Share

Lebam Biru di Tangan Bayiku

"Wah, kayaknya kita beneran jodoh, deh." Dia tersenyum manis sekali. Aku ikut tersenyum, menatap ke arah lain.

Di sisi lain, pikiranku terbagi ke Weni. Kalau aku buru-buru menyelesaikan makan, nanti tidak bisa bertemu dengan Andin lagi.

"Aku minta kontak kamu, boleh? Kebetulan, aku harus langsung ke kantor sekarang."

Andin melebarkan mata, tapi dia langsung tersenyum senang. "Boleh, dong. Mana ponsel kamu?"

Aku menyodorkan ponsel, menatap Andin. Jarinya lincah bergerak di layar. Terlihat cantik sekali, tidak seperti Weni yang sudah tidak cantik sekarang.

Setelah tukaran nomor ponsel, aku pamit pada Andin. "Semoga kita bisa ketemu lagi, ya."

Aku melangkah keluar kantin, sekarang menuju ruangan Weni. Masih ada waktu untuk mampir.

"Ngapain lagi kamu kesini?"

Eh? Aku menatap Bang Wira aneh. Kenapa dia bertanya begitu? Bukankah dia yang menyuruhku datang kesini?

"Gak ada gunanya lagi. Kamu udah dilarang masuk ke dalam."

"Kok bisa, Bang? Gak ada larangannya. Lagi pula, Weni masih istrik
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status