Home / Rumah Tangga / Istri Bayangan Sang Miliarder / Langkah Terakhir Seruni, Perjuangkan Cinta Sendiri

Share

Langkah Terakhir Seruni, Perjuangkan Cinta Sendiri

Author: Xǐn Rose
last update Last Updated: 2025-08-12 18:17:00

Beberapa perpisahan tak perlu kata-kata, karena hati yang patah telah bicara lebih dulu. Ia tidak pergi karena benci—ia pergi karena tak ada yang memintanya tetap tinggal. Dongeng indah Seruni lenyap dalam sekejap mata, ketika cahaya senja perlahan menyusup dari celah tirai kamarnya, mewarnai ruangan itu dengan semburat jingga sendu. Suasana beku menyelimuti seluruh ruangan—seolah detik pun tak sanggup bergerak. Kisah yang ia kira akan memiliki berlapis cerita indah. Kini ... tak lebih hanya drama yang manis di awal, setelahnya berhenti tayang.

Seruni menoleh cepat. Di ambang pintu, Aruna berdiri. Kemeja belum terkancing rapi. Rambutnya kusut,  wajahnya tegang, matanya seperti memohon. Kakinya menyentuh lantai. Selangkah demi selangkah sambil menatap lurus ke arah Seruni.

“Aruna ...?” ucap Seruni ragu.

 <

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Istri Bayangan Sang Miliarder   Persimpangan Tanpa Arah

    Hati yang nyaman seperti rumah—aku hanya menemukannya pada dirimu. Bukan karena temboknya yang kokoh, atau atapnya yang mewah. Tapi karena setiap detik di dalamnya membuat batinku merasa teduh karena diterima ... tanpa syarat. Dan ketika dunia tak lagi sekadar bercanda. Tapi mulai membenci. Kau menjelma sebagai tempat lelahku bersandar, tempat duka tak perlu disembunyikan, berdiam pun terasa utuh.Dan dapat menyakinkanku ... bahwa malaikat memang tak perlu bersayap—kadang hanya seseorang dengan senyum hangat menunggumu pulang. Rumah bukan sekadar bangunan. Ia adalah ruang batin, tempat jiwa bisa bernafas lega. Meski dalam tangisan. Tempat seseorang menyayangimu, bukan karena siapa kamu. Tapi karena mereka tak ingin kamu merasa berjuang sendirian di dunia yang dingin ini.Rintik hujan baru saja reda, menyisakan udara lembap yang merambat pilu hingga ke tulang. Seruni duduk termenung di halte tua p

  • Istri Bayangan Sang Miliarder   Kamar Kosong, Tangisan Pertama Aruna

    Malam jatuh seperti kabut kelabu yang memenuhi rongga dada Aruna. Langit sepi. Tak ada bulan, tanpa bintang ... seolah semesta ikut bungkam dalam kesunyian hatinya. Rumah itu terasa lebih dingin dari biasanya. Lampu-lampu menyala redup, seakan setiap sudut rumah ikut kehilangan napas kehidupannya. Tidak ada tawa.Tidak ada suara sandal rumah Seruni yang biasanya berdecit kecil di koridor. Hanya gema batin Aruna yang berat, menyeret jejak penyesalan. Ketika pintu kamar Seruni terbuka pelan. Aruna terkejut. Matanya terbelalak. Saat sosok wanita muncul di hadapannya ... yang ternyata bukan Seruni.Bi Nani berdiri di ambang pintu. Ia tertegun menatap ada seseorang duduk di sana—di kamar yang sudah kosong dari wangi dan tawa pemiliknya."Tuan, Aruna?" ucap Bi Nani ragu.Aruna l

