan... jangan lakukan itu pada laki laki lain!!"

"Apa?"

"Itu, jangan... jangan lakukan apa yang baru saja kau lakukan padaku kepada laki laki lain!" ucap Andrew mencoba menjelaskan.

"Kenapa? aku merasa itu hal yang lumrah"

"Apa katamu? lumrah?? kau mengul... tidak! kau memasukkan jariku ke mulutmu dan kau pikir itu hal yang lumrah?? tidak bisa!! kau jangan pernah lakukan hal itu lagi pada laki laki lain siapapun itu!!"

"Mmm, kalau boleh tahu... kenapa memangnya?" Alluna kebingungan.

"Kau! kau akan membuat laki laki salah sangka dengan apa yang kau lakukan! kau seharusnya berfikir dua kali sebelum melakukan hal itu."

"Apa itu sebuah kesalahan? aah, aku pikir tidak!" gumam Alluna sembari duduk di bangku meja makan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status