Share

Mini Slip Dress

Author: Komalasari
last update Last Updated: 2025-02-06 06:11:02

Kirei hendak mundur. Namun, di belakangnya ada Sigit yang menghalangi. Alhasil, dia tidak bisa ke mana-mana.

“Duduk,” suruh Sigit pelan, tapi bernada penuh intimidasi. 

Mau tak mau, Kirei menurut. Dia duduk di sebelah Dev, yang terlihat sangat tenang. 

“Bisa dimulai sekarang?” tanya petugas yang akan menikahkan Kirei dan Dev.

Dev mengangguk penuh wibawa.

Namun, tidak dengan Kirei. Dia justru sangat tegang. 

Prosesi pernikahan dimulai. Tak seperti upacara sakral biasa, Dev dan Kirei hanya diminta menandatangani beberapa lembar dokumen, yang entah apa isinya. 

Kirei tak sempat membaca seluruh isi yang tertera dalam dokumen itu. Dia langsung membubuhkan tanda tangannya. Wanita muda itu tidak tahu apa yang akan terjadi setelah diperistri Dev. 

Beberapa saat berlalu. Petugas yang tadi menikahkan Dev dan Kirei telah pergi. 

“Kirei akan kubawa sekarang juga,” ucap Dev datar.

“Dia sudah menjadi milik Anda,” balas Sigit tanpa beban.

“Papa!” sergah Kirei, melayangkan tatapan protes terhadap Sigit. Namun, sesaat kemudian langsung tertunduk lesu, melihat sorot tajam penuh isyarat dari sang ayah. 

“Anda berhak atas diri Kirei, selama saya belum bisa melunasi utang plus bunganya,” ujar Sigit, lagi-lagi tanpa beban.

Dev tidak menanggapi. Dia menoleh sekilas kepada Kirei, sebelum kembali mengarahkan perhatian pada Sigit. “Ingat dengan perjanjian kita, Pak Sigit. Putri Anda hanya sebagai jaminan. Artinya, Anda tetap berkewajiban melunasi seluruh utang beserta bunganya.”

“Saya tidak akan lupa, Pak Dev.” Sigit mengangguk sopan. Betapa tunduk dirinya di hadapan pengusaha, yang telah menjadi suami Kirei tersebut. 

“Selama itu, aku berhak melakukan apa pun terhadap putri Anda,” ucap Dev lagi, tanpa ekspresi.

Sigit kembali mengangguk, seakan benar-benar tak peduli dengan keadaan Kirei. “Bawa saja dia,” ucapnya kemudian.

“Papa sungguh keterlaluan!” Kirei menatap tak suka. “Aku tidak mau ikut dengannya. Dia ….” Kirei menatap Dev dengan sorot tak dapat diartikan. 

Dev membalas tatapan Kirei. Namun, dia tidak terpengaruh sama sekali. Pria tampan dengan tinggi 185 cm itu berbalik sambil meraih pergelangan tangan Kirei, menuntunnya pergi dari sana. 

“Tidak! Lepaskan aku!” Kirei berusaha menyingkirkan tangan Dev dari pergelangannya. 

Namun, Dev tidak menggubris. Pria itu terus melangkah gagah, hingga tiba di dekat mobil SUV hitam yang terparkir di halaman. 

Seorang pria berjas hitam yang berdiri dekat mobil itu, segera membukakan pintu untuk Dev. “Langsung pulang, Pak?” tanyanya, setelah Dev dan Kirei duduk di jok tengah.

Dev mengangguk samar.

Tak berselang lama, SUV hitam itu melaju gagah meninggalkan halaman kediaman sigit. 

Selama dalam perjalanan, Kirei tidak bersuara sedikit pun. Kembali terbayang dalam ingatannya, ketika disekap di ruangan gelap juga pengap, dalam keadaan terikat dan mata tertutup. 

“Kenapa kamu tegang sekali?” tanya Dev, seraya melirik Kirei. Nada bicaranya sama persis, seperti yang wanita muda itu dengar kemarin malam.

Kirei memberanikan diri menoleh. “Kamu kah pria itu?” Suaranya agak parau karena gugup.

Dev tersenyum simpul. “Pendengaran serta daya ingatmu sangat baik,” ucapnya datar.

“Ya, Tuhan. Apa yang papa lakukan? Kenapa dia menyerahkanku pada pria sepertimu?” gumam Kirei, seraya menunduk. 

“Kebetulan sekali. Dengan begitu, aku tidak akan kesulitan dalam mengawasimu,” ujar Dev, masih dengan gaya bicaranya yang aneh. Datar dan agak dingin.

Kirei menggeleng kencang. “Sudah kukatakan. Aku tidak melihat apa pun malam itu!” tegasnya., seraya kembali menoleh kepada Dev.

