Share

Bab 6 CEO atau Pangeran Arab?

Ingin rasanya Freya menyumpal mulut kedua orang yang ada di depannya, akan tetapi ia berusaha untuk meredam emosi yang bergejolak di dalam hati, karena tidak mau jika sampai terpancing keusilan mereka, dan pada akhirnya dia sendiri yang akan rugi.

"Sabar Freya!" Freya berusaha menghibur diri sendiri dalam hati.

Ketika suasana di dalam ruangan itu sudah tidak nyaman, dan membuat Freya semakin tertekan. Tiba-tiba saja terlihat seorang wanita memasuki ruangan seraya membawa map hitam di tangannya.

"Nona Freya Anastasya!" Panggilnya.

Freya tersontak, begitu juga dengan Khatrine dan Hellian. Mereka semua menoleh ke arah sumber suara yang berasal dari depan pintu.

"I-iya saya," sahut Freya, lalu beranjak dari tempat duduk seraya memeluk erat beberapa berkas.

Hellian dan Kathrine menyergitkan dahi, bahkan mereka saling menatap satu sama lain dengan penuh keheranan. Ketika wanita itu memanggil Freya.

"Silahkan ikut dengan saya, CEO sudah menunggu anda di ruangannya," ucap wanita itu, yang bernama Mandy, tak lain adalah asisten kepercayaan sang pemilik perusahaan.

Seketika netra Freya yang berkaca-kaca berubah menjadi berbinar, di saat namanya terpanggil lebih dulu.

Tentu saja hal itu membuat Katherine dan Hellian tak terima, bagaimana bisa mereka dari perusahaan ternama malah di dahului oleh seorang Freya.

"Tunggu, apa kau tidak salah panggil? Kami ini dari Company Grup. Seharusnya aku perwakilannya di panggil lebih dulu dari pada dia," protes Katherine melayangkan jari telunjuk tepat ke arah Freya, seraya menatap tidak suka.

"Kathrine benar, apa kau tidak bilang bahwa aku ini pimpinan dari Company Grup. Seharusnya kami yang lebih di utamakan," sambung Hellian.

Freya menghela nafas panjang, sungguh rasanya ia begitu kesal dan lelah. Ketika kedua orang itu selalu membuat kegaduhan.

"Maaf tuan, nona. Saya hanya menjalankan perintah dari tuan CEO saja, beliau menilai desain dari hasil objektif saja. Jadi saya harap, kalian berdua sabar saja dulu untuk menunggu, mari nona Freya ikuti saya," tegas wanita itu, lalu mengajak Freya untuk mengikutinya.

Freya mengangguk dan hanya memancarkan seulas senyuman tipis di wajah cantiknya, lalu menoleh ke arah mantan bos dan mantan rekan seprofesinya itu.

"Tuan, Nona Khatrine. Saya duluan ya," pamit Freya dengan nada menyindir dan memancarkan senyum penuh kemenangan.

Darah Kathrine mendidih, ia tidak terima ketika melihat Freya lebih dulu melakukan interview.

"Sayang! Kamu liat kan, kenapa bisa wanita jalang itu lebih dulu di panggil dari pada aku? Katanya kamu banyak mengenal relasi perusahan ini, tapi kenapa sekarang malah begini," Kathrine mengerucutkan bibir. Ia marah dan melampiaskannya pada sang kekasih.

"Khatrine, sabarlah. Paling-paling dia nanti akan di usir karena skandalnya itu." Hellian berusaha menenangkan Kathrine.

Katherine pun hanya terdiam, dan memutar kedua mata malasnya karena kesal.

***

Freya menghela nafas lega, setelah berhasil menghindari keusilan kedua orang menyebalkan tadi, ia berjalan mengikuti Mandy menyusuri lobi, mengarah ke ruangan CEO yang berada di lantai dua.

Wanita cantik itu juga tidak lupa untuk berterima kasih, akan tetapi Mandy hanya mengatakan jika dirinya hanya menjalankan tugas saja.

Setelah sampai di ruangan CEO, Mandy mengetuk pintu. Lalu terdengar suara bariton pria yang menyuruhnya untuk segera masuk.

Setelah mendapatkan ijin dari sang bos, Mandy membuka pintu dan mempersilahkan Freya juga untuk ikut.

"CEO, maaf menggangu waktu anda, sesuai perintah. Sekarang nona Freya sudah datang," ucap sang asisten memberitahukan, dengan penuh rasa hormat.

Freya terlihat begitu tegang dan gugup, rasanya ia begitu nervous entah orang seperti apa pemilik perusahaan besar ini, pikirannya.

"Hm, kau boleh pergi Mandy."

"Baik tuan."

Mandy undur diri, sementara di ruangan besar dan mewah itu hanya ada Freya dan sang pemilik perusahaan. Suasana di dalam masih terasa hening dan canggung, Freya yang penasaran pun mengerutkan kedua alisnya, entah sosok orang seperti apa yang masih membelakanginya itu.

"Nona Freya Anastasya, usia 20 tahun Lulusan universitas designer Berlin. Merintis karier pertama di Company Grup selama tiga tahun." Ucap Pria itu membacakan biodata Freya, dengan sangat detail, sembari memutar kursi kebesarannya dan membidik ke arah Freya yang masih berdiri di hadapannya.

Freya terkejut, saat melihat sosok pria yang ada di depan. Seorang pria yang berpenampilan rapih dengan tuxedo hitam, seraya memakai masker, kacamata hitam dan bandana di kepala.

