Share

Bab 17

Pada saat ini, Irene hanya merasa jantungnya berdebar kencang.

Astaga, ada apa dengannya?

Dia seketika menarik kembali tangannya dan berkata dengan wajah memerah, "Baik ... baiklah, ayo makan, buburnya sudah dingin." Kemudian, dia pun menunduk dan mulai makan.

Michael tersenyum. Melihat Irene yang hampir membenamkan seluruh wajahnya di dalam mangkuk, senyuman di wajah Michael melebar. "Apakah Kakak menyukaiku?" tanya Michael.

"Tentu saja," jawab Irene tanpa ragu.

"Aku juga, aku sangat menyukai Kakak," kata Michael sambil tersenyum. Sepertinya, sudah lama sekali tidak ada orang yang membuatnya begitu tertarik.

...

Setelah pemeriksaan oleh Manajemen Perkotaan berakhir, Jessie berkata pada Irene, "Irene, teman sekelas kita waktu SMA akan mengadakan reuni pada akhir pekan, ayo ikut."

Reuni? Irene tidak bisa menahan tawanya. Jika dia menghadiri acara reuni dengan keadaannya sekarang, dia hanya akan menjadi bahan tertawaan. "Nggak, deh. Aku ada urusan, nggak bisa pergi," kata Irene.

"Eh, teman-teman SMA kita juga nggak gampang bisa berkumpul. Memangnya kamu ada urusan apa? Ayo bergabunglah," bujuk Jessie, jelas-jelas dia menginginkan Irene untuk menghadiri acara reuni ini.

Jika murid terpintar dan tercantik di kelas dulu menghadiri acara reuni dengan penampilannya sekarang, sepertinya semua orang akan terkejut. Jessie hanya tidak sabar ingin membiarkan semua teman SMA mereka melihat penampilan Irene sekarang.

"Aku harus kerja di akhir pekan. Kamu kira dengan pekerjaanku sekarang, aku akan istirahat di akhir pekan?" kata Irene.

Jessie langsung terdiam. Dia benar-benar lupa.

"Tapi ...."

"Aku harus pergi buang sampah. Kalau ada urusan lain, katakan saja lain hari," kata Irene. Sebelum Jessie bisa menyelesaikan ucapannya, Irene langsung berbalik dan pergi.

Irene tidak bodoh, tentu saja dia mengetahui tujuan Jessie mengajaknya.

Namun, dia tidak menyangka bahwa meskipun dia memang sengaja ingin menghindari acara tersebut, pada hari Minggu, wakil direkturnya menunjuknya untuk mengantarkan sebuah dokumen pada seseorang di Manajemen Perkotaan di sebuah kelab mewah di Kota Cena.

Petugas kebersihan biasa sama sekali tidak bisa memasuki kelab seperti ini. Namun, saat Irene tiba di depan pintu kelab, ada staf khusus yang sepertinya sudah mengetahui kedatangannya. Staf itu menunggu di depan pintu, lalu membawanya masuk ke dalam kelab melalui pintu samping.

Staf itu membuka pintu salah satu ruangan yang diisi dengan banyak orang.

Begitu Irene memasuki ruangan ini, dia mendengar suara yang dia kenal. "Coba lihat itu siapa?!"

Irene pun melihat Jessie, Amanda dan teman-teman SMA lainnya. Orang yang barusan berbicara adalah Jessie.

Dalam sekejap, Irene pun mengerti. Semuanya hanyalah rencana Jessie. Jessie adalah pekerja di Manajemen Perkotaan, jadi para petinggi di Pusat Sanitasi Lingkungan tentu saja ingin menjalin hubungan baik dengannya. Asalkan Jessie mengatakan bahwa dia ingin melihat sebuah dokumen yang tidak penting dan menentukan orang yang mengantarkannya, wakil direkturnya Irene tentu saja akan menyetujuinya.

"Lihatlah, benar 'kan ucapanku? Sekarang, murid tercantik di kelas kita adalah seorang petugas kebersihan!" kata Amanda sambil tersenyum di satu sisi. Dia tampak sangat bangga.

Pada saat ini, Irene masih saja mengenakan seragam kerjanya yang jelas-jelas sangat mencolok di dalam ruangan ini.

"Bukankah ini murid terpintar dan tercantik di kelas kita? Setelah masuk penjara selama tiga tahun, aku hampir nggak mengenalimu lagi. Dulu, bukankah Martin lumayan menyayangimu? Sekarang, setelah kamu menjadi petugas kebersihan, dia nggak peduli lagi?"

Tubuh Irene menjadi agak kaku. Baginya, mendengar nama Martin adalah sebuah penderitaan.

Orang yang berbicara pun berjalan ke hadapan Irene. Namanya Erick Herawan, keluarganya termasuk keluarga terhormat di Kota Cena. Dulu, Erick juga pernah mendekati Irene.

Kemudian, saat Irene berpacaran dengan Martin, Erick juga pernah berencana untuk melakukan hal yang tidak senonoh pada Irene. Setelah dia dihajar oleh Martin, dia baru menahan diri dan tidak berani menyinggung Irene lagi.

