Home / Romansa / Istri Cantik Penguasa Dingin / Kawanan yang Menghilang

Share

Kawanan yang Menghilang

Author: Komalasari
last update Last Updated: 2025-02-06 07:20:55

“Ini hanya kecelakaan kecil karena aku kurang hati-hati,” jawab Kirei. Lagi-lagi, dia berbohong. Kirei takut Dev marah dan melakukan sesuatu yang di luar batas.

“Kecelakaan kecil katamu?” Dev menatap dengan sorot tajam. Rasa tak percaya tersirat jelas dari sepasang mata cokelat pria tampan itu.

Kirei mengangguk pelan.

“Jangan berbohong di hadapanku.” Nada bicara Dev terdengar aneh dan teramat menakutkan.

“Ti-tidak. Bagaimana mungkin aku be-berani berbohong padamu.” Nyali Kirei selalu menciut ketika berhadapan langsung dengan Dev. Entah mengapa, aura pria berdarah Meksiko tersebut begitu menakutkan.

“Kalau begitu, katakan siapa yang berani melakukan ini padamu?”

“Sudah kukatakan tadi. Tidak ada!” tegas Kirei, seraya menepiskan tangan Dev dari wajahnya. “Sebaiknya, jangan ikut campur dengan urusan pribadiku!"

Setelah berkata demikian, Kirei langsung berbalik. Tak ingin diinterogasi lebih jauh oleh Dev, wanita muda itu memilih berlari menuju kamar.

Anehnya, Dev tidak mengejar untuk meminta jawaban yang belum Kirei berikan. Dia hanya terpaku menatap kepergian sang istri, kemudian memicingkan mata.

Sesaat kemudian, Dev berbalik sambil tersenyum tipis. Dia berlalu menuju ruang kerja, seraya menghubungi seseorang.

Semenara itu, Kirei memilih berdiam diri di kamar, memikirkan hidupnya yang jadi kacau. Dia merenung dalam-dalam, sampai Santi masuk dan membuyarkan seluruh lamunannya.

“Pak Dev menyuruh saya mengobati luka di wajah Mbak Kirei,” ucap Santi sopan.

“Tidak usah. Aku bisa sendiri,” tolak Kirei malas.

“Pak Dev pasti marah kalau saya ….” Santi tidak melanjutkan kalimatnya. Dia menoleh ke pintu. “Saya takut Pak Dev tiba-tiba muncul,” ucapnya lagi, setengah berbisik.

Kirei menatap Santii sesaat, sebelum mengalihkan pandangan ke kotak P3K yang dibawa wanita itu.

“Sudah berapa lama kamu bekerja di sini?” tanya Kirei penuh selidik.

“Sudah cukup lama, Mbak. Biasanya, Pak Dev lebih banyak menghabiskan waktu di luar kota. Saya heran karena sekarang dia betah berlama-lama di sini.”

“Apa sikapnya seperti itu? Maksudku ….” Kirei terdiam. Dia bingung bagaimana cara menjelaskan kepada Santi.

“Seperti apa, Mbak?”

Kirei segera menggeleng. “Lupakan,” ucapnya.

“Pak Dev jarang mengobrol. Dia tidak suka banyak basa-basi dengan siapa pun,” ucap Santi.

“Wanita?” Kirei menautkan alis.

Santi menggeleng. “Sejauh ini, saya belum pernah melihat Pak Dev membawa wanita kemari. Entah kalau di luar. Maaf, Mbak. Saya tidak bermaksud ….”

“Tidak apa-apa.” Kirei tersenyum kecil.

...............

Tiga hari berlalu, setelah kejadian pengeroyokan yang dilakukan Natasha dan teman-temannya. Luka lebam di wajah Kirei mulai memudar. Dia sudah percaya diri kembali ke kampus.

“Kalau mau pulang, hubungi saya dulu, Mbak,” pesan Rudi. “Waktu itu, saya jadi dimarahi Pak Dev.”

“Iya.” Kirei mengangguk pelan, sebelum turun dari mobil. Seperti hari sebelumnya, dia meminta Rudi menurunkannya beberapa meter dari gerbang universitas.

Sebelum melewati pintu gerbang, Kirei tertegun sejenak. Dia mempersiapkan diri untuk menghadapi keisengan Natasha dan teman-temannya.

“Aku senang. Semoga mereka menghilang selamanya. Kampus ini tidak membutuhkan Natasha dan geng tidak bergunanya itu.”

Kirei menoleh pada dua gadis yang melintas di sebelahnya, lalu menautkan alis. Dia terpaku sejenak, sebelum memberanikan diri bertanya pada dua gadis tadi. “Apa yang terjadi pada Natasha dan teman-temannya?” tanya Kirei penasaran.

“Mereka dikabarkan hilang dalam tiga hari terakhir. Kasus ini sedang ditangani pihak kepolisian,” jawab salah satu dari dua gadis itu.

