Istri Cantik Penguasa Dingin

Istri Cantik Penguasa Dingin

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-13
Oleh:  KomalasariOn going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
75Bab
600Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Kirei mendadak dijodohkan dan dijadikan jaminan utang kepada pria asing bernama Dev Aydin Bahran. Meski menolak, ia tak kuasa melawan. Lantas, bagaimana nasib Kirei? Terlebih saat mengetahui, Dev adalah pria dingin yang dulu pernah menyekap Kirei karena tak sengaja menjadi saksi tindak kejahatannya....

Lihat lebih banyak

Bab 1

Dua Hal yang Mengejutkan

Waktu sudah menunjukkan pukul 23.30, ketika Kirei baru pulang dari tempat kerjanya. Meskipun sebagai anak pengusaha, tetapi Kirei harus bekerja demi uang saku lebih, berhubung tak pernah mendapat perlakuan istimewa dari Sigit, sang ayah.

Malam itu, Kirei sengaja mengambil jalan pintas dengan tujuan ingin lebih cepat tiba di rumah. Namun, sialnya ada perbaikan di jalur yang akan dilewati. Kirei terpaksa harus memutar ke arah lain.

“Ya, ampun. Seharusnya, aku lewat jalan utama saja,” keluh Kirei, seraya terus menjalankan sepeda motor. Harus diakui, dia mulai takut melewati jalan sepi, dengan deretan pabrik yang dibatasi benteng tinggi.

Tepat saat akan melintas di depan salah satu pabrik paling ujung yang terbengkalai karena kebakaran, Kirei melihat dua pria menyeret kasar sesosok tubuh dari dalam pabrik tersebut, tanpa ada perlawanan. Sepertinya, orang yang diseret itu dalam kondisi pingsan, atau mungkin tidak bernyawa. Tak berselang lama, muncul pria lain melangkah gagah dari dalam pabrik. Pria itu mengenakan topi baseball, yang makin menyamarkan wajahnya.

“Bos! Ada orang!” Salah satu dari dua pria yang menyeret tadi setengah berseru.

Kirei yang sudah mendekat ke arah mereka, refleks membelokkan sepeda motor hendak berbalik arah. Namun, sialnya dia justru terjatuh. Kirei cukup kesulitan bangkit karena kakinya tertindih sepeda motor. Alhasil, seorang pria menghampiri dan langsung menamparnya dengan keras hingga pingsan.

...............

“La Lechuza.”

Sayup-sayup, Kirei mendengar perbincangan. Dia mencoba membuka mata, tetapi tak bisa karena tertutup kain. Begitu juga dengan kaki dan tangan yang sama-sama terikat.

“Seseorang! Tolong aku!” teriak Kirei begitu nyaring.

Terdengar derap langkah mendekat.

Kirei beringsut mundur. Dia teringat pada kejadian sebelum pingsan.

“Siapa di sana?” tanya Kirei, dengan suara tak selantang sebelumnya.

“Apa yang kamu lihat tadi?” tanya seorang pria bersuara berat.

“Tidak ada. Aku tidak melihat apa-apa,” jawab Kirei gugup.

“Jangan bohong. Katakan sejujurnya. Apa yang kamu lihat?” tanya pria itu tenang, tapi penuh penekanan.

“Sudah kukatakan. Tidak ada! Aku hanya kebetulan lewat di sana. Jadi, aku tidak melihat apa pun yang kalian lakukan di dalam pabrik,” bantah Kirei cukup tegas.

“Baiklah. Kita lihat seberapa jujur dirimu,” ucap si pria lagi.

Kirei terdiam sejenak, mencoba menerka yang akan pria itu lakukan. Namun, dia tak bisa membayangkan apa-apa dalam kondisi mata, tangan dan kaki terikat.

“Tolong lepaskan aku. Biarkan aku pergi,” pinta Kirei.