Irene tidak menghiraukan ucapan Erick, dia langsung berjalan ke hadapan Jessie dan menyerahkan dokumen yang dia bawa pada Jessie sambil berkata, "Ini seharusnya dokumen yang kamu minta, 'kan?"

Jessie tersenyum palsu sambil menerima dokumen itu dan berkata, "Irene, maaf, ya, sudah merepotkanmu."

Saat Irene berbalik dan hendak meninggalkan ruangan ini, Erick tiba-tiba menarik lengannya dari belakang dan berkata, "Kenapa kamu buru-buru pergi? Bagaimanapun, ini acara reuni, mari kita mengobrolkan masa lalu sebentar."

Sambil berbicara, dia langsung menyodorkan segelas anggur merah ke bibir Irene. "Sini, minum anggur ini. Dulu, kamu masuk penjara karena kamu mengemudi dalam kondisi mabuk, 'kan? Jadi jangan bilang kalau kamu nggak minum-minum!"

Irene menutup mulutnya dan memalingkan wajahnya sambil mendorong Erick dengan kedua tangannya.

Badan Erick bergoyang, sehingga anggur merah di tangannya langsung tumpah dan membasahi sekujur tubuhnya. Dalam sekejap, amarahnya melonjak. Dia langsung menampar Irene dengan punggung tangannya sambil berteriak, "Kamu kira kamu sekarang masih pacarnya Martin? Sekarang, kamu hanyalah seorang penyapu jalanan. Kamu nggak tahu diri, ya?!"

Sambil membentak, dia langsung mengambil sebotol anggur merah di sisinya dan menyiramkannya ke kepala Irene.

Anggur yang dingin pun membasahi tubuh Irene, membuatnya panik.

Jessie tersenyum kecil sambil berkata, "Irene, cepat minta maaf pada Erick. Mungkin saja dia bisa memaafkanmu."

Minta maaf? Irene merasa konyol, jelas-jelas dialah yang dianiaya, tetapi dia malah harus meminta maaf?

Irene menutup mulutnya rapat-rapat, kedua matanya tampak sangat jernih, seakan-akan pada saat ini, semalu apa pun dia, dia tetap tidak akan menunduk pada mereka.

Namun, sikapnya malah membuat Erick makin marah. "Irene, kamu kira kamu masih pacarnya Martin? Aku membiarkanmu meminta maaf karena aku menghargaimu. Lagi pula, nggak ada yang berani membelamu!"

Kemudian, dia langsung merobek pakaian Irene, menunjukkan kulit Irene.

"Hentikan!" teriak Irene dengan panik.

Namun, tidak ada satu pun dari teman-teman sekelasnya yang berdiri di sekitar yang bersedia mengatakan apa pun, apalagi membelanya.

Selama tiga tahun di dalam penjara, dia hampir tidak pernah terkena sinar matahari, sehingga kulitnya sangat putih, tetapi penuh akan bekas luka.

Ada beberapa bekas luka yang belum memudar, hingga terlihat sangat mengerikan.

Semuanya tersisa dari saat dia berada di penjara.

Dia berusaha untuk menutupi tubuhnya, lalu ingin berdiri. Namun, tiba-tiba, dia merasakan rasa sakit yang ekstrem dari sebelah tangannya. Dia langsung tercengang. Dia menoleh dan melihat Amanda menginjak punggung tangan kanannya dengan sepatu hak tinggi Amanda.

"Aduh, Irene, kenapa buru-buru, sih? Kamu belum minta maaf pada Tuan Erick," kata Amanda dengan kejam. Dia terlihat ingin sekali membuat Irene lebih menderita, jadi dia mengerahkan kekuatan yang lebih besar di kakinya.

Rasa sakit yang menusuk di punggung tangan Irene seakan-akan membawa Irene kembali ke penjara, saat tulang di tangannya dipatahkan satu per satu.

Pada saat itu, dia bahkan tidak bisa melawan dan hanya bisa menerima nasibnya.

Namun, sekarang, Irene menggunakan seluruh kekuatannya dan melepaskan pegangan Erick di tangan kirinya, lalu mendorong Amanda yang sedang menginjak tangan kanannya. Kemudian, dia menerjang keluar dari ruangan itu dengan sekuat tenaganya.

Dia harus meninggalkan tempat ini! Dia harus melarikan diri!

Irene menutupi bagian pakaiannya yang robek dan berlari terus dengan putus asa. Namun, tiba-tiba, sebuah kekuatan yang besar dari belakang membuatnya jatuh tersungkur di lantai. Kemudian, sebuah kaki menginjak punggung kakinya dengan kuat.

Sakit ... sakit sekali!

Punggung kakinya terasa seperti terbakar.

Kemudian, dia mendengar suara Erick. "Kenapa? Kamu masih mau melarikan diri? Kamu nggak tahu kalau keluargaku adalah salah satu pemegang saham di kelab ini ... eh?"

Ucapan Erick tiba-tiba terhenti.

Kemudian, Irene mendengar suara yang dulu sangat akrab baginya. "Erick, apa yang sedang kamu lakukan?"

