Share

Bab 7

Penulis: Rizu Key
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-02 10:27:43

"Tu-Tuan!" Jelita memekik, mencoba melepaskan diri. Namun Royal terus menariknya dan membawanya ke dalam kamar.

"Ah!" Lagi-lagi gadis itu memekik saat Royal berhasil melempar tubuhnya ke atas kasur.

Jelita terkesiap. Lalu Royal kembali menindihnya. Ditatapnya lekat-lekat wajah Jelita yang ketakutan dan sedang menahan tangis.

"Apa kamu menyesal?" tanya pria itu mengejutkan Jelita.

Gadis itu memalingkan wajahnya. Ada air mata yang mulai terkumpul di kedua pelupuk matanya yang seperti boneka. Jelita menggigit bibir bawahnya.

"Sa-saya...."

Royal diam sejenak sebelum dia kembali bersuara dengan dingin, "Apa kamu akan menggugurkan anak ini?"

Jelita membelalak. Gadis itu memejamkan kedua matanya rapat-rapat. Menggugurkan anak itu berarti dia adalah seorang pembunuh. Namun, pria yang menahannya adalah calon suami paksanya.

"Kamu tidak bisa menjawab?"

Jelita masih bungkam. Dia benar-benar takut. Royal pun melepaskannya dan pria itu duduk di salah satu sisi ranjang.

"Besok bersiaplah. Kita akan menikah. Dan aku tidak mau ada penolakan," tegas Royal sebelum pria itu benar-benar pergi meninggalkan Jelita kembali sendirian di dalam kamar yang luas.

*

Pagi itu Jelita terbangun dari tidurnya. Seorang pelayan wanita yang sejak pertama dia datang ke rumah itu, terus membantunya.

"Nyonya. Saya akan membantu Anda mandi," ucap wanita bernama Bi Jum itu dengan lembut.

Jelita mengangguk dan dia segera mandi sendiri. Setelahnya Jelita disambut oleh dua orang penata rias wanita yang diundang ke kamarnya oleh Royal.

Segera, gadis itu didandani dan memakai gaun putih berenda yang telah dipilihkan oleh calon suaminya. Kini usai semua persiapan selesai, Jelita dituntun oleh Bi Jum keluar kamar dan dibawa ke aula yang ada di samping rumah mewah tersebut.

Gugup tentu saja. Jelita terus menggenggam erat lengan pelayannya saat dirinya melangkah melewati koridor rumah mewah yang terasa dingin dan sunyi.

Saat tiba di aula, Jelita segera disandingkan dengan calon suaminya yang kini berdiri gagah dengan balutan jas dan celana putih bersih yang senada dengan gaunnya. Pria itu menoleh saat calon istrinya datang.

"Silakan, Nyonya," ucap Bi Jum dengan lembut. Wanita itu mengulurkan tangan Jelita pada tuannya.

Royal menggenggam tangan lembut itu. Tangannya yang besar dan hangat kini saling bertautan dengan tangan ramping Jelita. Ditariknya perlahan gadis itu agar berdiri di sampingnya.

Tanpa banyak bicara, Royal mengajaknya duduk bersanding dengannya menghadap seorang penghulu. Kini, janji suci akan segera terucap tanpa adanya keluarga Jelita sebagai saksi.

"Tu-Tuan... Apa Anda yakin dengan memilih saya?" tanya Jelita lirih.

Royal hanya meliriknya saja. Pria itu segera memberikan isyarat pada sang penghulu. Dan tanpa menunggu persetujuan Jelita, pria itu berhasil mengucapkan janji sucinya di hadapan para saksi yang merupakan orang-orangnya.

Suasana di aula begitu tenang. Hingga akhirnya pasangan itu bertukar cincin yang telah disiapkan. Jelita menghadap suaminya yang belum pernah dia lihat rupanya.

"Kemarikan tanganmu," ucap pria itu dingin.

Jelita dengan gugup mengulurkan tangan kanannya. Lalu Royal menyematkan cincin permata itu dengan lembut. Jelita hanya diam dengan perasaan bersalah. Dia masih tak mengerti mengapa seorang bos besar yang terkenal kejam seperti Royal mau menikahi gadis buta seperti dirinya.

