Share

Bab 6

Penulis: Rizu Key
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-01 19:00:14

Royal tak langsung membalas ucapan Jelita. Wajahnya membatu, sorot matanya dingin seolah menelanjangi isi hati gadis di hadapannya. Jelita menyesal telah membuka aib itu. Dia terlalu jujur, terlalu ingin bersih dari dosa dengan mengungkap kebenaran. Tapi sekarang, atmosfer terasa seperti beku menusuk kulitnya. Dia pun memilih mengatupkan bibirnya. Hingga akhirnya mereka tiba di lantai dua dalam kesunyian.

"Maaf telah mengecewakan Anda...." cicit Jelita dengan suara nyaris tak terdengar. Bibirnya bergetar. Kepalanya menunduk.

Tiba-tiba, Royal menarik pinggangnya dengan cepat. Tubuh Jelita yang ramping terseret mendekat ke dada bidang pria itu. Napasnya tercekat, napas Royal terasa di dekat wajahnya. Hangat tapi menakutkan.

"Tu-Tuan?" suara Jelita tercekat.

Wajah Royal menunduk hingga hidungnya hampir menyentuh rambut wangi milik Jelita. Aroma lembut bunga menyeruak, menusuk kesadaran Royal. Tapi wajahnya tetap dingin dengan tatapan yang mengintimidasi.

"Apa kamu hamil anak orang itu?" bisik Royal dalam, tapi suaranya terdengar tajam seperti belati.

Kedua mata Jelita membelalak. Detik itu juga, tubuhnya menegang. Bayangan malam kelam itu kembali muncul, mengikis ketenangannya, menenggelamkannya ke dalam lautan rasa bersalah dan trauma. Dia gemetar. Apalagi Jelita tak tahu siapa pria yang telah menghabiskan malam itu bersamanya.

"Ha-hamil...?" gumamnya panik. Napasnya tersengal dengan tubuh bergetar.

Royal memerhatikan setiap raut wajah Jelita. Dia menangkap kepanikan di sana, ketakutan yang sangat nyata. Tapi pria itu masih saja menatap dingin ke arahnya.

"Aku tanya, apakah kamu hamil anak dari orang itu?" ulang Royal dengan nada lebih keras, lebih menekan.

Jelita menunduk, menggigit bibir bawahnya. Dia tak sanggup menghadapinya. Dadanya sesak.

"Sa-saya juga tidak tahu…"

"Kenapa tidak tahu? Jawab saja!" desak Royal.

"Ma-maaf, Tuan... Kejadiannya sekitar dua minggu lalu... Jadi saya belum tahu saya hamil atau tidak...." jawabnya lirih, nyaris berbisik.

Royal menarik tubuh Jelita lebih erat. Dia seperti ingin memastikan bahwa gadis itu tidak akan pernah bisa lari. Jelita pun mulai meronta. Dia mendorong dada Royal, mencoba menjauh.

"Tolong lepaskan saya…." pintanya dengan suara terbata.

"Kenapa? Aku sudah membelimu," sahut Royal datar namun menghunjam.

"Tapi saya...."

"Sudah tidak perawan? Lalu kenapa?" desis Royal, tatapannya tajam menusuk. "Aku tidak akan melepaskanmu begitu saja. Besok, aku akan membawamu memeriksa kehamilanmu."

Jelita terdiam. Tenggorokannya seperti disumpal batu. Dia tidak tahu apakah tubuhnya membawa benih dari pria misterius itu. Malam itu pandangannya kabur dalam kabut, tapi tubuhnya masih bisa mengingat betapa dirinya telah bercinta berulang kali dalam semalam.

"Tapi...."

"Tidak ada tapi-tapian." Royal menarik tangan Jelita setelah pintu lift terbuka dan menyeretnya ke dalam kamar mereka. Langkah Royal mantap, dingin, seolah tak ada yang bisa mengubah keputusannya.

Begitu sampai di dalam kamar, Jelita didorong ke ranjang. Tubuh mungilnya terhempas di atas kasur yang empuk, namun dia kembali terkejut saat Royal tiba-tiba menindihnya.

"Jangan!" pekik Jelita panik. Tubuhnya menggeliat, mencoba melawan.

"Kenapa? Kamu bilang sudah tidak perawan. Jadi melakukannya sebelum menikah bukan masalah, kan?" bisik Royal penuh tekanan.

Jelita membeku. "Tu-Tuan… Tapi saya dijebak… Itu bukan kemauan saya...." isaknya. Tangisnya tertahan, tapi suaranya menunjukkan betapa dirinya sangat menyesal.

