Ingin rasanya Freya menyumpal mulut kedua orang yang ada di depannya, akan tetapi ia berusaha untuk meredam emosi yang bergejolak di dalam hati, karena tidak mau jika sampai terpancing keusilan mereka, dan pada akhirnya dia sendiri yang akan rugi.
"Sabar Freya!" Freya berusaha menghibur diri sendiri dalam hati.Ketika suasana di dalam ruangan itu sudah tidak nyaman, dan membuat Freya semakin tertekan. Tiba-tiba saja terlihat seorang wanita memasuki ruangan seraya membawa map hitam di tangannya."Nona Freya Anastasya!" Panggilnya.Freya tersontak, begitu juga dengan Khatrine dan Hellian. Mereka semua menoleh ke arah sumber suara yang berasal dari depan pintu."I-iya saya," sahut Freya, lalu beranjak dari tempat duduk seraya memeluk erat beberapa berkas.Hellian dan Kathrine menyergitkan dahi, bahkan mereka saling menatap satu sama lain dengan penuh keheranan. Ketika wanita itu memanggil Freya."Silahkan ikut dengan saya, CEO sudah menunggu anda di ruangannya," ucap wanita itu, yang bernama Mandy, tak lain adalah asisten kepercayaan sang pemilik perusahaan.Seketika netra Freya yang berkaca-kaca berubah menjadi berbinar, di saat namanya terpanggil lebih dulu.Tentu saja hal itu membuat Katherine dan Hellian tak terima, bagaimana bisa mereka dari perusahaan ternama malah di dahului oleh seorang Freya."Tunggu, apa kau tidak salah panggil? Kami ini dari Company Grup. Seharusnya aku perwakilannya di panggil lebih dulu dari pada dia," protes Katherine melayangkan jari telunjuk tepat ke arah Freya, seraya menatap tidak suka."Kathrine benar, apa kau tidak bilang bahwa aku ini pimpinan dari Company Grup. Seharusnya kami yang lebih di utamakan," sambung Hellian.Freya menghela nafas panjang, sungguh rasanya ia begitu kesal dan lelah. Ketika kedua orang itu selalu membuat kegaduhan."Maaf tuan, nona. Saya hanya menjalankan perintah dari tuan CEO saja, beliau menilai desain dari hasil objektif saja. Jadi saya harap, kalian berdua sabar saja dulu untuk menunggu, mari nona Freya ikuti saya," tegas wanita itu, lalu mengajak Freya untuk mengikutinya.Freya mengangguk dan hanya memancarkan seulas senyuman tipis di wajah cantiknya, lalu menoleh ke arah mantan bos dan mantan rekan seprofesinya itu."Tuan, Nona Khatrine. Saya duluan ya," pamit Freya dengan nada menyindir dan memancarkan senyum penuh kemenangan.Darah Kathrine mendidih, ia tidak terima ketika melihat Freya lebih dulu melakukan interview."Sayang! Kamu liat kan, kenapa bisa wanita jalang itu lebih dulu di panggil dari pada aku? Katanya kamu banyak mengenal relasi perusahan ini, tapi kenapa sekarang malah begini," Kathrine mengerucutkan bibir. Ia marah dan melampiaskannya pada sang kekasih."Khatrine, sabarlah. Paling-paling dia nanti akan di usir karena skandalnya itu." Hellian berusaha menenangkan Kathrine.Katherine pun hanya terdiam, dan memutar kedua mata malasnya karena kesal.***Freya menghela nafas lega, setelah berhasil menghindari keusilan kedua orang menyebalkan tadi, ia berjalan mengikuti Mandy menyusuri lobi, mengarah ke ruangan CEO yang berada di lantai dua.Wanita cantik itu juga tidak lupa untuk berterima kasih, akan tetapi Mandy hanya mengatakan jika dirinya hanya menjalankan tugas saja.Setelah sampai di ruangan CEO, Mandy mengetuk pintu. Lalu terdengar suara bariton pria yang menyuruhnya untuk segera masuk.Setelah mendapatkan ijin dari sang bos, Mandy membuka pintu dan mempersilahkan Freya juga untuk ikut."CEO, maaf menggangu waktu anda, sesuai perintah. Sekarang nona Freya sudah datang," ucap sang asisten memberitahukan, dengan penuh rasa hormat.Freya terlihat begitu tegang dan gugup, rasanya ia begitu nervous entah orang seperti apa pemilik perusahaan