Share

Bab 3. Lepas Kendali

"Cepat cari identitas gadis tadi. Aku mau kamu mendapatkan seluruh identitas tentang gadis itu sebelum Nathan terbangun," perintah Edwin. 

"Tuan Besar, jangan-jangan gadis tadi itu …."

"Kamu jangan banyak tanya lagi. Cepat laksanakan perintahku." 

"Baik Tuan."

Sam segera berlari untuk mencari identitas Herlin. Jika Herlin tidak ditemukan dengan cepat, maka akan timbul masalah besar.

"Pa, bagaimana ini. Apa mungkin gadis tadi adalah …."

"Kamu tenang dulu. Kita akan cari gadis itu sampai ketemu. Semuanya pasti akan baik-baik saja," kata Edwin menenangkan Samira.

Samira sudah bisa membayangkan kalau masa lalunya bisa terulang kembali. Keluarga Alexander William akan melakukan apapun untuk keluarga mereka. Seperti yang terjadi kepada dirinya di masa lalu.

Sekarang keluarga Alexander William sedang memburu seorang gadis biasa yang bernama Herlin. Tidak akan ada yang bisa lepas dari cengkraman keluarga Alexander William.

***

Herlin termenung di kasir minimarket. Keadaan minimarket sudah sepi. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas lewat. Hanya ada beberapa pelanggan yang datang kalau sudah tengah malam. 

Herlin tidak menyangka akan bertemu dengan keluarga Alexander William lagi. Kalau dia tahu pria tadi adalah bagian keluarga dari Alexander William, maka dia akan langsung pergi dari sana. Tapi nasi sudah jadi bubur, dia bertemu kembali dengan Edwin setelah 5 tahun berlalu. Wajah yang tidak ingin dia lihat lagi.

"Mana cek itu dari keluarga ini lagi," gumam Herlin menatap cek yang tadi dia terima atas nama Alexander William.

"Kalau begini, bagaimana aku mencairkan uang ini. Aku tidak mau berhubungan dengan keluarga itu lagi. Apalagi cowok menyebalkan itu," ujar Herlin melemparkan cek itu dengan kesal ke arah meja kasir.

Hanya beberapa detik saja Herlin membiarkan cek itu tergeletak di sana. Dia kembali mengambil cek itu dan memasukkan kembali ke dalam tas. Terlalu sayang melewatkan uang dengan jumlah tersebut. Dia memutuskan untuk menyimpan, kalau suatu saat perlu uang dadakan baru dia akan mencairkan uang tersebut.

"Selamat datang dan Selamat berbelanja," ujar Herlin ketika ada beberapa pria berjas hitam masuk ke dalam minimarket.

Herlin menaikkan sebelah alisnya ketika para pengunjung itu tidak berjalan ke arah rak barang. Tapi, malah berdiri mengerubunginya di kasir.

"Tuan, ada yang bisa saya bantu?" tanya Herlin bersikap seramah mungkin.

Dalam hati Herlin sangat takut. Pria-pria itu berbadan sangat besar dan memiliki wajah yang sangar. Persis seperti penjahat yang ada difilm.

"Nona, silahkan Nona ikut dengan kami," ujarnya.

"Maaf Tuan, saya harus menjaga kasir. Saya hanya pegawai biasa di sini. Mungkin Tuan-tuan salah orang," balas Herlin dengan nada senormal mungkin.

'Jangan-jangan mereka ini dari keluarga itu. Itu pasti tidak salah. Kenapa mereka mencari aku. Aku kan tidak membuat masalah apapun,' batin Herlin berkeringat dingin.

"Kalian bawa dia," perintah salah satu dari mereka.

"Eh, ada apa ini. Pak, tolong!" teriak Herlin dengan keras memanggilkan bosnya yang berada di ruang sebelah.

"Ada apa ini? Kalian siapa? Pergi kalian dari sini," usir bos Herlin ingin melindungi Herlin.

Herlin segera melepaskan tangannya yang sudah ditahan oleh mereka. Dia dengan cepat berlindung di belakang bos. 

"Tuan, silahkan diterima cek ini."

"Cek apa ini?" tanya bos sambil menerima cek tersebut.

Mata Herlin dan bos membesar ketika melihat betapa banyaknya angka nol yang tertera di cek itu. Herlin ikut mengintip karena penasaran. Sekarang rasa penasarannya tidak bagus untuk mata dan jantungnya. Kalau dia punya uang sebanyak itu, dia tidak perlu bekerja seumur hidup lagi.

"Mulai detik ini, minimarket ini akan menjadi milik Alexander William. Begitu juga dengan kasirnya."

"Iya iya, silahkan ambil saja," ujar bos dengan senang hati.