  • Istri Bayangan Sang Miliarder   Tangis Kehilangan

    Ketika seseorang memilih pergi tanpa pamit, yang tertinggal bukan hanya rindu. Tapi juga, pertanyaan yang tak akan pernah terjawab ... seperti hari ini. Seruni menoleh. Ia terpaku sekaligus terharu ... ternyata banyak yang merasa kehilangan.Bi Nani menatap sedih. "Jangan pergi, Nyonya Seruni ... kami pasti akan merindukanmu.”Para pelayan lain datang satu per satu. Mata mereka berkaca-kaca. Seruni menghampiri tanpa ragu, memeluk mereka semua dalam satu dekapan. Tangis pecah. Pelukan itu terasa seperti perpisahan dengan keluarga. Seruni perlahan melepaskan pelukannya.“Aku juga akan merindukan kalian.” Seruni tersenyum lembut. “Maaf ya, aku nggak bisa tepatin janji traktir kalian pizza viral.”Bi Nani dan para pelayan lainnya menggeleng pelan sambil tersenyum sedih.&

  • Istri Bayangan Sang Miliarder   Langkah Terakhir Seruni, Perjuangkan Cinta Sendiri

    Beberapa perpisahan tak perlu kata-kata, karena hati yang patah telah bicara lebih dulu. Ia tidak pergi karena benci—ia pergi karena tak ada yang memintanya tetap tinggal. Dongeng indah Seruni lenyap dalam sekejap mata, ketika cahaya senja perlahan menyusup dari celah tirai kamarnya, mewarnai ruangan itu dengan semburat jingga sendu. Suasana beku menyelimuti seluruh ruangan—seolah detik pun tak sanggup bergerak. Kisah yang ia kira akan memiliki berlapis cerita indah. Kini ... tak lebih hanya drama yang manis di awal, setelahnya berhenti tayang.Seruni menoleh cepat. Di ambang pintu, Aruna berdiri. Kemeja belum terkancing rapi. Rambutnya kusut, wajahnya tegang, matanya seperti memohon. Kakinya menyentuh lantai. Selangkah demi selangkah sambil menatap lurus ke arah Seruni.“Aruna ...?” ucap Seruni ragu.

  • Istri Bayangan Sang Miliarder   Seruni Patah, Aruna Mencampakkannya Tanpa Kata

    Tak semua kehilangan datang dengan gemuruh. Kadang, ia hadir dalam senyap—pelan, tapi menghancurkan. Seperti daun yang luruh perlahan dari dahan, jatuh begitu saja ke tanah tanpa suara … namun menyisakan sepi yang tak terdefinisi. Seperti itulah perasaan Seruni pagi ini: patah yang tak sempat disambung, luka yang tak sempat dibalut.Pesannya tak kunjung berbalas. Ponsel Aruna mati. Seruni berlari ke kamar Aruna, menggenggam amplop putih yang terbuka dan kusut. Wajahnya pucat, sembab, dengan rambut terkuncir berantakkan. Tapi setibanya di depan pintu ....“Aruna .…” ucap Seruni pelan. “Apa benar ... ini yang kamu inginkan?”Pintu otomatis tetap tertutup—pintu yang selama ini terbuka hanya dengan mendekat, kini tak bergeser sesenti pun. Seruni meletakkan telapak tangannya di sensor, tapi sia-sia. Pintu it

  • Istri Bayangan Sang Miliarder   Surat yang Membungkam Segala

    Tak ada yang lebih menyakitkan daripada dicintai setengah hati—dipeluk hanya ketika diperlukan. Dan tak ada yang pernah benar-benar mempersiapkan diri untuk sebuah kehilangan, terlebih datang tiba-tiba setelah menghadirkan kisah seindah pelangi.Malam itu, Seruni tahu, suhu minus lima belas derajat sekali pun tak akan membekukan apa pun, selain harapannya sendiri. Seruni masih berdiri di ambang ruang tamu, kakinya seolah tertanam di lantai. Aruna menoleh sebentar, matanya kelam.“Aku tak perlu menjawabnya.” ucap Aruna dengan nada tajam, “kamu tahu pasti apa yang mau aku katakan!”Seruni menahan napas. “Aku maksudmu, Aruna ...?”“Semua ini ... karena kamu.” ucap Aruna dengan nada tajam, “kamu terlalu terbuka, terlalu polos, terlalu jujur!”Seruni menahan napas. “Aku cuma bersikap apa adanya.”Seruni menatap Aruna. Tapi ... Aruna langsung memalingkan wajahnya. Ia menatap ke samping seraya menatap jendela.“Dan itu kesalahanmu!” Aruna membentak Seruni. “Kamu pikir dunia bisa percaya deng

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status