Tubuh Irene seketika menjadi kaku. Itu ... suara Martin, orang yang dia kira akan melindunginya dari apa pun, tetapi akhirnya malah meninggalkannya begitu saja.

Tubuh Irene pun bergetar. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa setelah keluar dari penjara, dia akan bertemu dengan Martin dalam kondisi yang begitu menyedihkan.

"Kenapa? Hari ini kamu datang untuk makan dengan calon istrimu, ya? Kalau dipikir-pikir, sungguh kebetulan, ya. Hari ini, mantan pacarmu juga sedang makan denganku. Tapi, mantan pacarmu nggak tahu diri dan membuatku marah. Apakah kamu mau membantunya?"

Sambil berbicara, Erick menjambak rambut Irene dan memaksanya untuk mengangkat kepalanya melihat Martin.

Seketika, Irene pun melihat wajah Martin yang familier.

Pria yang dulunya merasa sedih melihatnya kesakitan malah hanya mengernyit dengan agak terkejut, sedangkan tatapannya dingin.

Seperti dulu, pria ini pernah menyetujui agar orang lain melumpuhkan tangan Irene dengan sedingin ini.

Orang yang berdiri di samping Martin adalah Hannah. Melihat wajah yang cantik ini, mata Irene tiba-tiba menyipit. Adegan Hannah yang tersenyum sambil melihat orang lain mencabut kuku Irene dan mematahkan tulang jarinya satu per satu pun melintas dalam benak Irene.

Sakit ... sakit sekali!

Tubuh Irene bergetar dengan makin hebat.

Hannah dan Martin adalah keberadaan seperti mimpi buruknya, yang membuatnya terbangun berkali-kali. Namun, sekarang, mereka malah muncul di hadapannya.

"Erick, apa pun yang kamu lakukan, itu urusanmu, aku sama sekali nggak berhubungan dengannya," kata Martin sambil mengernyit dengan penuh kebencian.

Irene hanya merasa sakit hati. Meskipun perasaannya terhadap Martin sudah lama kandas, ternyata, mendengar Martin berbicara seperti ini lagi masih bisa membuatnya sedih demi perasaannya yang sudah disia-siakan.

'Irene, apa lagi yang kamu harapkan? Apakah kamu benar-benar berharap agar orang ini menyelamatkanmu?' pikir Irene sambil menertawakan dirinya sendiri dalam hati.

Sekarang, dia hanya bisa bergantung pada dirinya sendiri!

"Oh ya? Kalau begitu, aku bisa berbuat seperti ini padanya?" Erick tiba-tiba menarik Irene dan mendorong kepala Irene ke dalam sebuah kolam kecil buatan.

Dalam sekejap, air yang dingin mengalir ke dalam mulut dan hidung Irene. Perasaan sesak pun melanda dirinya.

Erick sepertinya ingin melampiaskan amarahnya yang terdahulu saat dia dihajar oleh Martin karena Irene. Pada saat ini, dia berulang kali menahan kepala Irene di dalam air sambil berseru dengan bangga, "Irene, mari kita lihat siapa yang bisa membantumu sekarang."

"Martin, Michael masih menunggu kita, kita nggak boleh membiarkannya menunggu terlalu lama." Suara Hannah samar-samar terdengar oleh Irene.

"Baiklah," jawab Martin dengan tenang.

Kata yang baru saja diucapkan Martin sama persis dengan ucapannya saat Hannah ingin melumpuhkan tangan Irene dulu.

Ucapan sesantai ini bisa menjatuhkan seseorang ke dalam neraka.

Perasaan sesak makin kuat. Sekarang, Irene bahkan sudah tidak bertenaga untuk meronta dan melawan.

Apakah dia akan meninggal? Dia tidak meninggal di dalam penjara, tapi malah akan meninggal di tempat seperti ini!

Siapa yang akan menyelamatkannya? Tidak ada ... yang bisa menyelamatkannya ....

Sekali, dua kali, air yang dingin ini berulang kali membanjiri kepalanya. Suara kepalanya didorong ke dalam air terus terdengar, tetapi tidak ada yang datang menghentikan Erick.

Hannah merangkul lengan Martin sambil berjalan ke arah tangga. Dengan sudut matanya, dia melihat Irene yang ditindas semena-mena seperti benda mati. Seulas senyuman pun tersungging di bibirnya yang merah terang.

Di tempat ini, tidak ada yang bisa menyelamatkan Irene. Kalaupun Irene tidak meninggal, dia sepertinya juga akan sekarat.

"Cukup! Bawa wanita itu ke atas!" Tiba-tiba, terdengar suara teriakan dari lantai dua.

Suara ini .... Hannah memandang ke arah lantai dua dengan tatapan tidak percaya. Sebuah sosok yang tinggi sedang berdiri di samping pilar di lantai dua. Pada saat ini, wajah yang sangat tampan itu malah menunjukkan jejak amarah yang jarang terlihat sebelumnya.

Orang itu ... adalah Michael. Pada saat ini, Michael sedang melihat ke arah Irene!

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Tinni Sumartini
ceritanya sangat bagus...saya senang membacanya..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status