"Ehem!" Dehaman Royal membuyarkan lamunan Jelita. "Giliranmu," ucapnya kemudian.

Jelita dengan gugup mengangguk. Lalu Zain membantu mengulurkan kotak cincin dan Royal segera meraihnya. Dia berikan cincinnya pada Jelita.

"Ini," ucap Royal datar.

Jelita mengangguk pelan. Lalu gadis itu bergantian meraih tangan besar suaminya. Dengan hati-hati Jelita meraba-raba jemari Royal sebelum akhirnya dia bisa menyematkan cincin di jari manisnya.

"Sekarang kita sudah sah menikah. Aku tegaskan bahwa kamu adalah milikku," ucap Royal, berbisik di telinga Jelita.

Gadis itu hanya mengangguk patuh saja. Dia tak bisa membantah. Meski dalam hati terus saja merasa bersalah atas kehamilan yang tak dia inginkan.

"Selamat, Tuan dan Nyonya Alexander!" seru para bawahan Royal dan juga para pelayan yang bekerja di sana. Mereka ikut bersuka cita atas menikahnya tuan besar mereka.

"Sekarang ikut aku!" ajak Royal. Jelita lagi-lagi hanya mengangguk.

Lalu tanpa diduga, pria itu menggendong tubuhnya dan segera membawa Jelita keluar dari aula menuju ke rumah utama. Gadis itu pun mulai memeluk bahu lebar suaminya. Kini saat Royal melangkah memasuki rumah utama, Jelita kembali merasakan atmosfer yang berbeda, dingin, sunyi, dan begitu tenang. Hanya suara langkah kaki Royal yang menggema di koridor.

"Tu-Tuan...." Jelita memberanikan diri membuka suara.

Royal kini berdiri di depan pintu lift dan segera masuk membawa Jelita. Gadis itu menelan ludahnya. Saat merasakan tubuhnya bergerak perlahan menuju ke lantai dua, suasana kembali sunyi. Royal bahkan tak menanggapi panggilannya.

Setibanya di lantai dua, Royal membawa Jelita masuk ke dalam kamar pengantin mereka. Jelita dia dudukkan di salah satu sisi ranjang. Dan hal ini membuat Jelita heran. Pasalnya suaminya itu selalu melemparnya ke tengah-tengah ranjang lalu mengungkungnya.

"Tuan...." Jelita kembali memanggil.

Royal kini duduk di sampingnya. Membuat gadis itu menoleh ke arahnya.

"Jangan panggil aku Tuan. Aku bukan tuanmu," sahut Royal dingin.

Jelita menggigit bibir bawahnya. Kemudian dia kembali bersuara. "Maaf... Lalu... Saya harus memanggil Anda apa?"

Royal menaikkan sebelah alisnya. "Terserah."

Lagi-lagi jawaban Royal membuat Jelita terdiam. Lalu gadis itu kembali fokus pada pertanyaan yang sejak tadi ingin dia utarakan.

"Eummm. Sebenarnya ada yang mau saya katakan...." cicitnya. Ada sedikit keraguan yang terpancar di kedua matanya.

"Apa?" tanya Royal sembari menatap lekat-lekat wajah cantik Jelita.

Jelita meremas tangannya sendiri. Dia mulai menunduk. "Saya... Saya mau menggugurkan anak ini...." putusnya seraya menggigit bibir bawahnya. Keputusan ini tentunya begitu berat yang diambil oleh Jelita.

"Kenapa kamu mau menggugurkannya?" tanya Royal dengan tatapan tajamnya.

Jelita menarik napas sebelum menjawab. "I-itu karena... Saya sudah menikah dengan Anda. Dan... saya tidak mau Anda ikut menanggung dosa saya...." cicitnya.

"Lalu?"

"Eummm. Bagaimana pun juga anak ini ada karena kebodohan saya. Jadi Anda tidak perlu merasa terbebani. Lagi pula anak ini juga belum bernyawa, jadi tidak akan terlambat...." cicit gadis itu lagi dengan suara bergetar.

Royal menegakkan badannya. Terdengar pria itu menghela napas. "Jangan gugurkan anak itu," tegasnya.