“Hilang?” Kirei menatap tak mengerti.

“Ya. Mungkin mereka diculik wewe gombel karena nakal,” gurau gadis yang satu lagi. “Banyak yang berharap Natasha dan teman-teman satu gengnya tidak kembali ke kampus ini. Semua tahu seperti apa perilaku mereka.”

Kirei terpaku. Pikirannya langsung tertuju kepada Dev. Namun, dia tak pernah mengatakan apa pun tentang Natasha dan segala perilaku buruk gadis itu terhadapnya.

Kirei menggeleng pelan, mencoba membantah pikiran tadi. “Semoga bukan karena Dev,” ucapnya dalam hati, kemudian melanjutkan langkah menuju ruang kelas.

Sekitar tengah hari, jam pelajaran berakhir. Kirei melangkah tenang menyusuri koridor. Betapa damai tempat itu tanpa adanya Natasha dan teman-temannya. Pantaslah banyak yang tak mengharapkan mereka kembali.

Namun, langkah tenang Kirei tiba-tiba terusik oleh kerumunan mahasiswa. Entah apa yang jadi perhatian mereka.

Penasaran, Kirei mendekati kerumunan itu. Dari jarak beberapa langkah di belakang, dia mendengar percakapan yang membuatnya terbelalak tak percaya.

Kirei langsung berbalik, kemudian berjalan cepat keluar dari halaman kampus. Dia melanjutkan langkah ke tempat Rudi menunggu.

Setibanya di dekat mobil, Kirei langsung masuk. Setelah duduk, dia membuka layar ponsel, lalu mencari berita tentang yang didengar tadi. Tangan Kirei mendadak gemetaran.

“Apa Pak Dev ada di rumah?” tanya Kirei, mengalihkan perhatian kepada Rudi yang sudah melajukan kendaraan.

“Pak Dev baru pulang dari meninjau proyek,” jawab Rudi.

Kirei mengangguk samar. “Bisa lebih cepat? Aku ingin segera tiba di rumah,” ucapnya, kemudian mengalihkan perhatian ke luar jendela. Kirei memikirkan kata-kata yang akan diucapkan kepada sang suami.

Beberapa saat kemudian, Kirei sudah tiba di rumah. Dia bergegas masuk dan menuju ruang kerja Dev. Namun, pria itu tidak ada di sana.

Kirei berinisiatif mencari sang suami ke kamarnya. Meskipun ragu, tetapi dia memberanikan diri mengetuk pintu. "Bisa bicara sebentar?” tanyanya.

“Tentang apa? Sepenting itukah sampai mencariku kemari?” Dev memicingkan mata.

“Ya. Sangat penting.”

Kirei menatap tajam Dev. “Apa yang kamu lakukan terhadap mereka?”

“Siapa?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Cantik Penguasa Dingin   Malam Terakhir

    Kirei memejamkan mata, memasrahkan diri sepenuhnya andai harus mati di tangan Dev. Namun, setelah beberapa saat, dia tak merasakan apa pun. Tidak ada tanda-tanda belati runcing nan tajam itu menghujam ke perutnya. Akhirnya, Kirei kembali membuka mata. Dia mendapati borgol plastik yang melingkar di pergelangannya telah terpotong. “Dalam tas itu ada baju baru. Pakailah. Aku tidak mungkin membiarkanmu keluar tanpa pakaian,” ujar Dev dingin, sebelum berlalu dari hadapan Kirei. Dia menyibukkan diri sambil menunggu Kirei selesai berpakaian. Beberapa saat kemudian, Kirei sudah tampil rapi dengan celana jeans dan T-shirt hitam polos lengan pendek. “Ayo. Anak buahku sudah menunggu di lobi,” ajak Dev, seraya meraih pergelangan tangan Kirei. Dituntunnya wanita cantik itu keluar kamar. Setelah dari hotel, Dev langsung berangkat menuju ibukota. Dia tak peduli, meskipun Kirei meminta untuk mengambil beberapa barang pribadinya di tempat kost. Sedan hitam yang ditumpangi Dev dan Kirei telah mema

  • Istri Cantik Penguasa Dingin   Ujung Belati

    Kirei mendelik, lalu duduk di closet. Meskipun agak risi karena Dev memperhatikannya ketika buang air kecil, tapi dia tak punya pilihan. “Aku sudah selesai,” ucap Kirei. Dengan tangan terikat, dia tak bisa melakukan apa pun, bahkan sekadar menekan tombol flush. Apa yang seharusnya Kirei lakukan, dilakukan oleh Dev. Dia membantu wanita itu membersihkan diri. “Kamu tidak harus melakukan ini,” tolak Kirey, saat Dev menyemprotkan air ke alat vitalnya, lalu menyentuh perlahan. “Aku akan melakukan apa pun. Kamu tidak berhak melarang dan tak kuizinkan melakukan protes,” balas Dev tenang, tanpa menghentikan apa yang tengah dilakukannya. Lama-kelamaan, pikiran mesum muncul. Naluri kelelakian Dev terbangkitkan. Dia tak kuasa melawan dorongan nakal. Tak hanya membersihkan bagian sensitif Kirei, kali ini dia memasukkan jari tengah. “Jangan, Dev. Sakit ….” Kirei menatap sayu, lalu memejamkan mata. Antara nikmat dan perih bercampur jadi satu. “Nikmati rasa sakitmu,” ucap Dev pelan, tapi penu