“Tidak semudah itu,” tolak si pria datar. “Tutup mulutmu, agar tetap aman.”

“Apa lagi? Aku sudah mengatakan yang sebenarnya.” Kirei hampir putus asa.

“Hm. Biarkan dia tetap di sini,” ucap pria itu.

“Siap, Bos.”

Tak berselang lama, terdengar suara pintu berderit. Suasana jadi sangat hening, pertanda tak ada siapa pun di sana selain Kirei.

“Ya, Tuhan. Bagaimana ini?” Kirei jadi kian resah. Terlebih, saat mendengar suara cicitan hewan pengerat yang entah dari arah mana. Kirei menarik kaki, lalu menekuknya. Rasa tak nyaman mendera hebat, berhubung posisi tangan yang terikat ke belakang. Lama-kelamaan, tubuh Kirei merosot hingga akhirnya terbaring dalam posisi meringkuk di lantai. Lelah dan mengantuk.

Kirei tak tahu apakah hari sudah berganti atau belum. Dia membuka mata perlahan. Samar, dilihatnya beberapa orang yang tengah mengerubungi dengan tatapan aneh.

“Di-di mana ini?” Kirei berusaha bangkit. Dia sudah dalam kondisi tidak terikat lagi. Namun, Kirei tertidur di pinggir jalan, dengan sepeda motor terparkir tak jauh dari tempatnya berada.

“Astaga!” Kirei bergegas bangkit, seraya melihat sekeliling. “A-aku ….” Wanita muda itu jadi serba salah.

Tak ingin terus jadi pusat perhatian, Kirei bergegas menaiki sepeda motor, lalu mengenakan helm. Dia pergi dari sana, dengan perasaan campur aduk. Kirei tak mengerti atas apa yang telah terjadi pada dirinya.

Beberapa saat kemudian, Kirei sudah tiba di rumah. Wajah ketus Astrid menyambut di teras. Kebencian terlihat jelas dari sorot matanya.

“Dari mana saja kamu? Papa menunggu sejak semalam,” tanya Astrid ketus.

“Aku ….” Kirei terdiam, tak tahu harus berkata apa.

“Sudah mulai bandel kamu, ya! angan sampai mengikuti jejak mama jadi wanita murahan.”

“Jangan bicara seperti itu, Kak. Bagaimanapun juga, kita memiliki ibu yang sama,” tegur Kirei.

“Najis! Aku tidak sudi memiliki ibu seorang wanita murahan,” cibir Astrid ketus, seraya memakai kacamata hitam. “Cepat masuk karena papa sudah menunggumu! Dia ingin bicara serius.” Setelah berkata demikian, Astrid berlalu dari hadapan Kirei, kemudian masuk ke mobil dan pergi dari sana.

Kirei terpaku sejenak, sebelum masuk ke rumah. Dia langsung ke ruang makan karena sangat lapar dan haus. Namun, baru saja duduk di meja makan, telepon genggamnya berdering.

Kirei memeriksa panggilan masuk, yang ternyata dari sang ayah. Wanita muda itu mengedarkan pandangan, sebelum menjawabnya. “Iya, Pa.”

“Ke mana saja kamu? Semalam kamu tidak pulang?” Sigit, ayahanda Kirei langsung memberondong pertanyaan dengan nada tidak bersahabat.

“Maaf, Pa. Aku harus lembur dan ___”

“Banyak alasan!” sela Sigit. “Cepat ke ruang kerja Papa! Ada hal penting yang harus kita bicarakan,” titahnya.

“Iya, Pa. Sebentar. Aku mau makan dulu.”

“Sekarang!” tegas Sigit, kemudian menutup sambungan telepon.

Kirei bergegas menuju ruang kerja Sigit. Dia mengabaikan rasa lapar.

“Ada apa, Pa?” tanya Kirei, setelah masuk.

“Bersiaplah. Nanti malam kamu akan menikah.”

“A-apa? Menikah?”

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
75 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status