Royal terdiam. Rahangnya mengeras, matanya menatap Jelita tanpa berkedip. Ada sesuatu yang berubah di sana. Ia menatap dalam-dalam mata Jelita yang berkaca-kaca, bening, dan penuh luka.

"Saya mengatakan yang sebenarnya, Tuan... Saya dijebak...." ucap Jelita lagi. Kata-katanya menggantung dalam udara penuh ketegangan.

Royal menarik napas panjang, lalu mengangkat tubuhnya dari atas Jelita. "Kalau begitu, kita lihat saja apakah kamu benar hamil atau tidak." Ia lalu pergi meninggalkan kamar itu, membiarkan Jelita sendirian dalam kekosongan dan ketakutan yang membekap.

*

Pagi datang dengan cahaya lembut, tapi bagi Jelita, hari itu adalah awal dari kehidupan yang tak pernah dia bayangkan. Rumah Royal terasa asing, megah, tapi tidak hangat karena hatinya hampa.

Jelita kini resmi tinggal di rumah pria yang telah membelinya seperti barang. Seorang wanita paruh baya bernama Bi Jum menuntunnya ke ruang makan. Di sana, Royal sudah duduk. Tampak menawan dalam balutan jas hitam dan dasi merah marun. Pria itu sedang membaca berita di tabletnya tanpa ekspresi.

Langkah Jelita terdengar lirih, tapi Royal menoleh saat menyadari kehadirannya. Tatapannya langsung menyambar gadis itu dari ujung kepala sampai kaki. "Duduk," ucapnya singkat namun berwibawa.

Dengan gugup, Jelita menurut. Sang pelayan lalu pergi, menyisakan keheningan di antara mereka berdua.

Belum sempat Jelita mengambil sendok, Royal sudah menuntun kedua tangan Jelita agar menggenggam sendok dan garpu. Sentuhannya dingin, namun menguasai.

"Saya bisa ambil sendiri...." gumam Jelita ragu.

"Kamu hanya akan makan makanan yang aku berikan. Dan kamu tidak boleh kabur dari rumah ini. Ingat itu."

Nada ancaman Royal terdengar tenang, tapi tajam. Jelita menelan ludah. Dia mengangguk, menunduk dalam diam. Lalu mulai makan, perlahan, menahan rasa sesak di dadanya.

Setelah makan, Royal bangkit, membetulkan dasinya dan berdiri di hadapan Jelita. "Hari ini aku kerja. Kamu tetap di rumah. Sore nanti kita ke rumah sakit. Jadi, jangan macam-macam."

Jelita kembali mengangguk. "Lagi pula orang buta nggak akan bisa kabur…," gumamnya lirih, hampir tak terdengar.

"Apa?" tanya Royal, menoleh cepat.

"Bu-bukan apa-apa. Hati-hati di jalan, Tuan," tukasnya cepat.

Royal hanya menatapnya sesaat sebelum pergi. Tapi sebelum benar-benar keluar, dia kembali berkata, "Zain akan mengantarkan beberapa pakaian baru untukmu."

"Pakaian baru? Tapi pakaian saya masih banyak, Tuan...."

"Jangan membantah. Kamu tinggal di rumahku, kamu harus mengikuti aturanku," sentaknya.

*

Siang harinya, Zain datang membawa kantong belanjaan dari butik mahal. Jelita terkejut. Gaun, setelan santai, bahkan pakaian dalam, semuanya pas seolah sudah diukur secara pribadi. Hal ini tentu saja membuat Jelita merasa tak nyaman.

"Buang pakaian yang lama," ucap Zain pada seorang pelayan wanita paruh baya.

Jelita menolak halus, tapi Zain hanya tersenyum sopan. "Ini perintah dari Tuan Royal, Nona."

Dengan berat hati, Jelita menerima semuanya. Dan saat sore menjelang, dia sudah berpakaian rapi. Gaun berwarna nude membingkai tubuh rampingnya. Rambutnya disisir rapi, dan wajahnya terlihat pucat menanti Royal.

'Aneh... kenapa baju ini pas sekali di tubuhku?’ pikirnya bingung.

Royal akhirnya pulang dan langsung mengajaknya ke rumah sakit. Setelah beberapa pemeriksaan, mereka menunggu. Jelita terlihat gelisah dengan jantung yang berdegup cepat. Dalam penantiannya, detik terasa menjadi jam.

