Share

Mas Firman

last update Last Updated: 2023-01-18 11:15:14

Part 6

Hari itu ulang tahun Viyo, sebuah cake minimalis berhiaskan lapangan sepak bola lengkap dengan 11 miniatur pemain bola dan miniatur gawang indah menghiasi, sebuah kado besar dipegang oleh Yogi, seorang laki-laki memegang kue ulang tahun untuk Viyo yang sudah diberi lilin dan dinyalakan dari luar rumah.

"Mungkin itu temennya Mas Yogi," pikir Silvi.

Ya ini adalah jam pulang kerjanya Yogi jam 05.00 sore. Dua orang laki-laki ini membuat kejutan untuk putra semata wayang Silvi dan Yogi.

"Viyo...," Panggil Yogi gemas.

Viyo yang sedang asyik bermain bersama ibunya langsung berlari menyambut kedatangan ayahnya.

"Papa...," Sambut hangat Viyo.

"Happy birthday to you, happy birthday to you, happy birthday, happy birthday, happy birthday to you," nyanyian ayahnya membuat Viyo sangat bahagia.

Laki-laki itu menyodorkan kue yang sudah diberi lilin angka 3 yang menyala, Viyo langsung meniupnya dengan senang hati.

"Yey...," Sorak sorai Viyo menggema di seluruh ruangan rumah kontrakan sederhana itu.

"Potong kuenya, potong kuenya, potong kuenya sekarang juga...," sambung laki-laki itu ikut bernyanyi.

"Ayo Viyo disuapin papanya sama mamanya!" seru laki-laki itu.

"Sebentar, sebentar, Om fotoin ya," Ucap laki-laki itu seraya mengeluarkan ponsel dari saku celananya.

Viyo menyuapi papahnya kemudian menyuapi mamanya, layaknya keluarga bahagia yang idealis mereka berfoto, saling suap, saling mencium buah hati, terakhir Yogi mencium pipi kanan Viyo, dan Silvi mencium pipi kiri Viyo.

Klik…,

Keluarga kecil Silvi di potret oleh seorang laki-laki yang baru saja datang bersama Yogi.

Viyo membuka kado ulang tahun dari Papanya, Dia sangat senang, isinya sebuah mobil truk besar yang bisa dia duduk sendiri.

"Makasih papa," Ucap Viyo.

Tubuh mungilnya mengendarai mobil-mobilan besar itu dan mengelilingi seisi rumah.

brum brum brum... Viyo memainkan mobil itu.

Satu kado lagi dari teman laki-lakinya Yogi Viyo membukanya dengan senang hati.

"Oia, kenalin ini istri saya, Silvi.” ucap Yogi sambil memeluk Silvi.

Srrr…

Silvi merasa merinding, lagi-lagi Yogi bersikap hangat kepadanya, hanya di depan rekannya. Silvi menelungkupkan kedua tangannya dan merapatkan tangan itu di depan dadanya, jilbab instannya yang lebar membuat laki-laki itu mengerti bahwa Silvi tidak ingin berjabat tangan dengannya. Ia pun memakluminya karena itu adalah salah satu prinsip hidup seorang wanita yang taat terhadap agamanya. Tidak bersentuhan dengan laki-laki yang bukan muhrimnya.

"Salam kenal Mbak, saya Firman," laki-laki itu pun menelungkupkan kedua tangannya di depan dada sembari tersenyum sama halnya seperti Silvi.

“Salam, Pak Firman,” balas Silvi senyum.

“Oh iya Bapak ini temen kantornya Mas Yogi?” Tanya Silvi mengakrabkan diri.

“Kok panggil Bapak sih, saya kan masih muda,” Canda Firman.

“Panggil Firman aja, biar nyantai, atau mau panggil ‘Mas Firman’ juga boleh kok, hihihi,”

“Hus, istri gua nih,” sanggah Yogi. Tangan kanan Yogi melingkar di pinggang kecilnya Silvi.

Silvi hanya tersenyum kaku.

“Andaikan kau sehangat ini setiap saat, Mas,” halu Silvi.

Hidung mancung, bulu mata lentik dan lesung pipi menghiasi wajah pria ini, kulitnya pun mulus tak seperti yogi yang memiliki bulu halus di tangannya. Tampan, seperti halnya yang dikatakan orang-orang kepada suamiku.

"Tampan sekali,” bisik Silvi dalam hati.

“Kalau seandainya pria ini pakai kerudung, sepertinya akan jadi cantik saking tampannya,” Silvi mulai halu.

“Astagfirullah,” ucap Silvi menyadarkan diri.