“Aku tidak akan mengambil risiko. Ini jauh lebih baik,” ucap Dev, seraya mengarahkan perhatian ke depan. 

“Tidak untukku. Aku tidak merasa baik.” Kirei memalingkan wajah, menatap ke luar jendela. 

Tak berselang lama, SUV hitam itu telah tiba di depan rumah dua lantai yang terlihat unik. Rumah itu berada di pinggiran kota, sehingga suasana di sekitarnya terasa masih asri dan cukup sepi. 

Dev keluar terlebih dulu, sebelum membantu Kirei turun. Tanpa banyak bicara, dia langsung menuntun wanita muda berambut panjang itu masuk. 

Ketika sudah berada di dalam rumah, seorang wanita dengan rentang usia seperti Kirei datang menghadap. Dia adalah Santi, satu-satunya asisten rumah tangga di sana. 

“Ini Kirei. Mulai sekarang, dia akan tinggal di sini. Layani dengan baik segala hal yang dibutuhkannya,” ucap Dev penuh wibawa.ria 

Santi mengangguk. “Baik, Pak," ucapnya sopan.

“Tunjukkan kamar yang sudah disiapkan untuknya,” titah Dev, sebelum berlalu dari ruang tamu. 

“Untukku?” gumam Kirei, kemudian menoleh kepada Dev yang sudah menjauh beberapa langkah. “Apa kita tidur di kamar terpisah?” tanya Kirei cukup nyaring.

Dev menghentikan langkah, kemudian menoleh. “Ya,” jawabnya singkat. 

“Ya. Itu lebih baik,” ucap Kirei lega. Setidaknya, dia tak harus terus berdekatan dengan Dev.

Dev tersenyum kecil, sebelum berbalik. 

Sesaat kemudian, Kirei sudah berada di kamar yang disediakan untuknya. Dia tidak berganti pakaian karena tak membawa baju sehelai pun. 

“Konyol," gumam Kirei, diiringi gelengan tak percaya. Baru saja akan memeriksa setiap sudut kamar itu, tiba-tiba ada seseorang yang membuka pintu. 

Dev masuk sambil membawa paper bag berwarna merah hati, lalu meletakkannya di kasur. “Baju untukmu,” uucanya datar.

“Syukurlah.” Kirei langsung memeriksa isi paper bag itu dengan antusias. Namun, tiba-tiba dia terpaku. “Apa ini?” Kirei memperhatikan mini slip dress satin merah, dengan tepian berenda.

“Pakailah,” suruh Dev tenang.

Kirei menatap protes.

“Ini adalah malam pertama kita, Kirei."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Cantik Penguasa Dingin   Malam Terakhir

    Kirei memejamkan mata, memasrahkan diri sepenuhnya andai harus mati di tangan Dev. Namun, setelah beberapa saat, dia tak merasakan apa pun. Tidak ada tanda-tanda belati runcing nan tajam itu menghujam ke perutnya. Akhirnya, Kirei kembali membuka mata. Dia mendapati borgol plastik yang melingkar di pergelangannya telah terpotong. “Dalam tas itu ada baju baru. Pakailah. Aku tidak mungkin membiarkanmu keluar tanpa pakaian,” ujar Dev dingin, sebelum berlalu dari hadapan Kirei. Dia menyibukkan diri sambil menunggu Kirei selesai berpakaian. Beberapa saat kemudian, Kirei sudah tampil rapi dengan celana jeans dan T-shirt hitam polos lengan pendek. “Ayo. Anak buahku sudah menunggu di lobi,” ajak Dev, seraya meraih pergelangan tangan Kirei. Dituntunnya wanita cantik itu keluar kamar. Setelah dari hotel, Dev langsung berangkat menuju ibukota. Dia tak peduli, meskipun Kirei meminta untuk mengambil beberapa barang pribadinya di tempat kost. Sedan hitam yang ditumpangi Dev dan Kirei telah mema

  • Istri Cantik Penguasa Dingin   Ujung Belati

    Kirei mendelik, lalu duduk di closet. Meskipun agak risi karena Dev memperhatikannya ketika buang air kecil, tapi dia tak punya pilihan. “Aku sudah selesai,” ucap Kirei. Dengan tangan terikat, dia tak bisa melakukan apa pun, bahkan sekadar menekan tombol flush. Apa yang seharusnya Kirei lakukan, dilakukan oleh Dev. Dia membantu wanita itu membersihkan diri. “Kamu tidak harus melakukan ini,” tolak Kirey, saat Dev menyemprotkan air ke alat vitalnya, lalu menyentuh perlahan. “Aku akan melakukan apa pun. Kamu tidak berhak melarang dan tak kuizinkan melakukan protes,” balas Dev tenang, tanpa menghentikan apa yang tengah dilakukannya. Lama-kelamaan, pikiran mesum muncul. Naluri kelelakian Dev terbangkitkan. Dia tak kuasa melawan dorongan nakal. Tak hanya membersihkan bagian sensitif Kirei, kali ini dia memasukkan jari tengah. “Jangan, Dev. Sakit ….” Kirei menatap sayu, lalu memejamkan mata. Antara nikmat dan perih bercampur jadi satu. “Nikmati rasa sakitmu,” ucap Dev pelan, tapi penu