besar ini, pikirannya."Hm, kau boleh pergi Mandy.""Baik tuan."Mandy undur diri, sementara di ruangan besar dan mewah itu hanya ada Freya dan sang pemilik perusahaan. Suasana di dalam masih terasa hening dan canggung, Freya yang penasaran pun mengerutkan kedua alisnya, entah sosok orang seperti apa yang masih membelakanginya itu."Nona Freya Anastasya, usia 20 tahun Lulusan universitas designer Berlin. Merintis karier pertama di Company Grup selama tiga tahun." Ucap Pria itu membacakan biodata Freya, dengan sangat detail, sembari memutar kursi kebesarannya dan membidik ke arah Freya yang masih berdiri di hadapannya.Freya terkejut, saat melihat sosok pria yang ada di depan. Seorang pria yang berpenampilan rapih dengan tuxedo hitam, seraya memakai masker, kacamata hitam dan bandana di kepala."Ya ampun, apa dia benar-benar CEO di perusahaan besar ini? Atau pangeran Arab ya? Bagaimana bisa di ruang ber-AC seperti ini memakai masker, kacamata hitam? Seperti di pantai saja, belum lagi asesoris yang ada di kepalanya itu," Freya meracau dalam hati dan tak habis pikir.Rasanya ia merasa aneh, ketika pertama bertemu dan melihat pemilik perusahaan terbesar, yang konon katanya terkenal sangat hebat dan tak tertandingi dalam dunia bisnis Fashion."Belum lagi suaranya itu kenapa ya?" Freya bertanya lagi dalam hati, untuk yang kedua kalinya.Melihat Freya yang malah bengong, membuat Dave Alexander yang tak lain adalah seorang Damian. Menggeleng-gelengkan kepala dan.."Nona Freya! Apa kau mendengar perkataanku tadi?" Tanya Dave, dengan nada suara berat yang sedikit membentak.Freya terhenyak kaget, kini ia mengesampingkan semua pertanyaan yang ada di dalam benaknya."Ah iya tu-tuan, semua yang anda katakan benar. Tidak ada yang keliru," sahut Freya dengan nada terbata-bata."Hm, kalau begitu silahkan duduk. Dan jelaskan semua arti desain dress-mu ini, berikan alasan kenapa perusahaan harus menerima hasil gambar desain kamu?!" Dave sengaja mencecar beberapa pertanyaan, karena ia begitu ingin tahu sejauh mana kemampuan Freya, untuk meyakinkan jika hasil desainnya layak untuk di terima.Freya hanya mengangguk patuh, lalu ia duduk berhadapan dengan Dave. Baginya melakukan interview bukanlah pertama kali. Dengan tutur kata yang lembut, ia mulai menjelaskan apa makna dari gambar dress yang ia buat dengan begitu santai.Melihat kepiawaian Freya, membuat Dave terkejut dan meninggalkan rasa kagum dari dalam hati. Setelah Freya selesai memperkenalkan diri, dan mengartikan dress hasil desainnya.Namun satu hal lagi yang ingin di tanyakan oleh Dave."Nona Freya, aku suka dengan karakter yang berhasil kamu bangun di dalam desainmu ini, tapi bisakah kamu jelaskan, kenapa kamu lebih memilih untuk punggung dress ini lebih terbuka, di bandingkan bagian depannya?" Tanya Dave penasaran.Freya tersenyum, lalu ia mulai menjelaskan bahwa seorang wanita bisa terlihat cantik dan sexy tanpa harus menonjolkan setiap bentuk lekuk tubuhnya, terutama perempuan yang sudah mempunyai pasangan. Memperlihatkan punggung yang indah akan lebih elegan dan terkesan glamor.Lagi-lagi Dave di buat kagum, cara berpikir Freya. Tanpa membuang waktu lagi kini lelaki itu mengulurkan tangannya dan..."Nona Freya, anda wanita yang sangat cerdas dan unik. Selamat bergabung di perusahaan ini!"Freya tertegun, rasanya ia tak percaya dengan apa yang barusan ia dengar."Ma-maksud tuan, saya di terima kerja di perusahaan anda?" Tanya Freya untuk memastikan. Seraya menatap lawan bicaranya dengan netra yang berkaca-kaca."Hm, iya. Mulai besok kau boleh langsung bekerja dan datang tepat waktu, untuk hari ini cukup sampai di sini saja," Dave mempersilahkan Freya untuk meninggalkan