Kemudian, dokter kembali. Memberikan hasil pemeriksaan kehamilan Jelita pada Royal.

Royal yang menerima berkas. "Positif. Kamu hamil," katanya tanpa ekspresi.

Jelita membeku. Dunia seperti runtuh. Ia tak bisa berkata apa-apa saat Royal menggandeng tangannya keluar dari rumah sakit tanpa bicara apa-apa lagi.

Sepanjang perjalanan, suasana di dalam mobil begitu sunyi. Jelita memeluk perutnya yang masih rata. Air matanya nyaris jatuh, namun ia menahannya.

"Tuan Royal...." Jelita memberanikan diri memanggil Royal saat mereka menaiki lift.

"Hm?" Royal hanya merespon singkat. Namun sejak tadi pandangan pria itu terus tertuju pada wajah pucat Jelita.

"Tuan ... Saya hamil, apakah Anda akan membatalkan pernikahan ini?" tanya gadis itu sembari mendongakkan wajahnya.

"Tidak."

Jelita terbelalak. "A-apa? Ta-tapi...."

Royal menarik tangan Jelita dan membawanya keluar dari lift. "Jika pria itu bisa menghamilimu, bukankah aku juga bisa?" tanyanya tajam.

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Buta Kesayangan Bos Besar   Bab 34

    Pagi hari, di pusat kota. Media-media besar mulai berdatangan ke sebuah area pemakaman keluarga terpandang. Dua liang lahat kini sudah tergali cukup dalam, tepat di sisi makam mendiang Rainer dan Ara Alexander, ayah dan ibu Royal.Kursi-kursi disusun rapi. Beberapa karangan bunga berjejer mengungkapkan bela sungkawa. Beberapa tamu mulai berdatangan, mengenakan pakaian gelap dan menunjukkan wajah penuh duka.Luis yang lemah karena syok, kini duduk di kursi roda sembari menatap nanar ke arah mobil jenazah. Pria tua itu langsung terbang ke kota tempat tinggal cucunya setelah mendengar kabar tersebut. Wajah tuanya tampak pucat dan juga diliputi kesedihan yang mendalam."Royal... Jelita... Kenapa kalian pergi secepat ini?" gumam pria tua itu, tangannya bergetar saat menggenggam lututnya. Bahkan suara juga terdengar pilu.Suasana haru tercipta, namun hanya beberapa yang benar-benar merasakannya. Sebagian besar hanyalah formalitas. Jajaran direksi Infinite Corporation turut hadir, mengenakan

  • Istri Buta Kesayangan Bos Besar   Bab 33

    "Ada apa, Mas?" tanya Jelita yang saat itu duduk di samping suaminya.Sore itu merupakan sore yang hangat. Pasangan tersebut sudah kembali ke kediaman Royal yang mewah dan lebih aman.Royal menoleh, lalu menyentuh tangan Jelita yang melingkari perutnya. "Victor sudah masuk ke dalam perangkap," jawab pria itu sembari tersenyum dan memeluk sang istri."Begitu, ya? Semoga saja dia segera tertangkap dan terbukti bersalah," ucap Jelita sembari tersenyum. Namun, ada kilatan emosi lain yang tersembunyi. Royal pun menangkapnya."Ada apa? Apa ada masalah?" tanya pria itu sembari mengusap lembut pipi Jelita.Jelita menggeleng. "Nggak ada apa-apa, kok, Mas." Jelita bersandar di dada bidang suaminya.Royal mencubit pipi Jelita. "Tenang saja. Kamu jangan khawatir. Masalah ini akan segera selesai.""Iya, Mas. Aku percaya Mas Royal bisa menyelesaikannya. Semoga juga Kakek baik-baik saja," ucap Jelita dengan senyuman lembut."Kalau begitu aku mau mandi dulu. Kamu istirahat saja, Jelly." Royal mencium

  • Istri Buta Kesayangan Bos Besar   Bab 32

    Royal tak kunjung menjawab. Terlihat jelas bahwa pria itu enggan menjawab pertanyaan dari istrinya. "Mas?" Jelita kembali memanggil suaminya. Membuat pria itu tersadar dari lamunannya. Jelita menggenggam tangan Royal dengan lembut. "Mas? Ada apa? Kenapa diam? Apakah pertanyaanku ini menyinggung Mas Royal? Maaf...." cicitnya kemudian, merasa tidak enak hati pada suaminya sendiri. Mata Royal melembut, tapi kilatan tajamnya tetap ada. "Apa kamu mau mendengarkan ceritaku?" tanya pria itu kemudian. Jelita mengangguk. "Iya." Pria itu terlihat menghela napas panjang. "Baiklah... Aku akan menceritakannya. Ini juga merupakan satu rahasiaku yang lain." Jelita kembali mengangguk dengan antusias. Royal pun gemas melihat tingkah istrinya. "Dulu... Waktu aku kecil aku seoeng dihina dan disiksa oleh keluarga Om Edwin," ujarnya membuka cerita. "Mereka kejam terhadapku dan ibuku yang berasal dari panti. Dulu, pernikahan Papah dan Mamah ditentang oleh keluarga Alexander. Tapi Papah begit