"Ya ampun, apa dia benar-benar CEO di perusahaan besar ini? Atau pangeran Arab ya? Bagaimana bisa di ruang ber-AC seperti ini memakai masker, kacamata hitam? Seperti di pantai saja, belum lagi asesoris yang ada di kepalanya itu," Freya meracau dalam hati dan tak habis pikir.

Rasanya ia merasa aneh, ketika pertama bertemu dan melihat pemilik perusahaan terbesar, yang konon katanya terkenal sangat hebat dan tak tertandingi dalam dunia bisnis Fashion.

"Belum lagi suaranya itu kenapa ya?" Freya bertanya lagi dalam hati, untuk yang kedua kalinya.

Melihat Freya yang malah bengong, membuat Dave Alexander yang tak lain adalah seorang Damian. Menggeleng-gelengkan kepala dan..

"Nona Freya! Apa kau mendengar perkataanku tadi?" Tanya Dave, dengan nada suara berat yang sedikit membentak.

Freya terhenyak kaget, kini ia mengesampingkan semua pertanyaan yang ada di dalam benaknya.

"Ah iya tu-tuan, semua yang anda katakan benar. Tidak ada yang keliru," sahut Freya dengan nada terbata-bata.

"Hm, kalau begitu silahkan duduk. Dan jelaskan semua arti desain dress-mu ini, berikan alasan kenapa perusahaan harus menerima hasil gambar desain kamu?!" Dave sengaja mencecar beberapa pertanyaan, karena ia begitu ingin tahu sejauh mana kemampuan Freya, untuk meyakinkan jika hasil desainnya layak untuk di terima.

Freya hanya mengangguk patuh, lalu ia duduk berhadapan dengan Dave. Baginya melakukan interview bukanlah pertama kali. Dengan tutur kata yang lembut, ia mulai menjelaskan apa makna dari gambar dress yang ia buat dengan begitu santai.

Melihat kepiawaian Freya, membuat Dave terkejut dan meninggalkan rasa kagum dari dalam hati. Setelah Freya selesai memperkenalkan diri, dan mengartikan dress hasil desainnya.

Namun satu hal lagi yang ingin di tanyakan oleh Dave.

"Nona Freya, aku suka dengan karakter yang berhasil kamu bangun di dalam desainmu ini, tapi bisakah kamu jelaskan, kenapa kamu lebih memilih untuk punggung dress ini lebih terbuka, di bandingkan bagian depannya?" Tanya Dave penasaran.

Freya tersenyum, lalu ia mulai menjelaskan bahwa seorang wanita bisa terlihat cantik dan sexy tanpa harus menonjolkan setiap bentuk lekuk tubuhnya, terutama perempuan yang sudah mempunyai pasangan. Memperlihatkan punggung yang indah akan lebih elegan dan terkesan glamor.

Lagi-lagi Dave di buat kagum, cara berpikir Freya. Tanpa membuang waktu lagi kini lelaki itu mengulurkan tangannya dan...

"Nona Freya, anda wanita yang sangat cerdas dan unik. Selamat bergabung di perusahaan ini!"

Freya tertegun, rasanya ia tak percaya dengan apa yang barusan ia dengar.

"Ma-maksud tuan, saya di terima kerja di perusahaan anda?" Tanya Freya untuk memastikan. Seraya menatap lawan bicaranya dengan netra yang berkaca-kaca.

"Hm, iya. Mulai besok kau boleh langsung bekerja dan datang tepat waktu, untuk hari ini cukup sampai di sini saja," Dave mempersilahkan Freya untuk meninggalkan ruangan.

Freya pun beranjak dari tempat duduknya, dengan senyuman sumringah yang terpancar di wajahnya. Tak lupa ia juga membalas jabatan tangan Dave, bahkan ia juga sangat berterima kasih. Karena sudah menerimanya bekerja sebagai designer lagi.

Setelah semua selesai, akhirnya Freya undur diri. Saking senangnya perempuan cantik itu yang masih berada di dalam ruangan, dengan cepatnya ia menelpon suaminya, untuk memberi kabar gembira dan tak lupa mengucapkan terima kasih.

Drrrtt...drrttt..

Panggilan pun terhubung, dan di waktu yang sama tiba-tiba suara nada dering ponsel berbunyi di arah meja kebesaran sang CEO.

Langkah Freya terhenti, lalu ia memutar badan. Begitu juga dengan Dave Alexander yang tak kalah kagetnya. Keduanya saling menatap walaupun kedua pelupuk mata lelaki itu terhalang oleh kacamata hitamnya. Suasana di antara mereka begitu canggung.

"Itu!" Freya begitu penasaran, ia mencoba untuk melirik ke arah benda pipih yang ada di atas meja yang masih terus bergetar. Karena bagaimana bisa begitu kebetulan, di saat ia menelpon malah bersamaan dengan bunyinya ponsel atasan barunya.

"Nona Freya! untuk apa kau masih di sini? Bukankah urusan kita sudah selesai, sekarang cepatlah pergi. Jangan membuang waktuku lagi," usir Dave dengan nada tinggi, bahkan ia mengarahkan jari telunjuknya ke arah pintu, dengan rasa panik yang menyelimuti dirinya.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Fitri Dewi
bagus juga ceritanya
goodnovel comment avatar
jackwinderspin
hahahaha lucu suami istri ini
goodnovel comment avatar
z#ssdffggi
lumayan bikin penasaran
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status