ruangan.Freya pun beranjak dari tempat duduknya, dengan senyuman sumringah yang terpancar di wajahnya. Tak lupa ia juga membalas jabatan tangan Dave, bahkan ia juga sangat berterima kasih. Karena sudah menerimanya bekerja sebagai designer lagi.Setelah semua selesai, akhirnya Freya undur diri. Saking senangnya perempuan cantik itu yang masih berada di dalam ruangan, dengan cepatnya ia menelpon suaminya, untuk memberi kabar gembira dan tak lupa mengucapkan terima kasih.Drrrtt...drrttt..Panggilan pun terhubung, dan di waktu yang sama tiba-tiba suara nada dering ponsel berbunyi di arah meja kebesaran sang CEO.Langkah Freya terhenti, lalu ia memutar badan. Begitu juga dengan Dave Alexander yang tak kalah kagetnya. Keduanya saling menatap walaupun kedua pelupuk mata lelaki itu terhalang oleh kacamata hitamnya. Suasana di antara mereka begitu canggung."Itu!" Freya begitu penasaran, ia mencoba untuk melirik ke arah benda pipih yang ada di atas meja yang masih terus bergetar. Karena bagaimana bisa begitu kebetulan, di saat ia menelpon malah bersamaan dengan bunyinya ponsel atasan barunya."Nona Freya! untuk apa kau masih di sini? Bukankah urusan kita sudah selesai, sekarang cepatlah pergi. Jangan membuang waktuku lagi," usir Dave dengan nada tinggi, bahkan ia mengarahkan jari telunjuknya ke arah pintu, dengan rasa panik yang menyelimuti dirinya.Satu hari kemudian, Di sebuah gedung besar dan mewah terlihat dekorasi pernikahan yang sangat mewah, semua para pelayan tengah sibuk menyambut para tamu yang sudah berlalu lalang menghadiri pesta. Hari ini Luna sangat bahagia karena akhirnya rencana tinggal satu langkah lagi akan berhasil, selain akan menyandang status sebagai nyonya Dave, ia juga sudah tak sabar ingin segera mewujudkan keinginan ayahnya. "Akhirnya Dave mau menikah denganku, semua teman-temanku pasti sangat iri karena aku berhasil menaklukkan seorang CEO terkaya dan tertampan di seluruh kota," Racau Luna dalam hati sembari tersenyum miring. Saat masih duduk di meja rias. Kedua tenaga MUA pun memuji dirinya yang terlihat cantik. "Wah, nona Luna sangat cantik sekali dengan gaun pengantin ini," kata kedua MUA itu memuji Luna. "Heh, tentu saja aku sangat cantik. Dan lagi pula tidak ada wanita lain yang pantas menjadi istri Dave selain aku," Luna mengangkat wajah dengan penuh kesombongan diri. Kedua wanita itu seseka
Dave melepaskan tangan Luna, dengan emosi yang terus dia tahan. Mengingat wanita yang ada di depannya itu yang sangat licik dan penuh dengan sebuah obsesi. "Bagaimana gaun pengantinku ini? bagus tidak mas?" Luna melontarkan pertanyaan untuk yang kedua kalinya berharap Dave akan terpesona dengan kecantikan dirinya. "Hm, lumayan juga. Aku sangat lelah dan ingin beristirahat dulu," Dave sengaja menghindar. Tentu saja Luna terlihat sangat kecewa. "Tapi mas, kamu juga harus mencoba tuxedo juga aku ingin melihatnya," Pinta Luna penuh harap. Tapi Dave tidak menggubrisnya dan malah berjalan ke arah kamarnya yang berada di lantai atas. Luna mendengus kesal, saat melihat sikap Dave yang sama sekali belum berubah padahal mereka akan menikah beberapa jam lagi. "Sial! kenapa dia terus tidak memandangku? tapi aku tidak peduli. Yang jelas sebentar lagi aku akan menjadi nyonya Dave dan kekayaan keluarga Wijaya sebentar lagi bisa berada di dalam kendaliku," geram Luna dalam hati dengan penuh keya