  • Istri Cantik Penguasa Dingin   Penetrasi

    Kirei menatap tajam. Hanya itu yang bisa dilakukan, sebab keadaannya tidak memungkinkan lagi untuk memberikan perlawanan. Namun, tatapan tajam tadi perlahan berubah sendu.Seluruh harga diri Kirei telah hancur di tangan Dev. Dia tak memiliki apa pun lagi yang bisa dipertahankan. Kehidupannya jadi kacau-balau, sejak sang ayah menyerahkan masa depannya kepada pria asing berdarah dingin.Setitik air mata jatuh mengiringi kepedihan dan segala nasib sial yang menimpa Kirei. Dia pasrah, andai Dev benar-benar menghabisinya kali ini. Setelah apa yang dilakukan di Meksiko, Kirei yakin pria itu tidak akan memberi ampun lagi.“Habisi saja aku. Silakan,” ucap Kirei pasrah.“Tidak sekarang Kirei. Aku tidak akan membuatmu mati dengan mudah,” t

  • Istri Cantik Penguasa Dingin   Senyuman Iblis

    Kirei menoleh, menatap tajam pria itu. “Siapa kalian?”“Kamu tidak perlu tahu siapa kami,” ucap pria asing itu, seraya terus mengapit Kirei, memaksanya agar berjalan sesuai keinginan mereka.Belum sempat Kirei menanggapi lagi, mereka tiba di dekat sedan hitam. Salah seorang dari dua pria itu membukakan pintu untuk Kirei, lalu mempersilakannya masuk.Kirei terdiam sejenak, lalu berbalik secara tiba-tiba. Namun, dia tidak sempat melarikan diri karena geraknya tertahan oleh pria satu lagi. Mau tak mau, Kirei harus menurut. Dengan raut terpaksa, Kirei masuk ke mobil.“Hai,” sapa pria yang tak lain adalah Dev. Dia duduk tenang penuh wibawa, dengan tatapan lurus ke depan, seakan tak begitu peduli dengan Kirei yang ber

  • Istri Cantik Penguasa Dingin   Menemukan Titik Terang

    Beberapa waktu berlalu. Dev terus mengerahkan anak buahnya yang tersebar di mana-mana. Dia memfokuskan pencarian di luar Meksiko. Dev juga berkoordinasi dengan anak buahnya yang ada di Indonesia.Setelah hampir tiga bulan, akhirnya Dev mendapatkan titik terang. Anak buahnya yang berada di Indonesia memberikan kabar, bahwa mereka telah berhasil melacak keberadaan Kirei. Namun, wanita itu tidak berada di ibukota, melainkan menetap di Bandung.Dugaan Dev tidak keliru. Dia yang sejak awal telah menduga bahwa Kirei kembali ke tanah air, segera memerintahkan Luis untuk mengurus dokumen keberangkatan.“Biarkan Kirei, Nak. Jangan mengganggunya lagi,” ucap Maitea, seraya berdiri di ambang pintu kamar Dev. Dia memperhatikan sang putra, yang tengah berkemas.

  • Istri Cantik Penguasa Dingin   Sia-sia

    Dev mengerahkan seluruh anak buahnya untuk mencari Kirei ke seluruh penjuru kota. Dia menekankan kepada mereka agar tidak kembali ke markas, sebelum benar-benar yakin bahwa Kirei tidak ditemukan di manapun. Tiga hari pencarian besar-besaran dilakukan. Seakan tak ada rasa lelah, mereka memeriksa ke seluruh tempat. Namun, Kirei tak ada di mana-mana. Seperti sebelumnya, wanita itu sangat pandai menyembunyikan diri agar tak mudah ditemukan. “Kami sudah memeriksa setiap tempat dan …. Nona Kirei tidak ada di wilayah yang menjadi area pencarian kami,” lapor Mathias, yang bertugas memimpin kelompok 15. Rasa takut tersirat jelas dari parasnya, berhubung laporannya barusan pasti akan membuat Dev marah besar. “Kau yakin sudah mencari Kirei ke berbagai penjuru kota?” Dev menatap tajam Mathias yang berdiri dengan ekspresi cukup tegang.Mathias mengangguk tegas, berusaha menutupi ketakutan akan kemarahan sang tuan besar. “Aku membagi kelompok 15 jadi beberapa bagian, Tuan. Kami berpencar dan mel

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status