“Pikiranku melantur,” gumamnya dalam hati.

“Permisi, Pak, saya ke dapur dulu mau ngambil minum buat bapak,” silvi berdiri dan merengkuhkan badan.

“Nggak usah, nggak usah, saya nggak lama kok, saya pulang ya, Yog.” Mata laki-laki itu kini beradu dengan Yogi.

“Selamat Ulang tahun, Viyo, Om pulang ya,” suara laki-laki itu agak meninggi.

“Dia siapa, Mas?” Tanya Silvi usai kepergian Firman.

“Dia pacarku,” jawab Yogi datar.

“Apa? Gila kamu, Mas,” Silvi terperanjat.

“Hahaha, bodoh, masa ia dia pacarku? Punya rasa humor sedikit napa?” senyum Yogi terlihat sinis.

“Ya Alloh, jantungku hampir copot,” Silvi mengelus dada.

“Dah lah, aku capek, kamu sudah masak air belum? Aku gerah mau mandi air hangat,” yogi meninggalkan Silvi. Suasana dingin telah kembali. Sikap Yogi selalu begitu, jika ada teman atau tamu dia seolah menjadi suami ideal yang sempurna. Namun jika mereka sudah pergi sikapnya kembali sedingin salju.

“Rasanya aku sudah lelah dengan sandiwara ini,” Silvi menggelengkan kepala.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Bayangan   Amanat Pak Rahmat

    Bu Teti adalah seorang ibu yang penuh perhatian dan penyayang. Dia selalu hadir untuk mendukung putrinya, Silvi, dalam setiap langkah kehidupannya. Bu Teti memiliki peran penting dalam keluarga dan merupakan sumber kekuatan bagi Silvi."Suatu hari, ketika ayah?mu sedang menjalankan ibadah haji di tanah suci, dia berdo'a dengan tulus. ayahmu sangat mengharapkan yang terbaik untukmu, Nak. Salah satu harapan terbesar yang dia sampaikan dalam do'a itu adalah agar kau mendapatkan pasangan hidup yang setia dan jujur." tutur bu Teti. "Ayahmu merasa sangat sedih ketika mengetahui bahwa suamimu, Yogi, telah mengkhianatimu. Ia ingin kau menemukan seseorang yang benar-benar mencintai dan setia kepadamu. Dia berharap agar kau dapat hidup bahagia dan mendapatkan kebahagiaan sejati dalam pernikahan." lanjut bu Teti. "Ibu sangat memahami perasaan ayahmu dan merasa berempati terhadap perjuangannya di tanah suci. Dia berusaha untuk menjadi pendukung utama bagimu, Nak. Ia ingin memastikan bahwa putri

  • Istri Bayangan   Ikhlas

    Silvi kini dipenuhi dengan kesedihan, menghadapi situasi duka yang sangat menyedihkan saat upacara pemakaman ayahnya berlangsung. Dalam suasana yang hening dan penuh duka, Silvi mencoba menahan air mata yang mengalir deras di pipinya. Rasa kehilangan yang mendalam dan kekosongan yang dirasakannya begitu menghantamnya, membuat hatinya hancur dan terasa sangat berat."Pak..., " jerit bu Teti. ia jatuh tak sadarkan diri. "Bu, bu," warga membantu tubuh bu Teti yang terjatuh lemas ke tanah. Bu Teti, juga berada dalam keadaan yang sangat rapuh. Saat jasad suaminya disemayamkan dalam liang lahat terakhir, ia tidak mampu menahan emosi yang membanjiri dirinya. Beban kesedihan yang begitu besar membuatnya pingsan tak lama setelah upacara dimulai. Keadaan ini semakin memperdalam kepedihan Silvi dan menggambarkan betapa besar kehilangan yang dirasakan oleh keluarga mereka.Saat jasad pak Rahmat dimasukkan ke dalam liang lahat, suasana menjadi semakin hening. Suara tangis pecah dari antara kerab

  • Istri Bayangan   Selamat jalan, Ayah

    Silvi, seorang ibu yang penuh kasih, kini mengalami perubahan drastis dalam sikap dan kehati-hatiannya sejak kasus penculikan terhadap putrinya, Zahra, beberapa hari yang lalu. Kejadian tragis ini telah mengguncang kehidupan Silvi secara mendalam membangkitkan rasa takut dan kekhawatiran yang mendalam dalam dirinya.Sebelum kasus penculikan terjadi, Silvi mungkin memiliki kehidupan yang relatif normal seperti ibu-ibu lainnya. Namun, setelah insiden tersebut, semua perhatiannya sepenuhnya tertuju pada Zahra. Ia tidak pernah melepaskan pandangannya dari putrinya yang berusia 7 bulan tersebut, khawatir bahwa bahaya mungkin mengancamnya kapan saja."Wanita itu berbahaya, aku tidak akan membiarkan dia menyakiti anak-anaku.Silvi tidak lagi merasa aman dalam lingkungan sekitarnya. Setiap gerakan, suara, atau kehadiran orang asing menjadi fokus perhatiannya. Ia berusaha melindungi Zahra dan Viyo dengan segala cara yang ia bisa, memastikan keamanan putra putrinya menjadi prioritas utama dalam