  • Istri Buta Kesayangan Bos Besar   Bab 31

    Langkah kaki Victor menggema di sepanjang koridor utama gedung Infinite Corporation. Wajahnya terlihat penuh kemenangan, senyumnya lebar, dan matanya bersinar penuh ambisi. Di tangan kanannya, dia menggenggam beberapa dokumen. Sementara surat wasiat palsunya tanpa dia ketahui sudah berada di tangan Royal."Pak Victor," sapa seorang resepsionis muda, agak gugup. "Ruangan Anda sudah disiapkan sesuai permintaan. Direksi juga akan bertemu dengan Anda jam dua siang nanti," lanjutnya.Victor mengangguk, "Bagus. Sudah saatnya aku mulai memimpin di sini. Aku akan meneruskan apa yang sepupuku tinggalkan."Dia masuk ke dalam ruangan yang telah disiapkan untuknya. Langkah tegapnya berhenti sejenak di depan pintu yang terbuka. Saat menatap ke dalam, dia melihat ruangan yang elegan, luas, dan berada di lantai tertinggi, ruangan itu biasanya digunakan untuk pertemuan internal Royal. Sekarang, semua itu akan menjadi ruangannya.Atau setidaknya, itulah yang dia kira."Bagus. Tapi, tunggu... Seharusny

  • Istri Buta Kesayangan Bos Besar   Bab 30

    Zain menunduk. Wajahnya terlihat tegang. Suaranya sempat tercekat sebelum akhirnya keluar dengan berat."Surat itu berisi pengalihan aset dan tanggung jawab penuh kepada seseorang yang mengklaim sebagai ahli waris Anda."Royal mengerutkan alisnya. Hawa di sekeliling mereka yang semula hangat karena canda tawa berubah dingin seketika. "Ahli waris?" gumam Royal dengan nada dingin.Dia memeluk Jelita lebih erat. "Aku bahkan belum memiliki anak dengan istriku," ucapnya tegas, penuh kemarahan yang ditekan.Jelita hanya mengangguk dalam pelukannya, berusaha memahami situasi. Ia sadar benar bahwa satu-satunya yang pantas menyandang gelar ahli waris adalah anak mereka yang belum lahir. Tidak ada orang lain.Royal mengangkat wajahnya, sorot matanya menusuk. "Siapa orangnya?" tanyanya dingin.Zain terlihat ragu. Tenggorokannya naik-turun, menunjukkan betapa berat nama yang akan ia sebutkan. Namun tak ada ruang untuk keraguan di depan Royal."Victor," jawabnya akhirnya, pelan, hampir tak terdeng

  • Istri Buta Kesayangan Bos Besar   Bab 29

    Jelita membulatkan kedua matanya saat mendengar panggilan baru yang meluncur dari bibir suaminya. Panggilan yang belum pernah ia dengar sebelumnya. Panggilan yang membuat dadanya mendadak sesak oleh emosi yang tak bisa ia kenali."Jelly... Istriku...."Suara Royal terdengar begitu hangat, dalam, dan penuh kelembutan yang menelusup langsung ke jantung Jelita. Pria itu meraih tangan Jelita dengan lembut, lalu mengecup telapak tangannya dengan perlahan, seolah menyematkan janji abadi lewat sentuhan itu.Jelita terdiam, tubuhnya membeku sesaat. Namun rona merah perlahan menjalar dari pipinya hingga ke kedua telinganya. Panggilan itu begitu lembut, manis, dan membuat hatinya bergetar."Jelly... Aku akan memanggilmu begitu mulai sekarang," ucap Royal lagi, kali ini lebih pelan, seperti bisikan yang hanya ingin ia bagikan pada Jelita seorang.Wajah Jelita semakin memerah. Wanita itu menarik tangannya secara refleks dan memalingkan muka ke arah lain, berusaha menyembunyikan kegugupan yang men

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status