  • Istri Cantik Penguasa Dingin   Penetrasi

    Kirei menatap tajam. Hanya itu yang bisa dilakukan, sebab keadaannya tidak memungkinkan lagi untuk memberikan perlawanan. Namun, tatapan tajam tadi perlahan berubah sendu.Seluruh harga diri Kirei telah hancur di tangan Dev. Dia tak memiliki apa pun lagi yang bisa dipertahankan. Kehidupannya jadi kacau-balau, sejak sang ayah menyerahkan masa depannya kepada pria asing berdarah dingin.Setitik air mata jatuh mengiringi kepedihan dan segala nasib sial yang menimpa Kirei. Dia pasrah, andai Dev benar-benar menghabisinya kali ini. Setelah apa yang dilakukan di Meksiko, Kirei yakin pria itu tidak akan memberi ampun lagi.“Habisi saja aku. Silakan,” ucap Kirei pasrah.“Tidak sekarang Kirei. Aku tidak akan membuatmu mati dengan mudah,” t

  • Istri Cantik Penguasa Dingin   Senyuman Iblis

    Kirei menoleh, menatap tajam pria itu. “Siapa kalian?”“Kamu tidak perlu tahu siapa kami,” ucap pria asing itu, seraya terus mengapit Kirei, memaksanya agar berjalan sesuai keinginan mereka.Belum sempat Kirei menanggapi lagi, mereka tiba di dekat sedan hitam. Salah seorang dari dua pria itu membukakan pintu untuk Kirei, lalu mempersilakannya masuk.Kirei terdiam sejenak, lalu berbalik secara tiba-tiba. Namun, dia tidak sempat melarikan diri karena geraknya tertahan oleh pria satu lagi. Mau tak mau, Kirei harus menurut. Dengan raut terpaksa, Kirei masuk ke mobil.“Hai,” sapa pria yang tak lain adalah Dev. Dia duduk tenang penuh wibawa, dengan tatapan lurus ke depan, seakan tak begitu peduli dengan Kirei yang ber

  • Istri Cantik Penguasa Dingin   Menemukan Titik Terang

    Beberapa waktu berlalu. Dev terus mengerahkan anak buahnya yang tersebar di mana-mana. Dia memfokuskan pencarian di luar Meksiko. Dev juga berkoordinasi dengan anak buahnya yang ada di Indonesia.Setelah hampir tiga bulan, akhirnya Dev mendapatkan titik terang. Anak buahnya yang berada di Indonesia memberikan kabar, bahwa mereka telah berhasil melacak keberadaan Kirei. Namun, wanita itu tidak berada di ibukota, melainkan menetap di Bandung.Dugaan Dev tidak keliru. Dia yang sejak awal telah menduga bahwa Kirei kembali ke tanah air, segera memerintahkan Luis untuk mengurus dokumen keberangkatan.“Biarkan Kirei, Nak. Jangan mengganggunya lagi,” ucap Maitea, seraya berdiri di ambang pintu kamar Dev. Dia memperhatikan sang putra, yang tengah berkemas.

  • Istri Cantik Penguasa Dingin   Sia-sia

    Dev mengerahkan seluruh anak buahnya untuk mencari Kirei ke seluruh penjuru kota. Dia menekankan kepada mereka agar tidak kembali ke markas, sebelum benar-benar yakin bahwa Kirei tidak ditemukan di manapun. Tiga hari pencarian besar-besaran dilakukan. Seakan tak ada rasa lelah, mereka memeriksa ke seluruh tempat. Namun, Kirei tak ada di mana-mana. Seperti sebelumnya, wanita itu sangat pandai menyembunyikan diri agar tak mudah ditemukan. “Kami sudah memeriksa setiap tempat dan …. Nona Kirei tidak ada di wilayah yang menjadi area pencarian kami,” lapor Mathias, yang bertugas memimpin kelompok 15. Rasa takut tersirat jelas dari parasnya, berhubung laporannya barusan pasti akan membuat Dev marah besar. “Kau yakin sudah mencari Kirei ke berbagai penjuru kota?” Dev menatap tajam Mathias yang berdiri dengan ekspresi cukup tegang.Mathias mengangguk tegas, berusaha menutupi ketakutan akan kemarahan sang tuan besar. “Aku membagi kelompok 15 jadi beberapa bagian, Tuan. Kami berpencar dan mel

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status