Freya masih bergeming, memang semua perkataan Dave ada benarnya. Seharusnya dia senang saat semua perkataan pria yang ada di depannya itu memang ada benarnya. Tapi jauh dari lubuk hatinya. Wanita cantik itu seolah tidak rela saat membayangkan Dave bersama dengan wanita lain. "Besok aku akan menikah, jadi jika berkenan kamu boleh menghadiri pesta. Mengenai putra kita jangan khawatir Ansel tetaplah putraku dan ikutan darah tidak akan pernah bisa terpisahkan," ungkap Dave lalu ia pergi. Freya menggelengkan kepala, saat melihat Dave pergi begitu saja tanpa menoleh padanya lagi, ingin Freya memanggil dan mengatakan agar Dave tidak pergi, tapi entah kenapa bibirnya seah terkunci. "Kenapa! kenapa hatiku terasa sangat sakit, aku tidak bisa membayangkan dia bersanding dengan wanita lain," Freya menggerutu dalam hati. Dave dengan langkah yang berat, dia seolah tak tega saat melihat kesedihan yang terpancar di wajah wanita yang sangat dia cintai. Tapi demi meyakinkan sang ayah. Lelaki tampan
"Apa yang ingin kau bicarakan nyonya Margaretha?" tanya Dave menatap tajam pada ibu tiri Freya. Margaretha yang sedikit ragu pun mulai mengatakan permintaannya. Berharap Dave mau mengabulkan. "Tuan Dave, maafkan saya karena telah lancang, tapi saya hanya ingin memohon tolong cabut laporan anda untuk Melisa. Putri ibu hanya terhasut oleh Khatrine yang menyuruhnya untuk mencuri desain milik Freya, Tante mohon bagaimana pun juga kita pernah menjadi satu keluarga, jadi tolong bebaskan Melisa," Margaretha memohon dengan netra yang berkaca-kaca. Mengingat perlakuan ibu tirinya pada Freya, membuat Dave enggan untuk menanggapi permintaan wanita paruh baya itu "Hm, maaf tante. Melisa sudah berbuat yang melanggar hukum. Jadi mau tidak mau dia harus mempertanggung jawabkan semua perbuatannya. Dan bukankah Tante juga sudah memakan uang dari Khatrine," Sindir Dave, lalu ia pergi begitu saja meninggalkan nyonya Margaretha. Dan kembali berjalan menuju ke kamar Freya, yang berada tidak jauh dari
Freya merasa terharu, saat melihat jagoan kecilnya tampak begitu bahagia saat bersama dengan ayah kandungnya. Setelah sekian lama mereka tak bertemu. "Ayo! Dady, berikan bolanya pada Ansel, bial Ansel yang menendangnya," celoteh Ansel, yang tak henti-hentinya bermain dengan Dady kesayangannya. Rasa sesak di dada Freya semakin terasa, saat melihat kedua orang yang sangat berharga dalam hidupnya, tengah tertawa bahagia bersama. Membuat wanita cantik itu merasa bersalah. "Ansel sangat bahagia, sampai ia menahan rasa sakitnya setelah demam kemarin," Lirih Freya dalam hati. Seraya memegang dadanya dengan tangan kanan. Mengingat Dave yang tinggal beberapa jam lagi akan menikahi wanita lain, membuat Freya rasanya tidak sanggup untuk membayangkan pria yang dulu selalu menyayangi dan memanjakan diri akan di miliki oleh wanita lain untuk seumur hidupnya. "Tidak! ada apa denganmu Freya? bukankah selama ini kamu yang meminta cerai dari mas Dave. Tapi sekarang kenapa malah kamu sendiri juga y
Dave sangat terkejut, saat melihat satu pesan masuk dari Freya, waktu yang sangat ia cintai dan ia sayangi dengan sepenuhi hati melebihi dari apa pun. "Freya," Dave begitu antusias, dengan cepatnya ia meraih dan membuka sebuah pesan chat dari ponselnya dan...Kedua bola mata Dave membulat saat membaca sebuah pesan yang menohok dari Freya, yang membuat hatinya sedikit sedih. Walaupun dia tahu jika saat ini Freya dalam keadaan suasana hati yang sangat buruk dan sedang marah besar pada dirinya. "Tuan Dave, yang terhormat. Aku tahu anda saat ini pasti sedang sibuk mempersiapkan pernikahanmu dengan wanita pilihan keluargamu, tapi setidaknya kau sempat waktu untuk melihat putramu yang selalu menangis mencari dirimu," sindir Freya dalam pesannya. Bahkan Dave sangat terkejut, saat melihat foto Ansel yang sedang menangis meraung-raung memanggil namanya, membuat lelaki berparas tampan yang memiliki sejuta pesona itu pun tercengang dan merasa bersalah. "Anssel," Tanpa membuang waktu lagi, D