"Kenapa Bos juga ikut menjual Herlin," kata Herlin tidak terima.

"Herlin, kamu ikut saja sama mereka. Mereka ini orang baik loh," ujar bos yang sudah gelap mata dengan uang. 

"Bos jangan mata duitan."

Pria yang memberi cek tadi memberikan kode untuk segera mengangkut Herlin yang sedang berdebat. Salah satu dari mereka begitu mudah mengangkut Herlin di bahunya. Lalu mereka membawa Herlin keluar minimarket.

"Tolong! Tolong! Ini penculikan. Tolong aku!" teriak Herlin dengan begitu keras

"Dadah Herlin. Sampai bertemu lagi," ujar bos melambaikan tangan dengan sapu tangan entah dari mana.

Di luar toko masih ada beberapa orang. Mereka terlalu takut dan tidak berani untuk menolong Herlin. Apalagi melihat wajah pria berjas itu yang memiliki wajah sangat menyeramkan dan juga ramai. Mereka melanjutkan tujuan mereka mengabaikan Herlin yang dimasukkan ke dalam mobil.

***

Nathan segera dipulangkan dari rumah sakit. Mereka membawa Nathan ke rumah sakit karena dia jatuh dari sepeda. Mereka sangat khawatir segera keadaannya dan melarikan dia ke rumah sakit. Padahal Nathan tidak terluka parah.

Nathan duduk di atas kasur melihat kondisi kamar dengan tatapan polos. Dia tidak lagi melihat Herlin di sekitarnya.

"Putri, Putri dimana?" panggil Nathan turun dari atas kasur.

"Putri, Putri di mana!"

Nathan mencari Herlin ke seluruh kamar. Mulai dari kamar mandi sampai ke bawah tempat tidur. Dia sama sekali tidak menemukan Herlin.

"Putri dimana?" teriak Nathan.

Nathan tidak bisa menahan emosi lagi. Rasa marahnya memuncak. Dia harus menemukan Herlin.

"Putri!" teriak Nathan histeris sambil menghancurkan lampu tidur.

Nathan membanting apapun yang ada di sekitarnya. Emosinya meluap-luap seperti induk hewan yang kehilangan anaknya.

"Nathan, apa yang kamu lakukan?" tanya Samira menghampiri Nathan yang masih membanting isi kamar.

Samira yang mendengar suara teriakan dari kamar Nathan segera lari ke kamar Nathan. Hatinya hancur melihat anaknya seperti orang kesurupan menghancurkan seisi kamar. Kamar itu tidak beda dengan kapal pecah.

"Ma, jangan mendekat," larang Darius agar istrinya tidak mendekati Nathan yang sedang emosi.

Darius sudah mendengar tentang pertemuan Nathan dengan gadis yang bernama Herlin. Dia tahu penyebab Nathan marah tidak karuan seperti itu. Emosi Nathan tidak akan pernah surut sebelum Nathan bertemu dengan Herlin. Hanya Herlin yang bisa menenangkan Nathan. Dia sudah merasakan itu semua.

"Ma, di mana Putri?" tanya Nathan mendekat ke arah Samira.

Tristan Alexander William, adik dari Jonathan Alexander William segera memasang badan untuk mamanya. Dia tidak akan membiarkan sang kakak mencelakai mama mereka. Dia sudah tahu semua masa lalu dari keluarganya.

"Kak, Kakak yang tenang ya," bujuk Tristan.

"Di mana Putri?" tanya Nathan membanting perabot yang ada di meja dekat pintu.

Edwin datang bersama bodyguardnya. Dia segera menyuruh mereka untuk menangkap Nathan. Nathan terus saja memberontak menyebutkan nama Putri. Membutuhkan enam orang agar bisa menahan Nathan. Walaupun Nathan berperilaku seperti anak usia 7 tahun, tapi kekuatannya seperti pria dewasa. Keluarganya selalu menjaga kesehatan Nathan dengan memberikan Nathan olahraga rutin. 

Setelah mereka berhasil menahan Nathan, mereka segera memberikan obat bius agar Nathan tidak mengamuk lagi. Hanya itu cara lain agar Nathan bisa tenang.

"Nathan, anakku," ujar Samira menatap sedih Nathan yang berbaring di atas kasur.

"Kalian semua boleh pergi dari sini," perintah Edwin.

"Pa, kenapa Nathan juga mengalami kutukan itu? Apa tidak cukup dengan Nathan yang mengalami masalah psikologi seperti ini?" tanya Samira kepada Edwin. 

Edwin hanya diam. Dia tidak bisa menjawab pertanyaan Samira. Memang benar keluarga Alexander William memiliki sebuah kutukan sejak ratusan tahun yang lalu. Semua ini berasal dari kakek moyang mereka.

Bersambung ....

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status