Share

Surat Perceraian

"Kamu yang gila, Andre!"

Eh? Aku menoleh ke belakang. Mataku melebar, ketika melihat Bang Wira berdiri di sana. Ada Mama dan Papa Weni juga. 

Bang Wira langsung berjalan ke arah kami. Dia langsung menarik tangan Weni pelan, memeluknya. 

Weni masih terisak, jilbabnya acak-acakan. Aku menatap tanganku yang tadi menamparnya. Ya Allah, kenapa aku menampar istriku sendiri? 

"Wen, ma—maaf." 

"Gak ada gunanya!" Bang Wira menghardikku. 

"Berikan bayi Weni." 

Papa mertuaku ikut maju. Aku mengernyit, kemudian menggelengkan kepala. Ini anakku, masa mau diambil. 

"Anak saya menderita di sini. Sepuluh tahun saya diam saja, tapi tidak kali ini!" Papa berteriak cukup kencang. 

Aku menelan ludah, Bang Wira juga menatap seperti ingin memangsa. Benar-benar menakutkan. 

"Ma, video tadi." 

Sebuah video diputar. Aku melotot, itu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status