  • Istri Bayangan   Zena di Penjara

    Silvi kini penuh kekhawatiran dan kecemasan, ia merasa curiga pada Zena, seorang teman lama yang diyakininya telah menculik putrinya, Zahra. Curiga tersebut timbul karena ada beberapa kejadian yang mencurigakan dan petunjuk yang mengarah pada Zena. Meskipun saat kejadian tidak memiliki bukti yang konkrit, Silvi merasa yakin bahwa Zena adalah dalang di balik hilangnya Zahra.Kelegaan dan syukur memenuhi hati Silvi saat mengetahui bahwa Zahra, yang pada saat itu berusia 7 bulan, berhasil diselamatkan dan tidak terluka. Namun, rasa marah dan kebingungan tak terhindarkan saat mengetahui alasan di balik perbuatan Zena."Kenapa, ya, Zena tega melakukan ini pada putriku?" tanya Silvi termenung. sore itu Azam sudah pulang dan baru selesai mandi. "Maafkan aku, Vi," ucap Azam. "Maaf untuk apa, Mas?" tanya Silvi heran. Azam, suami Silvi, mengungkapkan kepada Silvi bahwa Zena melakukan perbuatan tersebut karena dendam yang tak terungkap. Azam menceritakan bahwa Zena sebenarnya telah mencintai

  • Istri Bayangan   Wanita Misterius

    Zena adalah seorang wanita yang memiliki dendam pada Azam karena telah menolak cintanya dulu sebelum menikahi Silvi ia berniat buruk dan melakukan penculikan terhadap Zahra, seorang bayi berusia 7 bulan. "Awas kalian, aku pasti akan menghancurkan rumah tangga kalian! Aku tidak akan membiarkan kalian hidup bahagia! " bisik Zena yang sedang memata-matai keluarga Azam. Kejadian itu terjadi di taman yang terletak dekat komplek perumahan, saat itu Silvi sedang pergi ke toilet. Pada saat itu, Zahra seharusnya dijaga oleh ayahnya, Azam, Namun, dalam kejadian yang tidak terduga, Azam malah berlari mendekati Viyo yang sedang bermain bola. Keadaan ini memberikan kesempatan kepada Zena untuk menculik Zahra tanpa diketahui. Dengan niat buruk yang dimilikinya, Zena mengambil kesempatan ini untuk melaksanakan rencananya.Zena melarikan diri dari taman dengan Zahra dalam pelukannya, menjauh dari area perumahan. Tujuan Zena dalam menculik Zahra adalah agar Azam dan Silvi bersedih, dapat disimpulk

  • Istri Bayangan   Berolahraga Bersama

    Beberapa bulan kemudian saat usia Zahra sudah menginjak 7 bulan semua curahan kasih sayang tertumpah kan pada cucu ke dua Bu Teti ini, kakeknya Pak Rahmat sangat menyayangi cucunya terutama Zahra yang saat ini sedang lucu-lucunya. "Cucu abah cantik banget," ucap Pak Rahmat, "Siapa dulu dong, neneknya," balas bu Teti centil. "Ciluuuk..., baaa...," pak Rahmat sedang asyik bermain dengan Zahra. tiba-tiba Silvi datang menghampiri Pak Rahmat dan bu Teti. "Bu, aku pamit ya," ucap Silvi. "Lho... emang kamu mau kemana, Nak?" tanya bu Teti kaget. "Ini, mama Rohimah pengen ketemu Zahra, aku nggak lama kok, paling cuman 3 hari. mumpung sekolah Viyo lagi libur. mas Azam juga lagi libur." pinta Silvi. "Yah, cucu nenek yang cakep ini bakalan pisah sama nenek, pasti nenek bakalan kangen sama kamu." ucap Bu Teti gemas sambil memeluk cucunya. "Pergilah, Nak, bu Rohimah kan juga neneknya Zahra, sudah pasti ia juga rindu sama cucunya." kata pak Rahmat mengerti. "Makasi, Ayah." ucap Silvi sambi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status