Jelita menoleh dengan kedua mata membelalak meski tak dapat melihat wajah suaminya. "A-apa? Ta-tapi saya sudah menikah dengan Anda dan anak ini adalah kesalahan saya...." cicitnya tak percaya.

Royal menarik lengan Jelita dan membuat gadis itu kini jatuh dalam pelukannya. Diciumnya pucuk kepala Jelita dengan lembut sebelum kembali membisikkan sesuatu, "Jangan berani-berani menggugurkan anak itu," ancamnya.

"Dia adalah anakku," imbuh Royal dan tentu saja membuat Jelita semakin terkejut.

"A-apa...?"

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Buta Kesayangan Bos Besar   Bab 108

    Malam itu, Royal duduk berhadapan dengan istrinya. Kali ini mereka akan duduk saling berhadapan ketika makan. Hal ini karena Royal ingin selalu memandangi wajah istrinya."Mas...." panggil Jelita dengan kedua alis saling bertaut."Ya?" sahut Royal sembari tersenyum penuh arti."Jangan usil. Mas kan janji mau memberi tahu aku sesuatu," ucap Jelita tampak sedikit kesal.Bagaimana tidak? Sejak tadi kak Royal terus menggesek kakinya, membuat dirinya merasa geli sendiri. "Aku hanya sedang menandai punyaku," jawab pria itu dengan santainya."Dasar. Mau ditandai sampai sebanyak apa, Mas?" keluh Jelita. Pasalnya hampir setiap kali bercinta, suaminya itu selalu memberikan tanda kepemilikannya di tubuhnya yang mulus."Sebanyak yang aku mau," jawab pria itu lagi."Hm. Apa Mas mau membuatku lelah dan tak berdaya?" tanya Jelita.Royal terkejut. "Tidak. Bukan begitu, Sayang." Pria itu menarik kakinya, menjauhi kaki Jelita.Royal kemudian meraih tangan kanan istrinya dan menggenggamnya dengan lembu

  • Istri Buta Kesayangan Bos Besar   Bab 107

    Saat Royal sedang berlari meraih puncak bersama istrinya, ponsel pria itu tiba-tiba berdering. Membuat wajahnya langsung masam."Mas... ahhh. Ada telepon...." ucap Jelita di sela-sela desahannya.Royal menghentikan sejenak aktivitasnya kemudian menilik layar ponselnya. "Sebentar," ujar pria itu sembari menyambar ponsel dan menerima panggilan dari sang asisten."Tuan–""Kalau tidak penting awas kamu!" geramnya. Sementara tubuhnya masih menyatu dengan Jelita. Dan Jelita menutup mulutnya agar tidak menimbulkan suara aneh."Begini, Tuan. Saya mau melaporkan soal Jeni dan ibu kandungnya. Jeni menuntut agar ayahnya, Reno, juga diadili seberat mungkin," papar Zain.Royal mengeraskan rahangnya. Jelita pun memilih diam sembari menggigit bibir bawahnya."Kamu kan bisa mengatakannya nanti. Sudahlah. Sekarang jangan ganggu aku!" tegas Royal dingin."Ba-baik, Tuan...." Zain pun hanya bisa menurut saja.Royal melempar pelan ponselnya ke sisi ranjang. Ia lalu menatap wajah Jelita yang memerah di ba

  • Istri Buta Kesayangan Bos Besar   Bab 106

    Royal membawa istrinya naik ke lantai dua dengan menggendongnya. Jelita hanya diam sembari memeluk erat bahu lebar suaminya. Dirinya gugup.Pintu lift terbuka dengan suara 'ting' yang khas. Royal melangkah keluar, masih menggendong Jelita di pelukannya. Langkah kakinya mantap, aroma parfum di tubuhnya yang maskulin terasa begitu dekat dan lembut, membuat detak jantung Jelita semakin tak karuan. Tangan wanita itu memeluk erat bahu lebar sang suami, takut terjatuh meski ia tahu Royal tak akan membiarkan hal itu terjadi."Ada apa, hm?" tanya Royal sambil menundukkan kepala sedikit, suaranya berat namun hangat. Ia bertanya karena sedari tadi Jelita terus memandangi wajahnya.Jelita lalu menggeleng cepat, wajahnya menunduk dengan pipi yang mulai memanas. "Nggak... nggak apa-apa...." bisiknya tersipu malu.Royal hanya tersenyum tipis, tatapannya sulit dibaca. Baiklah...." Senyuman pria itu penuh arti.Sayangnya Jelita tak menyadarinya karena masih menunduk. Sementara langkah kaki Royal suda

  • Istri Buta Kesayangan Bos Besar   Bab 105

    "Jadi... Waktu itu Mas memang sengaja pergi tanpa menemuiku?" tanya Jelita. Kembali lagi ke masa kini dan Royal menjawab dengan anggukan."Ya. Aku tidak ingin kamu tahu siapa aku dan membuatmu dalam bahaya."Jelita menatap wajah suaminya. Royal begitu perhatian padanya. Lalu ia tiba-tiba merasa sedih."Mas...." panggilnya kemudian."Hm?""Apakah...." Jelita tampak ragu-ragu hendak menyampaikan apa yang ada di benaknya. Royal pun meraih tangan wanitanya dengan lembut."Ada apa?""Mas... Apakah Mas menikahiku karena balas budi padaku?" tanyanya dengan menahan perasaan sedih di dalam hatinya.Dahi Royal mengernyit. "Kenapa kamu bicara seperti itu? Tentu saja bukan. Yah... tapi aku memang berutang nyawa padamu. Hanya saja...." Pria itu mendekatkan wajahnya dan kini mengunci kedua mata Jelita.Sebuah senyuman lembut pun terukir di wajahnya. "...sejak saat itu aku memang sudah menyukaimu. Kamu begitu ceria, indah, dan berhati lembut. Aku jatuh cinta pada pandangan pertama. Sayangnya, waktu

  • Istri Buta Kesayangan Bos Besar   Bab 104

    "Kalau nggak tahu namamu, gimana aku bisa menghubungi keluargamu?""Itu tidak perlu. Aku hanya butuh beberapa hari di sini," ucap pria itu."Baiklah, terserah kamu saja. Tapi kamu harus cepat sembuh dan segera lapor ke polisi soal masalahmu itu. Ini sudah tindakan kriminal," ucap Jelita memberikan saran."Aku sudah melapor, hanya saja masalahku tak semudah yang kamu bayangkan," sahut pria itu.Jelita kembali menatapnya dengan dahi mengernyit. "Kalau begitu apakah kamu sedang dalam bahaya?"Suasana tiba-tiba sunyi. Jelita merasa aneh dengan pria tampan yang bersikap dingin padanya meski sudah ia selamatkan."Aku mau makan," ujar pria itu seolah tak mau menjawab pertanyaan gadis penolongnya."Baiklah, baiklah. Kamu makan yang banyak biar cepat sembuh," ujar Jelita sembari tersenyum lembut. Gadis itu segera menyiapkan sarapan untuk pria yang sama sekali tak ia ketahui namanya. Namun karena mereka berada di tempat umum, maka Jelita tak merasa takut. Apa lagi dokter dan perawat beberapa k

  • Istri Buta Kesayangan Bos Besar   Bab 103

    Jelita kembali menatap lekat-lekat wajah suaminya. Wajah yang seolah terasa tak asing baginya. Dahinya pun mengernyit. Lalu tangan Jelita meraih wajah tampan suaminya dan kembali meraba-raba wajah itu."Aku nggak salah ingat, atau... memang bukan...?" gumamnya."Apa maksud kamu, Sayang?" tanya Royal. Namun tatapan matanya sedikit berubah.Jelita masih terus menatap wajah suaminya, mengamati setiap inci dari ketampanan Royal yang luar biasa."Mas Royal... Beberapa tahun lalu terluka, kan?" tanya Jelita dengan kedua mata menyipit.Royal hanya bisa tersenyum. Ia tahu ingatan istrinya begitu baik sehingga bisa mengingat kejadian tersebut."Aku benar-benar, kan? Mas Royal waktu itu terluka karena ada yang mau mencelakai Mas. Jadi Mas kabur ke jalan dan hampir aku tabrak," papar Jelita lagi.Royal meraih kedua tangan istrinya lalu menggenggamnya dengan lembut. Ia kemudian mencium telapak tangan Jelita yang halus. "Ya. Itu aku...."Kedua alis Jelita terangkat. Meski tebakannya memang benar,

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status